Kesamaan agama bisa menyatukan umat. Tapi ada bahayanya: Mereka yang menguasai interpretasi doktrin, bisa menciptakan perdamaian atau merusaknya. Opini Jan D.Walter.
Iklan
Pertanyaan panas menyangkut eksistensi dan kematian mengarahkan manusia mencari jawabannya di luar dunia material. Spritualitas dan keimanan pada Tuhan mereprentasikan jalan sangat individual untuk mencapai perdamaian internal.
Tapi, jika keyakinan diinstitusikan dalam konteks sosial menjadi agama, tercipta fungsi yang berbeda, yakni menciptakan identitas bersama. Agama mematri kebersamaan kelompok umat, menggerakkan mereka untuk saling membantu. Jika terjadi sengketa, nilai moral yang dianut bersama, membantu mencari solusi yang disepakati bersama.
Dengan cara ini, agama memberikan kontribusi bagi perdamaian masyarakat. Tapi hal yang sama juga berlaku bagi elemen-elemen pembentuk identitas lainnya, seperti budaya, keluarga atau afiliasi etnis. Kohesi sosial memungkinkan anggota komunitas untuk bekerjasama dan membuatnya kuat , baik secara sosial, ekonomi maupun terhadap ancaman dari komunitas lainnya.
Masa Depan Agama di Dunia
Sebuah penelitian oleh Pew Research Centre 2015 silam mencatat Islam sebagai agama dengan tingkat pertumbuhan populasi tertinggi di dunia. Secara umum pemeluk agama Samawi masih mendominasi pada 2050.
Foto: picture alliance /Godong/Robert Harding
1. Kristen
Umat Kristen pun mengalami lonjakan populasi pada 2050, kendati tidak sebesar kaum Muslim. Pertumbuhan umat Kristen mencapai 35% menjadi 2,9 miliar manusia atau 31% dari total populasi dunia. Menurut hasil penelitian PEW, pada tahun 2050 populasi pemeluk dua agama terbesar di dunia itu akan berimbang, untuk pertamakalinya dalam sejarah.
Foto: Getty Images
2. Islam
Mengacu pada tingkat kesuburan perempuan Muslim yang saat ini mencapai 3,1 bayi per perempuan, jumlah populasi kaum Muslim di dunia pada 2050 akan meningkat sebanyak 70%, menjadi 2,8 miliar orang atau 30% dari penduduk Bumi. Jumlah tersebut sekaligus menyamai populasi umat Kristen di dunia. Selain itu kaum Muslim juga akan mewakili sebanyak 10% dari total populasi penduduk Eropa.
Foto: Getty Images/AFP
3. Hindu
Pertumbuhan populasi pemeluk Hindu terutama dimotori perkembangan demografi di India. Serupa Kristen, umat Hindu akan tumbuh sebanyak 34% pada 2050 menjadi 1,3 miliar manusia atau sekitar 15% dari total populasi dunia.
Foto: picture-alliance/AP Photo
4. Ateisme & Agnostisisme
Kendati bertambah dalam jumlah populasi, prosentase kelompok yang tidak memiliki agama terhadap jumlah penduduk Bumi berkurang dari 16% pada 2010 menjadi 13% pada 2050. Peningkatan terbesar tercatat di Amerika Utara dan Eropa. Pada 2050 sebanyak 26% penduduk AS diyakini tidak memiliki agama. Secara umum jumlah kaum non-agamis di dunia akan meningkat menjadi 1,2 miliar manusia.
Foto: Imago/imagebroker
5. Buddha
Semua pemeluk agama di dunia akan bertambah, kecuali umat Buddha. Populasi pemeluk Buddha di seluruh dunia tidak banyak berubah menyusul tingkat kesuburan yang rendah dan populasi yang menua di Cina, Thailand dan Jepang. Menurut studi PEW, populasi umat Buddha menurun sebanyak 0,3% dari 487 juta pada 2010 menjadi 486 juta pada 2050 atau 5,2% dari total populasi dunia.
Foto: Getty Images/AFP
6. Aliran Kepercayaan
Jumlah pemeluk kepercayaan tradisional saat ini banyak bergantung pada perkembangan demografi di Cina dan Afrika. Pertumbuhannya mencapai 11% dari 405 juta manusia pada 2010 menjadi 450 juta pada 2050 atau sekitar 4,8% dari penduduk Bumi.
