Warga Hong Kong mengirim pesan yang jelas kepada pemerintah kota dalam pemilihan lokal yang diadakan akhir pekan lalu. Simak oponi pemimpin redaksi Cina DW Philipp Bilsky.
Iklan
Hingga detik terakhir, masih ada keraguan apakah pemilu benar akan berlangsung atau tidak. Ketua Eksekutif Hong Kong Carrie Lam telah mengumumkan beberapa kali bahwa pemilihan akan dibatalkan jika protes kekerasan berlanjut.
Namun hari pemilihan tetap tenang. Bahkan Carrie Lam sendiri dapat memberikan suaranya tanpa menarik sekelompok besar demonstran yang marah ke tempat pemungutan suara.
Hasil pemilihan dewan distrik hari Minggu (24/11) tidak mungkin lebih jelas lagi. Para kandidat pro-demokrasi mencetak kemenangan besar, sementara kubu pro-pemerintah menderita kekalahan besar. Belum pernah ada begitu banyak warga Hong Kong yang memberikan suara.
Sebelum pemilihan, ada banyak spekulasi tentang berapa banyak dukungan yang masih ada untuk protes anti-pemerintah yang sedang berlangsung, terutama setelah kekerasan di kedua belah pihak meningkat dalam beberapa pekan terakhir.
Hasil pemilihan distrik dengan jelas menjawab pertanyaan ini. Dukungan untuk gerakan protes masih sangat kuat. Dan yang lebih jelas adalah bahwa sebagian besar rakyat Hong Kong sangat tidak puas dengan Carrie Lam dan pekerjaannya.
Dampaknya minor
Apa arti hasil pemilu bagi masa depan Hong Kong? Dewan distrik hanya bertanggung jawab atas inisiatif lokal dan memiliki sedikit bobot politik. Pemilihan dewan distrik hanya akan berdampak kecil pada pemilihan kepala eksekutif baru pada tahun 2022, karena pasukan pro-Beijing masih memiliki kontrol lebih besar atas Komite Pemilihan yang beranggotakan 1.200 orang, yang bertugas memilih pemimpin kota.
Namun, setelah pemungutan suara yang begitu jelas dalam pemilihan lokal, akan sangat penting bagi pemerintah untuk mengambil langkah-langkah substansial untuk merespons langsung tuntutan warga Hong Kong. Namun, tidak ada yang benar-benar percaya bahwa ini akan terjadi dan bahwa Carrie Lam, misalnya, akan memenuhi permintaan paling penting dari para demonstran - yakni penyelidikan independen terhadap penggunaan kekuatan berlebihan oleh polisi.
Tetapi jika pemerintah tetap pasif, demonstran yang tidak percaya bahwa protes damai akan membawa kemajuan akan merasa makin termotivasi. Karena itu seharusnya tidak mengejutkan jika kesediaan demonstran Hong Kong untuk terlibat dalam kekerasan melonjak lagi dalam beberapa hari mendatang. Jika itu terjadi, adegan kekerasan serupa bisa kembali pecah di Hong Kong. (vlz/hp)
Hari-hari Penuh Kekerasan di Hong Kong
Selama setengah tahun, para mahasiswa di Hong Kong berdemonstrasi menuntut kebebasan dan demokrasi. Protes pun semakin radikal. Terakhir, pecah bentrokan di Universitas Politeknik Hong Kong.
Foto: Reuters/T. Siu
Protes di Kampus Politeknik
Inilah kampus Universitas Politeknik. Para demonstran dipukul mundur di sini dan terlibat dalam bentrokan dengan polisi selama lebih dari 24 jam. Di kampus, ratusan orang berbekal senjata alat pembakar dan senjata rakitan sendiri. Untuk menangkal polisi, mereka menyalakan api besar-besar.
Foto: Getty Images/AFP/Ye Aung Thu
Diringkus dan ditangkap
Aktivis melaporkan bahwa polisi mencoba menyerbu gedung universitas. Karena gagal, aparat pun menciduk para demonstran di sekitaran universitas. Mahasiswa yang ingin meninggalkan kampus ditangkap. Polisi mengatakan mereka menembakkan amunisi di dekat universitas pada pagi hari, tetapi tidak ada yang tertembak.
Foto: Reuters/T. Siu
Gagal melarikan diri
Di luar kampus, polisi bersiaga dengan meriam air. Asosiasi mahasiswa melaporkan bahwa sekitar 100 mahasiswa mencoba meninggalkan gedung universitas. Namun mereka terpaksa kembali ke dalam gedung kampus ketika polisi menembakkan gas air mata ke arah mereka.
Foto: Reuters/T. Peter
Lokasi strategis penting
Universitas Politeknik menjadi penting dan strategis bagi para demonstran karena terletak di pintu masuk terowongan yang menghubungkan daerah itu dengan pulau Hong Kong. Dalam beberapa hari terakhir, pengunjuk rasa telah mendirikan barikade di luar terowongan untuk memblokir pasukan polisi. Ini adalah bagian dari taktik baru untuk melumpuhkan kota dan meningkatkan tekanan pada pemerintah.
Foto: Reuters/T. Peter
Apa tuntutannya?
Protes di Wilayah Administratif Khusus ini telah berlangsung selama lebih dari lima bulan. Tuntutan para demonstran antara lain yaitu pemilihan umum yang bebas dan penyelidikan kekerasan yang dilakukan oleh polisi. Perwakilan pemerintahan Beijing di Hong Kong belum menanggapi kedua tuntutan ini.
Foto: Reuters/T. Peter
Peningkatan kekerasan
Protes yang awalnya damai kini berubah menjadi penuh kekerasan. Polisi menindak tegas dan mengancam akan menggunakan amunisi tajam. Aktivis Hong Kong berbicara tentang adanya 4.000 penangkapan sejak protes dimulai. Para demonstran sendiri melawan dengan melempari batu, melemparkan bom Molotov dan menggunakan busur serta anak panah.
Foto: Reuters/T. Siu
Busur dan anak panah untuk melawan
Seorang polisi terluka pada hari Minggu (17/11) akibat tusukan anak panah di kakinya. Aktivis terkenal Hong Kong, Joshua Wong, membenarkan kekerasan yang dilakukan para demonstran. "Dengan protes yang damai, kami tidak akan mencapai tujuan kami. Dengan kekerasan saja juga tidak mungkin, kami membutuhkan keduanya," kata Wong kepada media Jerman, Süddeutsche Zeitung.
Foto: picture-alliance/dpa/Hong Kong Police Dept.
Sembunyikan identitas
Pemerintah Hong Kong telah melarang pemakaian topeng. Banyak demonstran memakai masker gas untuk perlindungan terhadap serangan gas air mata. Yang lain mengikat kain di depan wajah mereka untuk menyembunyikan identitas. Mereka takut penangkapan dan konsekuensinya jika mereka sampai dikenali.
Foto: Reuters/T. Siu
Khawatir militer turun tangan
Eskalasi kekerasan juga makin berlanjut. Kehadiran beberapa tentara Cina pada hari Sabtu (16/11) di Hong Kong menyebabkan kekhawatiran. Para tentara ini diturunkan untuk membantu membersihkan serakan batu. Di antara para demonstran, muncul kekhawatiran besar bahwa Cina bisa saja menggunakan militernya untuk mengakhiri protes di Hong Kong. (ae/pkp)