Wakil Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) John Coates mengatakan rencana penyelenggaraan Olimpiade Tokyo yang sempat ditunda, akan tetap berlangsung tahun depan terlepas dari adanya pandemi virus corona.
Iklan
Sejarah mencatat, Olimpiade Tokyo 1940 pernah batal diselenggarakan oleh Jepang akibat perang dunia. Namun Wakil Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) John Coates bersikukuh bahwa acara olahraga empat tahunan itu akan dimulai pada tanggal yang sudah mereka revisi sebelumnya.
"Olimpiade akan berlangsung dengan atau tanpa COVID-19. Olimpiade akan dimulai pada 23 Juli tahun depan," kata Coates, yang mengepalai Komisi Koordinasi Komite Olimpiade Internasional untuk Olimpiade Tokyo.
"Pertandingan itu akan menjadi, temanya, Pertandingan Rekonstruksi setelah kehancuran akibat tsunami," tambahnya, mengacu pada bencana gempa bumi dan tsunami di timur laut Jepang pada tahun 2011.
"Perhelatan ini akan menjadi pertandingan yang menaklukkan COVID, cahaya di ujung terowongan."
Olimpiade 2020 ditunda karena pandemi COVID-19. Namun, keputusan telah dibuat untuk memastikan Olimpiade Tokyo akan terlaksana pada 23 Juli 2021.
Spekulasi berkembang tentang apakah Olimpiade layak diselenggarakan atau tidak, dilihat dari sebagian besar perbatasan Jepang yang masih ditutup untuk kunjungan warga asing dan ketersediaan vaksin yang masih akan didapatkan beberapa bulan atau tahun lagi.
Pejabat Jepang telah menjelaskan bahwa mereka tidak akan menunda Olimpiade untuk kedua kalinya setelah 2021.
Sebuah jajak pendapat baru-baru ini menemukan hanya satu dari empat orang di Jepang yang menginginkan Olimpiade diadakan tahun depan. Sisanya, sebagian besar mendukung penundaan atau pembatalan.
Coates mengatakan pemerintah Jepang "sama sekali tidak melepaskan tongkat estafetnya" menyusul penundaan. Meskipun "tugas monumental" telah mereka lakukan dengan menunda Olimpiade 2020 setahun kemudian.
"Sebelum pandemi, (Presiden IOC) Thomas Bach mengatakan ini adalah pertandingan dengan persiapan terbaik yang pernah kami lihat, arena hampir semua selesai, sekarang sudah selesai, areanya luar biasa, semua pengaturan transportasi, semuanya baik-baik saja," tambahnya.
"Sekarang setelah ditunda satu tahun, penundaan itu memberikan tugas yang sangat besar dalam hal mengamankan kembali semua tempat ... seperti 43 hotel yang harus kami keluarkan dari kontrak itu dan bernegosiasi ulang selama setahun kemudian. Sponsor harus diperpanjang setahun, berikut hak siar," papar Coates.
Linimasa Penyebaran Virus Corona Secara Global
Setelah kasus virus corona dikonfirmasi Cina akhir Desember 2019, wabah menyebar jadi pandemi. Sejumlah negara sudah memberlakukan lockdown. Sekarang lebih1,2 juta terinfeksi Covid-19 dan hampir 70.000 meninggal.
Foto: picture-alliance/dpa/SOPA Images/A. Marzo
Virus Corona Baru Diidentifikasi
Ilmuwan Cina pada 7 Januari mengumumkan, berhasil identifikasi virus corona jenis baru yang menyerang Wuhan dan memicu infeksi paru-paru yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2. Berbeda virus corona pemicu SARS sebelumnya, virus baru menyerang saluran pernafasan bawah. Gejala penyakitnya: demam, batuk kering, kesulitan bernafas dan paru-paru berisi cairan.
Foto: Reuters/Str
Jutaan Warga Dikarantina
Cina mengkarantina Wuhan pada 23 Januari dalam upaya membatasi penyebaran virus corona. Pekerja berupaya untuk segera membangun rumah sakit baru untuk merawat pasien terinfeksi, yang jumlahnya lebih dari 830 orang dan jumlah kematian yang meningkat menjadi 26 orang pada 24 Januari. Para pejabat akhirnya memperluas lockdown ke 13 kota lain, yang memengaruhi setidaknya 36 juta orang.
Foto: AFP/STR
Jerman Batasi Kontak Sosial
Pada tanggal 27 Januari, Jerman mengumumkan kasus virus corona pertama yang teridentifikasi. Pasiennya seorang pria berusia 33 tahun di Bayern yang kontak langsung dengan rekan kerja dari Cina selama pelatihan di tempat kerja. Tanggal 22 Maret Jerman umumkan lockdown parsial dan sosial distancing. Tanggal 6 April, John Hopkins konformasi lebih 100.000 kasus di Jerman dengan lebih 1.500 kematian.