Foto: Klaus Bardenhagen
7. Yahudi
Kelompok terkecil agama Samawi adalah Yahudi yang saat ini tercatat memiliki 14 juta pemeluk di seluruh dunia. Dengan tingkat kesuburan sebesar 2,3 bayi per perempuan, pemeluk Yahudi diyakini akan tumbuh sebanyak 14% pada 2050 menjadi 16 juta manusia. Namun prosentasenya hanya sebartas 0,2% dari total penduduk Bumi.
Foto: picture-alliance/ dpa
7 foto1 | 7
Agama dan kolektifisme
Tapi, kohesi sosial juga menyembunyikan ancaman, yakni, jika kelompok individu ini menjadi sebuah kolektif. Makin kuat identitas kolektif, makin besar ancaman bahayanya. Sebab, jika mereka keluar dari komunitas, bisa jadi harus dibayar dengan hilangnya indentitas individu. Hal ini menciptakan kendala psikologis amat tinggi. Dan ini akan mengarahkan individu menjadi sub-ordinat kolektif, baik terkait keinginan dan kebutuhannya maupun moralnya, ketimbang mempertanyakan keduanya.
Agama memiliki potensi besar membangkitkan ketergantungan semacam ini, sama seperti ideologi totaliter. Karena bagi mereka sudah disiapkan banyak jawaban. Bagi banyak orang, ini jauh lebih mudah dan lebih atraktif, dibanding masyarakat liberal, yang menunjukkan keraguan bukannya kepastian pada kecemasan orang. Sisi negatifnya, mereka yang menyuarakan keraguan di dalam kolektif, akan segera disingkirkan. Tapi barang siapa tetap berada dalam kolektif, meraka tidak lagi memiliki kemampuan untuk melontarkan keraguan tanpa mengkhianati diri sendiri.
Dalam perjalanan waktu, sejumlah gerakan moderat terbentuk di dalam arus utama agama dan ideologi totaliter, dimana para pendukungnya bisa menyampaikan keraguan dan juga melakukannya. Dalam dunia Kristen proses tersebut dimulai 500 tahun yang lalu, dan hingga kini masih terus berlangsung.
Makam Yesus Usai Dipugar
Makam Suci di Yerusalem dipercaya sebagai saksi di mana Yesus disalib, wafat dan bangkit kembali. Renovasi besar-besaran kini selesai dilakukan.
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Situs penting umat Kristiani
Di situs Makam Kudus, Yesus Kristus disalibkan, wafat, dimakamkan dan bangkit kembali. Menurut bukti arkeologi, gereja pertama di situs itu diresmikan tahun 335. Setelah mengalami kehancuran pada abad ke-7, ke-11 dan abad ke-19, dilakukan perbaikan kembali.
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Makam Yesus
Pada bulan Oktober 2016, lempengan-lembengan batu marmer di atas makam digeser selama 60 jam. Dengan demikian peneliti dapat mengkaji lempengan-lempengan tersebut yang selama ini diyakini melindungi kuburan dimana Yesus dimakamkan. Kini lilin doa kembali dinyalakan di tempat ziarah itu. Momen bersejarah, inilah ketiga kalinya makam ini dibuka.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Melepas bebat dan merenovasi
Kuburan Kudus – dilingkupi rotunda atau kubah yang berada dalam kapel makam. Pada tahun 1947, Kapel ini diperkuat dengan korset baja untuk melindunginya setelah gempa tahun 1927. Kelembaban gedung dan suhu panas akibat terlalu banyak lilin juga telah merusak bangunan kudus ini.
Foto: picture-alliance/AP Photo/S. Scheiner
Siap bagi peziarah
Sepuluh bulan waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan restorasi kapel, jantung Makam Suci. Para pakar Yunani bekerja di bawah kondisi yang sulit, terutama pada malam hari, sehingga tidak mengganggu para wisatawan dan peziarah. Sekarang orang-orang bisa leluasa masuk ke Aedekula yang telah dipugar.
Foto: picture-alliance/AP Photo/S. Scheiner
Berbagi kepemilikan
Makam Suci berbagi kepemilikan dengan berbagai aliran. Bagian terbesar dimiliki Ortodoks Yunani, Katolik dan Kristen Ortodoks Armenia. Berkali-kali terjadi sengketa pengakuan atas desain maupun penggunaan gereja. Oleh karena itu, pada tahun 1852 kerajaan Ottoman menetapkan gereja dalam status quo.
Foto: picture-alliance/newscom/D. Hill
Kerja keras di ruang keramat
Para ahli Universitas Teknik Nasional Athena adalah yang pertama mengangkat langit-langit marmer makam Yesus. Pendahulunya juga arsitek Yunani Nikolaos Komnenos, ynag memperbaiki Gereja Makam Kudus tahun 1810.
