1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
MigrasiEropa

Jaringan Penyelundup Migran, Bagaimana Mereka Beroperasi?

4 Juli 2023

Sekitar 90% migran yang melintasi perbatasan luar Uni Eropa secara ilegal memakai jasa penyelundup. Bagaimana mereka beroperasi dan mengapa para migran masih memakai jasa mereka meski rentan bahaya?

Meski berisiko tenggelam, tidak sedikit migran ilegal menggunakan perantara penyelundup manusia untuk masuki UE
Meski berisiko tenggelam, tidak sedikit migran ilegal menggunakan perantara penyelundup manusia untuk masuki UEFoto: MINDS Global Spotlight/AP/Santi Palacios/picture alliance

Europol, badan penegakan hukum Uni Eropa (UE), memperkirakan bahwa 90% dari mereka yang melintasi perbatasan luar UE secara ilegal melakukannya dengan bantuan penyelundup migran, baik untuk seluruh atau sebagian perjalanan bermigrasi.

Tidak diragukan lagi bahwa bisnis penyelundup manusia, juga disebut penyelundup migran, tengah berkembang pesat. Namun, laporan Europolt juga menambahkan bahwa perlu juga dicatat, mayoritas imigran non-UE bermigrasi ke UE lewat jalur legal.

Bagaimana penyelundup manusia ini beroperasi melintasi Laut Mediterania?

Kejahatan lintas negara

"Penyelundupan butuh pergerakan melintasi perbatasan internasional dan orang-orang akan membayar untuk perjalanan itu," kata Lucia Bird, analis senior di Global Initiative Against Transnational Organized Crime, kelompok masyarakat sipil independen di Swiss, kepada DW. "Perdagangan (manusia) yang bertentangan dengan keinginan orang tersebut juga dapat terjadi dalam satu negara (atau) wilayah."

Dia mengatakan para migran "sering mengalami pelecehan dan eksploitasi yang signifikan di tangan para penyelundup dalam perjalanan migrasi." Ia menambahkan bahwa "pengaturan yang awalnya berbentuk transaksi sukarela antara seorang migran dan penyelundup dapat berakhir menjadi perdagangan manusia." Namun dalam banyak kasus, orang-orang yang menggunakan jasa penyelundup untuk melintasi perbatasan secara ilegal dapat berhasil melakukannya.

Sekitar 281 juta orang dianggap sebagai migran internasional pada tahun 2021, menurut Laporan Migrasi Dunia, yang diperbarui setiap dua tahun sekali. Angka ini setara dengan sekitar 3,6% dari populasi dunia. 

Bagaimana penyelundup migran beraksi?

Penyelundup manusia pada dasarnya adalah penyedia layanan lokal untuk pergerakan manusia. Penyelundup biasanya punya jaringan yang mencakup penduduk setempat untuk menyebarkan berita di desa-desa terpencil, pihak lain yang membantu calon migran mencapai titik keberangkatan terdekat dan mereka yang berspesialisasi dalam memalsukan dokumen, serta menyediakan kapal dan kru yang diperlukan.

"Penyelundup migran menawarkan solusi untuk hambatan alam atau politik yang sulit atau tidak mungkin ditanggulangi secara individu, seperti menyeberangi Laut Mediterania, atau mengakses visa dengan dokumen palsu," kata Lucia Bird.

Sami Hamdi, direktur perusahaan risiko dan intelijen global yang berkantor pusat di London, yakni International Interest, mengatakan pejabat lokal kemungkinan besar telah disuap untuk menutup mata. Namun menurutnya, ada juga simpati yang meluas dari para pejabat ini terhadap penderitaan mereka yang berusaha melarikan diri dari apa yang mereka anggap sebagai kehidupan yang "menyedihkan", karena mereka sering berasal dari kelas sosial ekonomi yang sama.

Menerjang tingginya risiko kematian

"Orang-orang dari segala lapisan masyarakat dapat menggunakan jasa penyelundup migran," kata Jan Egeland, Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Norwegia yang mengawasi pekerjaan organisasi kemanusiaan di lebih dari 30 negara yang terkena dampak konflik dan bencana.

Di antara para migran yang menyeberangi Laut Mediterania dari Afrika Utara, banyak keluarga "yang pada dasarnya menceburkan diri ke Mediterania dengan harapan dapat mencapai pantai seberang, karena tidak punya harapan lain selain melihat anak-anak mereka hidup lebih baik, dan tentu saja, banyak juga laki-laki muda," katanya kepada DW.

Memang, berbagai statistik menunjukkan bahwa jumlah migran laki-laki agak lebih banyak daripada migran perempuan. "Adalah perjalanan yang sangat berat dari Yaman atau dari Somalia hanya untuk sampai ke Mediterania," kata Egeland.

"Keluarga setempat sering mengumpulkan uang secara kolektif untuk membayar penyelundup guna memfasilitasi perjalanan bagi anggota keluarga muda yang nantinya dapat mengirimkan kembali sejumlah uang, atau bahkan secara legal memfasilitasi relokasi keluarga nanti," kata Hamdi. Ia menambahkan bahwa dia pernah bertemu dengan satu keluarga di Afrika Utara yang telah membantu anggota keluarga mereka melakukan penyeberangan yang berbahaya.

"Ketika saya berkomentar tentang tingginya risiko kematian, tanggapan yang sangat umum adalah bahwa mereka sudah mati saat masih hidup dan bernapas," katanya.

"Tidak ada yang mau pergi dari rumah, tapi..."

Pasal 14 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa "setiap orang memiliki hak untuk mencari dan menikmati suaka di negara lain." Namun, tidak setiap migran memenuhi syarat untuk suaka di bawah kerangka hukum dan definisi suaka saat ini. Ini adalah proses yang dimulai setelah migran tiba di Uni Eropa, misalnya dengan melintasi Mediterania, dan bukan sebelumnya.

"Orang-orang yang tidak punya atau punya pilihan yang sangat terbatas tentang bagaimana mengakses kehidupan yang bermartabat dan aman, akan mempertimbangkan perjalanan yang sangat berbahaya dan penuh rintangan oleh jaringan penyelundupan agar bisa keluar karena tidak ada jalur yang legal dan aman," kata Nadia Hardman, seorang pengungsi dan peneliti HAM migran di Human Rights Watch.

"Biasanya tidak ada yang ingin pergi dari rumah mereka, tetapi ketika Anda putus asa, Anda akan menggapai tiap kesempatan yang ada untuk pergi," menurut Hardman. 

Biayanya berfluktuasi

Penyelundupan manusia bisa eksis karena oleh adanya penawaran dan permintaan, dan tingkat risiko. "Ini adalah pasar jasa," kata Bird, dari Global Initiative Against Transnational Organized Crime. "Harga naik jika ada banyak penegakan hukum di rute yang akan dilalui." Namun, ketika bisnis sedang sepi, harga akan turun dan penyelundup cenderung menawarkan insentif seperti diskon untuk satu kelompok, tambahnya.

Rute antara Afrika Utara dan pantai terdekat Eropa di Italia dan Yunani, harganya berkisar dari €3.000 hingga €10.000 (Rp49 juta - Rp164 juta), dan terkadang lebih, kata Hamdi. "Itu termasuk perjalanan ke pantai Afrika Utara, dan penyeberangan dengan kapal," tambahnya.

Namun, sering kali para migran tidak bisa membayar keseluruhan biaya yang diminta. Karena itu, mereka sering dieksploitasi, dan terkadang dijadikan budak sebagai bagian dari pembayaran utang, kata Hamdi kepada DW. Beberapa dipaksa untuk melunasi hutang mereka, sementara yang lain melakukan pekerjaan serabutan di berbagai kota perbatasan untuk membayar utang dan menabung untuk perjalanan mereka selanjutnya.

(ae/hp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait