Olimpiade 1972: Musim Panas Indah yang Mengerikan
26 Agustus 2022“Dengan ini saya membuka Olimpiade di München 1972 untuk merayakan Olimpiade modern ke 20!“, demikian Presiden Jerman Gustav Heinemann pada acara pembukaan Olimpiade München pada 26 Agustus 1972.
Musim panas yang begitu indah di tahun 1972, saat Olimpiade ke 20 digelar. Jerman kembali menjadi tuan rumah setelah Olimpiade Berlin 1936. Belum pernah sebelumnya Olimpiade digelar dengan begitu ceria, gembira dan beranekaragam. Dunia kembali melayangkan padangan pada negara demokrasi yang masih muda, Jerman Barat.
“Ini merupakan kesempatan yang baik untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Jerman sekarang berbeda dibanding pada tahun 1936 saat Olimpiade di Berlin. Jerman kini, satu negara yang damai dan ramah,” dikatakan Presiden Komite Olimpiade Jerman Willy Daume.
Prestasi Olimpiade
Gema dan gelora Olimpiade terasa diseluruh pelosok negeri. Demam Olimpiade melanda Jerman. Warga tidak saja duduk di depan televisi menyaksikan para atlet dunia bertanding, tapi mereka juga turun ke lapangan, ke tanah kosong atau ke jalanan, di desa, di kota, turut menggelar pertandingan. Sarana olahraga yang terbatas tidak menghalangi warga untuk merasakan keriangan pesta olahraga terbesar dunia.
Jerman Barat merayakan kemenangan pahlawan olahraga mereka. Melawan atlet-atlet Sovyet, Amerika Serikat atau Jerman Timur, sebenarnya atlet Jerman Barat bisa dikatakan tidak memiliki peluang. Tapi dalam olahraga kejutan selalu terjadi. Jerman Barat bersorak saat lemparan lembing Klaus Wolfermann melayang dan mendarat dua centimeter lebih jauh dari lawannya asal Uni Sovyet – medali emas bagi Klaus Wolfermann.
Kejutan lain juga terjadi saat Ulrike Meyfarth, yang kala itu baru berusia 16 tahun, mampu memecahkan rekor dunia lompat tinggi dan meraih medali emas. Sampai sekarang Ulrike Meyfarth merupakan atlet pemenang medali emas Olimpiade termuda dalam cabang perorangan.
Dan satu emas yang fenomenal juga direbut tim hockey putra Jerman Barat. Petinju yang hampir sama sekali tidak diperhitungkan, Dieter Kottysch, mampu mengalahkan lawannya di final. Di cabang atletik, Heide Rosendahl mempersembahkan dua medali emas dan satu perak. Satu prestasi luar biasa diraih Jerman Barat, yang secara keseluruhan merebut 40 medali, 13 diantaranya emas.
Awan Hitam di München
Apa yang terjadi selanjutnya juga tidak dapat dipercaya: teror di Perkampungan Olimpiade, serangan, penyanderaan, pembunuhan – impian akan Olimpiade yang damai dan penuh warna berakhir. Berita mengejutkan bagi dunia setelah operasi pembebasan sandera mengalami kegagalan: 11 sandera asal Israel, seorang polisi Jerman dan lima teroris tewas. Olimpiade di München berakhir dengan kekerasan yang brutal.
Teroris bertopeng yang fanatik dan membabibuta, orang-orang yang tertegun dan menangis, politisi dan pejabat olahraga yang kehilangan akal – gambar tayangan televisi dan foto-foto tersebut tersebar ke seluruh dunia. Foto seorang menteri Jerman yang menawarkan diri sebagai pengganti bagi sandera Israel, foto para polisi yang putus asa dan tak beradaya- semuanya terukir dalam ingatan.
Satu nama yang mungkin tidak akan pernah terlupakan: Moshe Weinberg. Tanggal 5 September 1972, pukul 5 pagi, pelatih gulat Israel ini berdiri berhadapan langsung dengan para teroris. Pengorbanan nyawa pelatih berusia 32 tahun ini memungkinkan diselamatkannya beberapa atlet Israel. Mungkin ia lah satu-satunya pahlawan dari Olimpiade München 1972.
Olimpiade Dilanjutkan
Jerman dilanda kebingungan dan kekacauan. Hanya beberapa jam setelah serangan teroris, 80.000 orang memadati Stadion Olimpiade München untuk mengikuti upacara berkabung. Presiden Jerman Gustav Heinemann berusaha menggambarkan keadaan, “Tidak ada lagi ketenangan yang ceria. Wajah orang-orang kini menunjukkan ketidakberdayaan dan ketakutann. Kami tercengang melihat kejahatan yang benar-benar keji.”
Sebelum upacara berkabung dilakukan sudah diputuskan bahwa Olimpiade akan terus dilanjutkan, “Pertandingan harus dilanjutkan,” dikatakan Preisen Komite Olimpiade Internasional Avery Brundage. Satu keputusan yang melahirkan kontroversi di dunia. Tidak semua atlet berniat melanjutkan persaingan untuk merebut medali. Beberapa atlet dari berbagai negara pulang ke negara mereka.
Tragedi di München tahun 1972 masih menyisakan kengerian bagi banyak orang, juga bagi Gober Lindlau, jurnalis dan penulis Jerman, ”Saat itu, yang paling menyedihkan bagi saya adalah bahwa kembali orang Yahudi dibunuh di Jerman – bukan oleh kita tapi oleh teroris. Dan kita dengan tidak berdaya hanya mampu menyaksikan bagaimana hal tersebut dapat terjadi.”