Olimpiade: Antara Prestasi dan Doping
19 Agustus 20089 menit 69 detik. Rekor dunia bagi Usain Bold dari Jamaika di nomor lari cepat 100 meter. Ia unggul hampir dua meter dari pesaing terdekatnya. Ini sebenarnya momen dimana tumbuh rasa respek akan pencapaian atlet. Tetapi kini ini juga menjadi momen dimana timbul pertanyaan 'seberapa bersihkah atlet ini dalam mencapai rekor tersebut?'. Ini hal yang tidak bisa dihindari semenjak berbagai kasus doping di masa lalu yang sulit untuk dilupakan. Seperti misalnya atlet Ben Johnson dan steroid. Tetapi haruskah Usain Bold dikategorikan ke kotak yang sama? Apakah tidak mungkin Bold menang karena bakat, teknik, dan kondisi tubuh yang sempurna? Tim kontrol doping di Beijing telah melakukan doping terhadap tim Jamaika dan Bold sebanyak 32 kali. Dan mereka tidak menemukan unsur terlarang apa pun.
"Doping adalah masalah global. Karena itu semua negara harus turut memeranginya. Kalau tidak masalah doping tidak akan pernah bisa diselesaikan."
Demikian pendapat pakar masalah doping Mario Theves.
Di cabang olahraga yang lain ada dilema yang sama. Michael Phelps meraih delapan emas di Beijing. Rekor abadi dalam sejarah olahraga. Bakat Phelps, tekniknya yang unik, pola latihannya yang luar biasa, baju renang yang baru. Apakah ini merupakan jawaban atas dominasinya? 13 kali Phelps melalui tes doping di Beijing. Di Amerika Serikat, Phelps bergabung dengan proyek Badan Anti Doping Amerika. Ini berarti, ia secara rutin memberikan contoh darah dan urin yang bisa dibekukan supaya bisa diselidiki dengan teknik baru jika masih menimbulkan kecurigaan. Hingga kini belum ditemukan kejanggalan dalam sampel yang diberikan Phelps.
"Selama tidak ada bukti, berlaku praduga tidak bersalah. Maka berarti atlit yang disini dites negatif dan sebelumnya juga dites negatif telah memperoleh medalinya dengan cara yang bersih."
Harapan untuk bisa merasa senang atas prestasi olahraga yang luar biasa tetap ada. Walau pun demikian keraguan apakah itu dicapai tanpa bantuan obat pendorong apa pun atau tidak mungkin juga akan selalu ada. Ini adalah dilema yang sepertinya tidak akan bisa dilupakan begitu saja, baik oleh seorang pendukung mau pun pakar olahraga. (vlz)