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Membangun kebersamaan
Sekarang bangunan paling suci Kristen itu kembali ke tangan umat beriman. Franciscan Custos Francesco Patton memuji kerjasama yang sangat baik aliran-aliran yang mengklaim Makam Kudus: "Di satu sisi, hubungan yang baik ini jauh lebih penting daripada restorasi bangunan - karena dengan terbangunnya rasa persaudaraan, itu sebuah langkah maju yang penting." Ed: Philipp Jedicke/L. Schaefer (ap/yf)
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
7 foto1 | 7
Tujuan yang memutuskan
Bahaya dari semua itu amat nyata. Sebuah kelompok individu yang kritis boleh jadi bisa dipengaruhi. Tapi manusia yang memandang dirinya sebagai bagian dari kolektif, juga bisa dikendalikan oleh mereke yang berhasil menerapkan doktrinnya. Bagi pemimpin semacam ini, agama dan ideologi menjadi senjata, dimana dengan itu massa bisa dimbolisir sesuai keinginannya.
Hal seperti ini telah terjadi berulangkali dalam sejarah umat manusia. Seringkali hal tersebut menelan ongkos berupa nyawa manusia, kebebasan dan kemerdekaan. Namun dalam kasus lainnya, agama justru memberikan umatnya maupun umat agama lain, kehidupan, kebebasan dann perdamaian.
Memandang konsekuensinya, adalah tidak ada gunanya mendiskusikan, apakah agama digunakan atau disalahgunakan, untuk mencapai sesuatu tujuan. Namun jelas, bahwa agama adalah senjata, yang bisa digunakan untuk tujuan ini atau itu.
Dalam hal ini, adalah sangat tepat, untuk mengimbau para pimpinan religius untuk berpartisipasi dalam negosiasi perdamaian. Dalam ajakan ini harus terkandung tuntutan: gunakan senjata untuk menentang perang dan bagi perdamaian.
Negara-negara Tak Bertuhan
Dua pertiga penduduk Bumi mengaku beragama, tapi sisanya tidak bertuhan. Negara mana yang paling banyak menampung kaum ateis? Uniknya Asia justru berada di urutan terdepan
Foto: picture-alliance/ David Wimsett/UPPA/Photoshot
#1. Cina
Tradisi Cina tidak mengenal istilah agama dalam prinsipnya yang mengatur hubungan antara manusia dan Tuhan, melainkan ajaran nenek moyang yang terwujud dalam bentuk Taoisme atau Khonghucu. Sebab itu tidak heran jika dalam jajak pendapat lembaga penelitian Gallup, sekitar 61% penduduk Cina mengaku tidak bertuhan. Sementara 29% mengaku tidak taat beragama.
Foto: picture-alliance/dpa
#2. Hong Kong
Sebagian besar penduduk Hongkong menganut kepercayaan tradisional Tionghoa. Sementara lainnya memeluk agama Kristen, Protestan, Taoisme atau Buddha. Namun menurut jajak pendapat Gallup, sekitar 34% penduduk bekas jajahan Inggris itu mengaku tidak percaya kepada Tuhan.
Foto: Getty Images/AFP/P. Lopez
#3. Jepang
Serupa Cina, sebagian besar penduduk Jepang menganut kepercayaan etnis Shinto alias agama para dewa. Dalam hakekatnya Shintoisme tidak mengenal prinsip ketuhanan seperti agama samawi. Sebab itu pula banyak penganut Shinto yang mengaku tidak bertuhan. Gallup menemukan sekitar 31% penduduk Jepang mengklaim dirinya sebagai Atheis.
Foto: Reuters
#4. Republik Ceko
Sekitar 30% penduduk Republik Ceko mengaku tidak bertuhan. Sementara jumlah terbesar memilih tidak menjawab perihal agama yang dianut. Faktanya, agama sulit berjejak di negeri di jantung Eropa tersebut. Penganut Katholik dan Protestan misalnya cuma berkisar 12 persen dari total populasi.
Foto: picture-alliance/dpa/Xamax
#5. Spanyol
Katholik mewakili porsi terbesar dari penduduk Spanyol yang beragama. Sementara sisanya tersebar antara Protestan atau Islam. Uniknya kendati beragama, sebagian besar penduduk Spanyol mengaku tidak taat menjalani ritual keagamaan. Sementara 20% mengaku atheis atau agnostik.