1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
OlahragaAsia

Olimpiade Tokyo akan Disiarkan dengan Teknologi Ultra-HD

21 Juli 2021

Tanpa adanya ribuan penonton, pihak penyiar beralih ke teknologi tinggi untuk meliput Olimpiade agar terkesan lebih seru. Para atlet juga bisa melihat suporter mereka di layar kaca.

Olimpiade Tokyo
Tidak akan ada penonton langsung di stadion pada Olimpiade di TokyoFoto: Jae C. Hong/AP/picture alliance

Tidak akan ada penggemar di tribun, dan lebih sedikit awak media di lapangan, demikianlah suasana Olimpiade Tokyo yang akan segera digelar. Jadi ketika meliput, para jurnalis akan mengandalkan teknologi tertentu agar bisa memberikan pengalaman yang akan terasa lebih nyata bagi pemirsa di rumah.

Setelah pandemi memaksa Olimpiade ditunda selama satu tahun, banyak lembaga penyiaran mencoba cara lain dalam rencana liputan mereka. Sejak tahun 2008 Layanan Penyiaran Olimpiade atau Olympic Broadcasting Service (OBS) bertanggung jawab atas pembuatan film dan penyiaran Olimpiade, tetapi mereka tidak pernah menghadapi situasi seperti ini sebelumnya.

 "Komitmen utama setelah penundaan (adalah) bahwa kami tidak akan mengurangi sama sekali ruang lingkup dari apa yang kami lakukan," kata Ketua OBS, Yiannis Exarchos.

Tim OBS pun berencana untuk merekam sekitar 9.500 jam video dari Olimpiade di Tokyo 2020, jumlah ini 30% lebih banyak daripada yang diambil pada Olimpiade Rio tahun 2016. Rekaman itu kemudian akan didistribusikan ke stasiun televisi di seluruh dunia yang memiliki hak siar.

Kaya akan teknologi terbaru

Siaran Olimpiade telah sangat berkembang jauh sejak pertama yang disiarkan televisi di Berlin, Jerman, pada tahun 1936, ketika tiga kamera menangkap gambar yang ditransmisikan ke penonton yang hanya beberapa kilometer jauhnya. Namun kini, pihak penyiar menjanjikan pemirsa akan pengalaman yang ditambah dengan berbagai teknologi baru.

Teknologi yang akan dipakai antara lain yakni 3D Athlete-Tracking, sebuah sistem yang digunakan oleh OBS untuk mengambil gambar dari beberapa kamera dan menggabungkannya menggunakan kecerdasan buatan untuk menunjukkan aksi olahraga dari setiap sudut.

"Misalnya pada nomor lari 100 meter ... Anda dapat kembali setelah beberapa detik dan menciptakan kembali seluruh balapan dengan mengidentifikasi berbagai puncak atau kecepatan," kata Exarchos. "Anda mulai memahami bagaimana balapan secepat itu sebenarnya dijalankan," katanya. "Ini memberikan warna tambahan bagi komentator, dan utamanya bagi pemirsa membantu untuk benar-benar memahami apa yang terjadi di balik pertunjukan luar biasa ini." 

Pagar besi mengelilingi perkampungan tempat sebagian besar atlet tinggal selama Olimpiade Tokyo, JepangFoto: Ramiro Agustin Vargas Tabares/ZUMA Wire/imago images

Untuk pertama kalinya, OBS akan memfilmkan seluruh Game dalam gambar dengan definisi ultra-tinggi (4K). Dan pemirsa di Jepang yang punya perangkat televisi terbaru bahkan dapat menonton pertandingan dalam 8K.

Penyiar nasional Jepang NHK adalah pemimpin di bidang penyiaran berteknologi ini dan akan menggunakan kamera yang baru saja dikembangkan. "Salah satu kekuatan 8K adalah ia menampilkan cara tubuh bergerak dalam detail yang belum pernah terjadi sebelumnya di layar," ujar Takayuki Yamashita, dari pusat penelitian teknologi NHK.

Namun Laurent-Eric Le Lay, direktur olahraga lembaga penyiar nasional Prancis, France Televisions, bagaimanapun bersikap hati-hati akan penggunaan teknologi ini. Inovasi France Televisions untuk Olimpiade termasuk menampilkan efek visual yang akan membuat studio terlihat mengambang di Teluk Tokyo.

"Kita menciptakan gelembung kaca virtual di mana pemirsa akan melihat bangunan paling indah di Tokyo. Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menghidupkan set ini." Selain itu, ada teknik khusus yang diterapkan untuk mengimbangi kurangnya penonton di sebuah Pertandingan di mana penyelenggara melarang hampir semua penggemar karena ketatnya protokol corona.

OBS menggunakan rekaman dari pertandingan-pertandingan sebelumnya untuk membuat suara ambient yang disesuaikan dengan setiap olahraga untuk digunakan selama kompetisi.

Atlet juga bisa lihat suporter lewat layar kaca

Para atlet yang bertanding di stadion dan ruang-ruang yang tanpa penonton nantinya juga akan bisa melihat penggemar menyemangati mereka melalui layar di tempat-tempat yang telah ditentukan. Mosaik video selfie yang dikirim dari seluruh dunia juga akan ditampilkan.

Selain itu, beberapa atlet juga akan dapat berbicara singkat dengan keluarga di layar video di akhir kompetisi mereka, meskipun hanya selama 90 detik. Meskipun akan ada video kerabat mereka yang bersorak, video ini tidak akan memiliki suara. 

Langkah-langkah ketat virus telah memaksa banyak penyiar nasional untuk mengirim tim yang lebih kecil ke Jepang dan menangani operasi teknis penyiaran dari negara asal mereka.

France Televisions telah mengurangi jumlah timnya dari 210 di Rio menjadi 180 orang, sebagian karena adopsi teknologi IP dan Cloud OBS memungkinkan file besar untuk dapat ditangani dari jarak jauh. Tapi untuk beberapa hal, terutama wawancara atlet, tidak bisa dilakukan dari jauh, kata Le Lay.

"Saya pikir untuk pemirsa Prancis, adalah penting bahwa kami berada di lapangan, bukannya di Paris dan mencoba berbicara dengan atlet lewat Skype."

Hingga Rabu (21/07) ada delapan kasus infeksi Covid-19 telah dicatat oleh penyelenggara Olimpiade, demikian ungkap penyelenggara dalam laporan harian. Salah satu atlet yang tidak tinggal di perkampungan atlet termasuk di antara mereka yang dinyatakan positif.

Jumlah tersebut menjadikan total tes positif di antara mereka yang terkait dengan Olimpiade menjadi 75 kasus sejak 1 Juli. Menurut penyelenggara, seorang pejabat di kampung atlet telah dinyatakan positif dan memiliki 12 kontak dekat.

Selain 75 kasus yang didaftarkan oleh penyelenggara Olimpiade, empat tes positif lainnya dicatat oleh prefektur Jepang. Otoritas regional di Jepang tidak berkewajiban melapor apabila kasus virus corona secara khusus terkait dengan Olimpiade.

ae/hp (AFP, dpa)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait