Naiknya Joko Widodo ke tampuk kekuasaan, membangkitkan harapan baru. Setelah setahun menjabat Presiden, banyak janji Jokowi yang belum terpenuhi. Opini Grahame Lucas (DW).
Iklan
Pada masa kampanye, Jokowi sering dibandingkan dengan Presiden AS Barack Obama. Pesan dia ketika itu sederhana: "Pilihlah aku, maka kita akan masuki awal baru." Jokowi berjanji mendongkrak ekonomi, menghapus berbagai hambatan birokrasi untuk menggalakkan investasi, memperbaiki situasi Hak Asasi Manusia dan memerangi penyalahgunaan narkoba. Saat itu, sangat terasa momen "Yes We Can" dalam penampilan dan pidato-pidato politiknya.
Harus diakui, Jokowi berada di posisi sulit. Dia tidak punya mayoritas di parlemen, dan mendapat penentangan dari kalangan elit politik kaya, bahkan dari partainya sendiri. Jadi Jokowi bergerak dengan caranya sendiri. Sebagai "pendatang baru", dia melakukan beberapa kesalahan.
Awalnya dia ingin membersihkan jajaran kepolisian dari praktek korupsi yang sangat marak. Tapi upaya itu ternyata mendapat penentangan keras dari para anggota parlemen. Upaya Jokowi membangkitkan lagi perekonomian, yang pertumbuhannya berada di titik terendah selama enam tahun terakghir, juga belum menunjukkan hasil. Situasi bahkan mungkin lebih buruk lagi, seandainya harga minyak mentah di pasaran tidak serendah ini.
Pemerintahan Jokowi sering menyalahkan situasi global sebagai penyebab mandeknya ekonomi. Tapi hal itu terdengar seperti alasan yang dicari-cari saja. Faktanya, banyak kebijakan yang saling berlawanan, tanpa koordinasi dan membingungkan investor. Sementara berbagai pembatasan bagi investasi asing juga masih diberlakukan.
Tapi orang perlu menilai Jokowi dengan adil. Masalah yang diwariskan pendahulunya benar-benar pelik. Menghadapi kebakaran hutan yang rutin terjadi tiap tahun, Jokowi ingin agar pemerintah daerah di kawasan kebakaran bekerja lebih keras lagi. Tapi pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan di Jakarta terdengar seperti upaya mencari kambing hitam.
Dalam satu hal, Jokowi bisa bertindak dengan leluasa: eksekusi hukuman mati. Tapi dia kemudian mengambil keputusan yang salah. Eksekusi mati terhadap narapidana narkoba memang cukup populer di kalangan pemilih Indonesia. Tapi publik juga tahu, sistem hukum di Indonesia sangat korup. Jadi, sikap Jokowi justru bertentangan dengan tujuan awalnya, yaitu memperbaiki situasi hak asasi manusia di negaranya.
Memang tak bisa dibantah, tugasdan tantangan yang dihadapi Presiden Jokowi mahabesar. Juga tak bisa dibantah, pembenahan sistem ekonomi yang demikian korup dan tidak efektif akan membutuhkan waktu. Tapi pemilih butuh visi, perlu orientasi. Jokowi harus melakukan lebih banyak, daripada sekedar menyebar imbauan di sana sini. Dia tentu punya kapasitas untuk mendorong kemajuan ekonomi. Tapi pertanyaannya adalah, berapa banyak waktu lagi yang akan diberikan pemilih kepadanya.
Neraca Setahun Jokowi
Setelah setahun Joko Widodo jadi presiden RI, neraca tidak memuaskan. Menurut sebuah survey, 54,7% rakyat Indonesia tidak puas.
Foto: Reuters
Paket Ekonomi untuk Mendorong Kemajuan
Serangkaian paket ekonomi dikeluarkan pemerintah dengan harapan, rangkaian kebijakan baru ini akan bisa memulihkan ekonomi Indonesia yang melambat drastis belakangan ini. Namun langkah pemerintah dinilai kurang memperhatikan kepentingan buruh, sehingga terjadi demonstrasi.
Foto: Reuters/Beawiharta
Kebakaran Hutan Tambah Parah
Hutan Sumatera dan Kalimantan membara. Berbagai upaya yang dilakukan sampai sekarang kurang mendatangkan hasil. Asap tebal kian meluas dan sudah mencapai negara tetangga beberapa pekan lalu. Kritik berdatangan dari beberapa negara, tapi kesuksesan dari penanganan kebakaran belum tampak. Sementara itu asap juga muncul di Papua.
Foto: Reuters/Beawiharta
Reshuffle Kabinet
Menteri Sekretaris Negara Pratikno menguatrakan alasan utama Presiden Jokowi melakukan perombakan kabinet, yaitu kondisi ekonomi yang membutuhkan perbaikan segera.
Foto: Reuters/D. Whiteside
Penenggelaman Kapal Nelayan Ilegal
Sebagai syok terapi, sejumlah kapal nelayan asing yang tertangkap menjaring ikan secara ilegal di perairan Indonesia ditenggelamkan. Langkah tegas ini dipuji tapi sekaligus dikritik. Pasalnya dilakukan sistem pilih-pilih kapal asing yang ditenggelamkan. Sejumlah kapal nelayan Cina tak jadi dikaramkan setelah dilakukan negosiasi.
Foto: Reuters/Antara Foto/J. Sulistyo
Konflik KPK versus Polri
Kisruh paling anyar Antara Komisi Pemberantas Korupsi lawan Kepolisian RI menjadi batu ujian berat bagi Jokowi. Sikap membiarkan kriminalisasi KPK akan berdampak buruk pada citra pemberantasan korupsi di Indonesia. Eskalasi kasus Cicak versus Buaya jilid tiga serta pembentukan tim independen yang agak terlambat memberi nilai negatif.
Foto: picture-alliance/epa/B. Indahono
Eksekusi Penyelundup Narkoba
Langkah tegas penegakan hukum yang patut diacungi jempol dalam gerakan memerangi narkoba. Tapi pemerintahan Jokowi kurang lihai berdiplomasi terkait eksekusi 5 penyelundup dadah berkewargaan asing yang dilakukan regu tembak di Nusa Kambangan. Seharusnya dilakukan pendekatan internasional agar penegakan hukum tidak terkesan unjuk kekuasaan.
Foto: REUTERS/Antara Foto/Idhad Zakaria
Bola Panas Kapolri
DPR dalam sidang Paripurna menyepakati Budi Gunawan diangkat menjadi Kapolri. Setelah itu KPK menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka kasus korupsi dugaan kredit tak wajar. Ini batu sandungan berikutnya bagi Joko Widodo. Dengan menangkap bola panas yang digulirkan DPR itu, posisi Jokowi menjadi serba salah dan sulit melakukan manuver politik.
Foto: Reuters/Darren Whiteside
Sigap Tangani Krisis
Pujian internasional mengalir, saat Jokowi bereaksi cepat merespons krisis dalam kecelakaan Air Asia QZ8501. Presiden membantu koordinasi aksi search and rescue. Jokowi juga memerintahkan pengkajian kembali regulasi keamanan penerbangan.
Foto: Reuters
Cabut Subsidi BBM
Sebuah langkah cerdik yang memang harus dilakukan. Dengan mencabut subsidi BBM dan melepaskan harga pada fluktuasi pasar, Jokowi bisa membebaskan anggaran negara dari beban yang cukup berat. Selama ini subsidi BBM jadi lahan subur untuk penyelewengan. Berkat harga minyak dunia yang terus merosot, harga BBM yang tadinya naik kini ternyata turun lagi.