OPEC kembali memangkas produksi minyak lebih dari satu juta barel per hari, pemangkasan terbesar kedua sejak pengurangan 2 juta barel per hari pada bulan Oktober lalu. Harga minyak dunia kini terancam naik.
Iklan
Harga minyak mintah di pasar global naik tajam pada dini hari Senin (03/04), sesaat setelah pasar dibuka kembali untuk bisnis di Oseania dan Asia, Kenaikan itu menanggapi pengumuman mengejutkan pada hari Minggu (02/04) bahwa Arab Saudi, Irak, dan negara Teluk lainnya akan mengurangi produksi minyak mereka, jauh lebih cepat dari yang direncanakan sebelumnya.
Minyak mentah jenis Brent Crude melonjak harganya lebih dari 6%, naik menjadi $85,05 (sekitar Rp1,27 juta) per barel. Indeks minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga mengalami kenaikan 5,3% menjadi $80,55 (sekitar Rp1,2 juta).per barrel.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyebut, pengurangan produksi minyak ini sebagai langkah "pencegahan" yang bertujuan untuk menstabilkan pasar.
Ancaman Kiamat Lingkungan di Afrika Selatan
03:37
Implikasi dari pengurangan produksi minyak
Pengurangan produksi minyak disebutkanakan dimulai pada bulan Mei hingga akhir tahun ini. Produksi minyak akan berkurang lebih dari satu juta barel per hari, pemangkasan produksi minyak terbesar kedua sejak OPEC memangkas dua juta barel per hari di bulan Oktober tahun lalu.
OPEC menyumbang lebih dari 40% produksi minyak mentah dunia. Bagi negara-negara pengimpor minyak, terutama negara-negara berkembang, kenaikan harga minyak ini dapat memberikan dampak ekonomi yang cukup parah.
Pasalnya negara-negara pengimpor minyak ini tidak mungkin dapat mengurangi konsumsi mereka secara drastis. Konsekuensinya negara pengimpor minyak harus menghadapi kenaikan harga minyak, dan kemungkinan harus membayar kenaikan tersebut dengan devisa dalam dolar Amerika Serikat (AS).
OPEC memperkirakan, pada tahun 2023 ini permintaan minyak dunia akan meningkat 2,3 juta barel per hari, menjadi rata-rata 101,87 juta barel per hari.
Iklan
Ketegangan hubungan AS-Arab Saudi
Rusia, salah satu negara anggota OPEC+ menyatakan, mereka akan memperpanjang pemangkasan sukarela sebesar 500.000 barel per hari.
Harga minyak yang lebih tinggi akan membantu Presiden Rusia Vladimir Putin yang tengah berperang melawan Ukraina. Rusia juga telah kehilangan beberapa pasar ekspor yang sebelumnya penting, terutama di Uni Eropa, karena sanksi barat terhadap impor minyak mereka sejak Rusia menginvasi Ukraina, yang berarti mitra dagangnya menjadi lebih terbatas dan Rusia tidak dapat menjual produksi mereka sebanyak mungkin.
Perang, Inflasi, Krisis Energi dan Kenaikan Harga Bebani 2022
Inflasi, krisis energi, ketakutan resesi - tahun 2022 ditandai dengan dampak perang Ukraina yang memicu krisis ekonomi hingga ambruknya bursa krypto. Ekonomi global sedang tidak baik, berikut kilas balik ekonomi 2022.
Foto: picture alliance / Inderlied/Kirchner-Media
Harga bahan bakar meroket
Dampak perang yang dilakukan Rusia di Ukraina terasa secara global. Harga bahan bakar di seluruh dunia naik drastis. Di Jerman, harga Solar tembus rekor baru, yakni 2,32 Euro (sekitar Rp38.000) per liter. Sejumlah negara mengambil langkah antisipasi dan penyelamatan, yang terbukti hanya aksi sementara.
Foto: Lennart Preiss/dpa/picture alliance
Krisis suplai chips komputer
Langkah AS dan Eropa melarang sebagian ekspor chips komputer dari Cina berdampak pada sektor industri. Suplai global turun drastis, sejumlah pabrikan mobil menjadwal ulang pasokan ke pelanggan. Samsung laporkan penurunan omset sekitar 30%. Intel memindahkan sebagian produksinya ke Eropa, tapi pabrik di Jerman dengan investasi 17 miliar Euro baru akan berproduksi 2027.
