1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Operasi Militer Turki di Irak Utara Diharapkan Segera Berakhir

24 Februari 2008

Turki dan Kurdi masing-masing menyatakan unggul dalam pertempuran di Irak Utara. Sementara Amerika Serikat mendesak Turki untuk segera mengakhiri operasi militernya.

Tentara Turki di Wilayah Perbatasan Turki-IrakFoto: AP

Hingga kini tidak ada informasi yang tepat mengenai operasi dan target aksi militer Turki di gunung-gunung Irak Utara yang sedang ditutup salju. Pemerintah di Baghdad sampai saat ini bersikap menahan diri dalam menanggapi masuknya negara tetangganya ke wilayah Irak. Sementara pemerintah Amerika Serikat tetap melakukan tekanan terhadap pemerintahan Turki agar secepat mungkin mengakhiri operasi militer tersebut.

Para tentara Turki yang mengenakan seragam tempur kamuflase berwarna putih bergerak di gunung-gunung yang ditutup salju tebal. Dengan sejumlah foto baru yang bertujuan memperlihatkan operasi militer di Irak Utara, angkatan bersenjata Turki ingin mendemonstrasikan bahwa pasukannya unggul dalam perang melawan Partai Buruh Kurdi (PKK). Pemimpin militer di Ankara menyatakan, hingga hari Sabtu (23/02) pasukannya telah menewaskan 79 pejuang PKK dan tujuh tentara Turki tewas dalam pertempuran.

Para pemberontak Kurdi juga menggunakan sarana media untuk melancarkan perang psikologi. Melalui "Firat", yaitu kantor berita yang dekat dengan PKK, hari Minggu (24/02) mereka mengimbau kepada semua orang Kurdi di Turki untuk melakukan perlawanan. Imbauan itu berbunyi: "Jika mereka hendak menghancurkan kita, maka kaum muda kita harus membuat kota-kota di Turki tidak dapat lagi dihuni." Sebelumnya, PKK melaporkan berhasil menembak jatuh sebuah helikopter tempur Turki. Selanjutnya ditambahkan, mereka menyimpan 15 jenazah dari 22 tentara Turki yang berhasil dibunuh dan nama-nama korban akan diumumkan dalam waktu dekat ini. Sedangkan pada pihak sendiri tidak ada kerugian apa pun. Demikian menurut PKK.

Sampai sekarang masih belum ada informasi yang dapat diandalkan dari sumber-sumber independen mengenai bagaimana sebenarnya jalan pertempuran-pertempuran di wilayah pegunungan yang sulit dilewati itu. Yang pasti adalah bahwa kegusaran orang Kurdi di Irak terhadap aksi militer Turki, semakin meningkat. Walaupun demikian, pemerintah Irak-Kurdistan hari Sabtu (23/02) menanggapi aksi militer itu dengan menahan diri. Mereka hanya menyatakan bahwa jika serangan dilancarkan terhadap warganya sendiri atau kawasan hunian, maka perlawanan akan pasti dilakukan. Hoshiar Zebari, Menteri Luar Negeri Irak yang juga seorang Kurdi, mengomentari secara hati-hati:

"Hingga sekarang serbuan itu terbatas. Ini juga bukan merupakan invasi, melainkan hanya serbuan terbatas di sebuah wilayah terpencil dan tidak dihuni. Serbuan itu bisa mendestabilisasikan wilayah jika diteruskan. Karena bila melakukan kesalahan, meski pun hanya satu, ini dapat menimbulkan peningkatan konflik."

Media Turki berspekulasi bahwa ribuan tentara dikerahkan di Irak Utara, namun di Baghdad dikatakan hanya ratusan tentara. Juru bicara pemerintah Ali al-Dabbagh mengemukakan:

"Perdana Menteri Irak menuntut agar Turki menghormati kedaulatan negara kami. Dan dia berpendapat bahwa operasi militer tidak akan menyelesaikan masalah PKK. Tapi bersamaan dengan itu kami mengerti, PKK merupakan ancaman serius bagi Turki dan juga bagi Irak. PKK adalah organisasi teroris. Kami melakukan segalanya agar mereka tidak dapat mengancam hubungan antara Irak dan Turki."

Sementara itu, Departemen Perminyakan Irak mengutarakan bahwa ekspor minyak melalui wilayah Turki tetap dilaksanakan tanpa adanya gangguan. Sekitar 300. 000 tong minyak mentah disalurkan setiap hari melalui sebuah jalur pipa ke kota pelabuhan Turki, Ceyhan. (cs)