Debat TV satu-satunya antara kandidat utama Angela Merkel (CDU) dan Martin Schulz (SPD) menunjukkan satu hal: Jangan lagi ada koalisi besar. Komentar editor DW Christoph Strack.
Iklan
Duel ini sebenarnya bukan duel. Bahkan hampir tidak ada perdebatan sengit. Ini adalah duel TV yang kelima yang dilaksanakan selama pemilu-pemilu Jerman sejak 2002. Dan ini adalah duel paling lemah.
Perdebatan antara Angela Merkel dan Martin Schulz lebih tepat disebut pembicaraan antara dua politisi yang bersaing dalam pemilu, namun partai mereka bersama-sama membentuk koalisi pemerintahan. Mereka dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan empat jurnalis TV tanpa penonton di studio.
Situasi ketimpangan sosial yang ada di Jerman, sekalipun sedang mengalami boom ekonomi, hampir tidak dibahas. Situasi banyak keluarga yang makin sulit, tantangan dan peluang yang muncul dari perkembangan teknologi informasi, dampak globalisasi bagi lapangan kerja dan bidang pendidikan, semuanya tidak sempat dibahas.
Tema besar yang dibahas dalam porsi besar adalah soal pengungsi dan politik luar negeri. Yang menarik di sini tema tentang hubungan dengan Turki. Ketua CDU Angela Merkel dan Ketua SPD Martin Schulz sama-sama mengambil posisi tegas yang lain dari haluan partainya selama ini. Tidak ada lagi perundingan penyelarasan pajak dengan Turki, tidak ada lagi konsultasi tentang keanggotaan Turki di Uni Eropa. Padahal SPD biasanya mendukung keanggotaan Turki di Uni Eropa. Karena Erdogan dan situasi aktual di Turki, di mana beberapa warga Jerman ditahan atas tuduhan berkomplot untuk melakukan kudeta, politik Jerman terhadap Turki sekarang berubah drastis.
Kesimpulan yang mungkin bisa ditarik dari debat 90 menit lebih ini adalah: Jerman tidak butuh koalisi besar seperti saat ini. Kedua partai terbesar Jerman (CDU dan SPD) sudah terlalu lama membentuk pemerintahan, ibarat dua partai yang tinggal serumah. Mereka saling kenal, tahu betul kelemahan pihak yang lain.
Demokrasi memang perlu pemerintahan yang kuat. Tetapi demokrasi juga perlu oposisi yang kuat. Sebuah duel tanpa oposisi membosankan. Hal ini kembali terlihat jelas. Di Jerman duel TV memang hanya dilakukan satu kali. Sebaiknya memang begitu, karena Jerman menganut sistem parlementer, bukan presidensial. Yang dipilih pemilih Jerman adalah partai politik, bukan seorang politisi.
Sebuah demokrasi parlementer perlu partai-partai politik dengan agenda politiknya dan perlu ada jaminan untuk hak beroposisi. Pada duel semalam yang disaksikan jutaan pemilih, hal itu tidak kelihatan.
Poster Kampanye Pemilu di Jerman
Autentik? Xenofobia? Berkelit? Segelintir kata yang dipakai dalam poster kampanye pemilu di Jerman tahun ini. DW mengajak Anda melihat bagaimana partai politik berusaha menggaet pemilih lewat selembar poster.
Partai Kristen Demokrat (CDU)
Setelah tiga periode duduk di kursi legislatur, Kanselir Angela Merkel tak lagi asing dengan poster pemilu. Dengan anggaran 20 juta Euro atau 3 miliar Rupiah, partai berhaluan konservatif ini menggantung 22.000 papan poster di seluruh Jerman. Penggunaan desain bendera Jerman menegaskan patriotisme partai, sedangkan fokus utama slogan kampanye adalah isu keamanan, keluarga dan lapangan kerja.
Foto: picture alliance/dpa/B.Pedersen
Partai Sosial Demokrat (SPD)
Partai berbasis serikat pekerja ini mempertahankan gaya klasiknya lewat penggunaan warna merah dan logo berbentuk persegi. Poster terkonsentrasi pada isu pendidikan, keluarga, pensiun, investasi dan kesetaraan gaji. Di akhir kampanye yang bernilai 24 juta Euro atau 36 miliar Rupiah ini, SPD akan menyiapkan kampanye kejutan tepat jelang hari pemilihan, yang hingga kini masih menjadi rahasia.
Partai Liberal Jerman (FDP)
Lebih dari 5 juta Euro atau 75 miliar Rupiah telah dihabiskan partai Liberal ini berkampanye lewat poster. Dengan potret hitam putih, FDP tampil total lewat kemasan pemasaran modern yang berpusat pada satu pria: Christian Lindner. Pemilih, sayangnya, akan kesulitan membaca teks padat pada poster ini. "Ketidaksabaran juga merupakan kebijakan", tertera pada slogan.
Partai Hijau
Partai Hijau tetap setia pada jati diri mereka dengan berfokus pada topik klasik seperti lingkungan hidup, integrasi dan perdamaian. "Lingkungan bukan segalanya. Tapi tanpa lingkungan, segalanya tak berarti," demikian bunyi slogan partai bernama resmi Aliansi '90 ini. Hal lain yang juga setia muncul pada poster adalah logo Partai Hijau berbentuk bunga matahari.
Alternatif untuk Jerman (AfD)
Penghargaan untuk poster paling kontroversial, tak bisa ditampik lagi, jatuh kepada partai berhaluan ekstrem kanan AfD. Poster menampilkan seorang perempuan hamil yang tersenyum, terkesan polos, sampai slogan berikut terbaca: "Warga Jerman Baru? Kita ciptakan sendiri." Pada poster berbeda berlatar belakang tiga perempuan yang memakai bikini, AfD menanyakan: "Burka? Kami suka bikini.":
Partai Kiri
Partai Kiri tampaknya mengerahkan segala upaya untuk dapat menggunakan sebanyak mungkin ragam bentuk huruf. Dengan menggabungkan fon huruf dan permainan kata, slogan ini berbunyi: "[Warna-warni] Manusia. Tegas melawan kebencian haluan-kanan." Uang sewa yang terjangkau, pensiun yang lebih adil dan penghentian ekspor senjata menjadi isu utama yang diusung partai berhaluan kiri ini.