Foto: Intel Corporation
Bank Sentral Eropa naikkan suku bunga
Bank Sentral Eropa untuk pertamakalinya sejak 11 tahun pada bulan Juli menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,5%, yang lebih tinggi dari prediksi. Dengan begitu tingkat suku bunga acuan di Eropa pada bulan itu mencapai 2,5%. Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mengumumkan, sehubungan dengan inflasi yang tinggi, akan ada kenaikkan berikutnya.
Foto: Kai Pfaffenbach/REUTERS
Harga energi naik drastis
Konsumen di Eropa terutama menjerit, karena harga gas dan tarif listrik naik drastis. Pasokan gas murah dari Rusia diembargo Uni Eropa, gara-gara invasinya ke Ukraina. Konsumen di Inggris, Jerman dan Spanyol harus membayar harga gas dua kali lipat lebih mahal. Toko-toko roti di Jerman juga mengeluh, karena ongkos produksi naik drastis, dan terpaksa menaikkan harga jual.
Foto: Davide Bonaldo/Zuma/picture alliance
Jaringan pipa gas Rusia disabotase
Jaringan pipa gas Rusia Nord Stream 1 dan 2 di laut Baltik dekat Bornholm, Denmark meledak dan mengalami kebocoran. NATO dan Uni Eropa menuding ada sabotase, tetapi akhirnya menghentikan pengusutan. Saat ledakan, jaringan gas sudah lama tidak dioperasikan oleh Rusia untuk memasok gas ke Eropa.
Foto: Danish Defence Command/AP/picture alliance
Bos Tesla Elon Musk akuisisi Twitter
Twitter resmi jadi milik milyarder Elon Musk. Pemilik Tesla ini membeli si burung biru seharga 44 miliar Dollar setelah proses yang alot berbulan-bulan. Setelah pembelian menyusul kekacauan. Musk mengurangi jumlah pegawai separuhnya, pengiklan menyetop order, sejumlah akun kontroversial kembali muncul dan pembersihan akun dengan centang biru dilakukan secara ugal-ugalan.
Foto: Dado Ruvic/REUTERS
Bursa mata uang Krypto bangkrut
Bursa Krypto FTX bangkrut dan pengusahanya Sam Bankman-Fried mengajukan proteksi dari para kreditor. Perusahaan yang oleh investor ditaksir bernilai 32 miliar Dollar itu ambruk hanya dalam hitungan hari. Krisis di platform perdagangan mata uang digital seperti Bitcoin, menarik pasar krypto makin dalam ke pusaran krisis.
Foto: Jonathan Raa/NurPhoto/picture alliance
Inflasi mencapai tingkat tertinggi
Jerman yang jadi lokomotif ekonomi Eropa, mencatat kenaikan harga tertinggi sejak 70 tahun terakhir. Inflasi yang diseret kenaikan harga energi dan bahan pangan, tembus angka 10%. Pemerintahan negara-negara di Asia, Eropa dan Afrika berjuang untuk mengerem inflasi, agar tidak menyeret ke krisis ekonomi yang memicu resesi. Tahun 2023 tingkat inflasi global diprediksi akan tetap tinggi. (as/pkp)
Foto: Boris Roessler/dpa/picture alliance
8 foto1 | 8
AS telah meminta Arab Saudi dan negara sekutu lainnya untuk meningkatkan produksi minyak mereka, karena AS mencoba untuk menurunkan harga pasar dan menekan pemasukan keuangan Rusia, namun hal ini jelas tidak berhasil.
Arab Saudi, sebagai produsen terbesar OPEC, mengumumkan pemangkasan terbesar sebanyak 500.000 barel per hari. Angka tersebut mewakili 5% dari produksi rata-rata Arab Saudi sebesar 11,5 juta barel per hari pada tahun 2022.
Di antara negara-negara OPEC lainnya, Irak menyatakan, mereka akan mengurangi produksi sebesar 211.000 barel per hari. Selain itu, UEA juga akan memangkas produksi mereka sebesar 144.000 barel, Kuwait sebesar 128.000 barel, Kazakhstan sebesar 78.000 barel, Aljazair sebesar 48.000 barel , dan Oman sebesar 40.000 barel per hari.
Pada bulan Oktober tahun lalu, pemangkasan ini juga diumumkan pada malam menjelang pemilihan umum paruh waktu di Amerika Serikat, di mana saat itu lonjakan harga minyak dunia menjadi isu utama dalam kampanye. Presiden Biden mengatakan bahwa akan ada "konsekuensi".
Beberapa anggota parlemen dari Partai Demokrat bahkan menuntut pembekuan kerja sama dengan Arab Saudi, mitra dagang utama AS, sebagai dampak dari keputusan pemangkasan produksi minyak negera Timur Tengah itu.