Foto: Reuters/A. Uyanik
Italia Berlakukan Lockdown
Kasus infeksi Covid-19 di Italia meningkat secara dramatis. Pada 3 Maret dikonfirmasi 77 kematian dan ribuan kasus infeksi corona. Pada 8 Maret, pemerintah Italia memerintahkan “lockdown“ seluruh kawasan Lombardy yang berpenghuni 16 juta orang. Italia pada 5 April masih memegang rekor jumlah infeksi dan kematian terbanyak di Eropa, dengan lebih 128.000 kasus dan lebih 15.000 kematian.
Foto: Reuters/R. Casilli
Ekonomi Terjun Bebas
Pasar saham Eropa dan AS anjlok pada 6 Maret, menjadi minggu terburuk sejak krisis keuangan 2008. Efek pandemi pada bisnis global sangat signifikan. Banyak perusahaan melaporkan kerugian. Sektor industri pariwisata dan maskapai penerbangan terpukul. 10 Maret, Uni Eropa menjanjikan dana investasi sebesar € 7,5 miliar ($ 8,4 miliar) untuk mencoba menghentikan zona euro merosot ke situasi resesi.
Foto: picture-alliance/Jiji Press/M. Taguchi
WHO Deklarasikan Pandemi
Ketika kasus terinfeksi di seluruh dunia mencapai 127.000 orang dan 4.700 korban meninggal, Organisasi Kesehatan Dunia pada 11 Maret menyatakan wabah global ini sebagai "pandemi". Presiden AS Trump mengumumkan pembatasan perjalanan bagi wisatawan yang datang dari Zona Schengen di Eropa. Kanselir Jerman Angela Merkel juga mengumumkan bahwa 70% populasi di Jerman dapat terinfeksi virus corona.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Kehidupan Publik Berhenti di Eropa
Pada 14 Maret, Spanyol mengikuti langkah Italia melakukan lockdown secara nasional untuk 46 juta warganya, dengan tujuan untuk mencegah penyebaran virus corona. Spanyol berada di peringkat kedua kasus di Eropa, dengan 131.000 terinfeksi dan lebih 12.000 meninggal. Di Prancis, kafe, restoran, dan toko-toko tutup pada 15 Maret.
Foto: picture-alliance/dpa/AAB. Akbulut
AS Terpukul Telak
Pada 27 Maret, Jumlah terinfeksi di AS melampaui Cina. Ini terjadi ketika Presiden Donald Trump mengklaim bahwa negara akan kembali pulih "dengan cukup cepat." AS mencatat lebih 337.000 kasus infeksi dan hampir 10.000 meninggal (6/4). New York terdampak yang paling parah, dengan 63.000 kasus Covid-19 dan lebih 3000 meninggal. Kapal rumah sakit dikerahkan untuk membantu tenaga medis.
Foto: picture-alliance/Photoshot/J. Fischer
Lebih 1 Juta Orang Terinfeksi Covid-19
Universitas Johns Hopkins mengumumkan, Senin (6/4), lebih 1.2 juta kasus virus corona yang dikonfirmasi di seluruh dunia. Sekitar 70.000 orang meninggal akibat Covid-19. AS mencatat rekor infeksi dengan jumlah tiga kali lipat dari Cina, tempat virus itu muncul pada Desember 2019. Kemungkinan kondisi pandemi akan semakin buruk dengan jumlah yang terinfeksi dan meninggal terus naik. (fs/as)
Foto: Reuters/J. Redmond
9 foto1 | 9
Dengan sebagian besar pekerjaan yang sedang berlangsung, atau diselesaikan, satuan tugas telah dibentuk untuk melihat skenario yang berbeda pada tahun 2021, dari bagaimana kontrol perbatasan akan memengaruhi pergerakan atlet dan tim, hingga apakah penggemar dapat menyaksikan pertandingan secara langsung.
"Tugas mereka sekarang adalah melihat semua persiapan berbeda yang akan diperlukan agar Olimpiade bisa berlangsung," kata Coates, yang merupakan presiden lama Komite Olimpiade Australia.
“Beberapa negara akan mengendalikannya (COVID-19), beberapa tidak. Kami akan kedatangan atlet yang datang dari berbagai negara, di mana beberapa negara itu mampu menangani pandemi dan sebagian lainnya yang tidak mampu mengatasinya. Ada 206 tim ... jadi ada tugas besar yang harus dilakukan pemerintah Jepang," jelas Coates.