Kegagalan AS di Afganistan Mempermalukan Kita Semua
Ines Pohl
17 Agustus 2021
Perebutan kekuasaan oleh Taliban menjerumuskan Afganistan ke dalam kekacauan dan mengekspos kesalahan total dalam perhitungan AS. Sikap ini mempermalukan kita semua, tulis editor DW Ines Pohl.
Iklan
Tidak ada solusi yang baik untuk dilema Afganistan yang diwarisi Presiden AS Joe Biden dari para pendahulunya. Sebagai salah satu tindakan terakhirnya, Donald Trump telah mengumumkan penarikan semua pasukan AS dari Afganistan. Pendahulunya Barack Obama melewatkan kesempatan untuk mempersiapkan penarikan pasukan dengan argumen yang valid, bahwa invasi itu sebenarnya sudah kehilangan dasarnya setelah kematian Osama bin Laden.
Joe Biden berada di bawah tekanan yang besar di dalam negeri untuk mengakhiri misi militer ini. Mayoritas warga Amerika tidak ingin lagi ada orang yang mempertaruhkan nyawa atau negaranya menghabiskan miliaran dolar lagi untuk suatu negara, di mana mayoritas penduduknya tidak merayakan AS dan sekutunya sebagai pembebas, malah memerangi mereka sebagai penjajah.
Biden memang sangat membutuhkan kesuksesan. Banyak presiden AS telah memulai perang untuk memenangkan pemilu, sedangkan Biden harus mengakhiri perang untuk menghindari hilangnya mayoritas tipis partainya di kedua kamar Kongres AS dalam pemilihan paruh waktu yang akan digelar tahun depan.
AS dan pemerintahan barat dalam bahaya besar
Namun, kompleksitas ini tidak bisa menjadi alasan untuk tragedi dan bencana kemanusiaan yang sedang berlangsung di Afganistan. Ribuan warga Afganistan telah mendukung pasukan militer Barat dan banyak perempuan selama dua dekade terakhir menikmati kebebasan yang dijanjikan Barat. Namun, sekarang AS dan aliansi militernya tidak mampu menjamin keamanan mereka. Para pemerintahan Barat sendiri sibuk membawa warganya yang berada di Afganistan, para staf kedutaan, pekerja LSM, dan kelompok lain untuk diterbangkan keluar dari negara itu.
Pasukan AS Pulang, Afganistan Tertimbun di Bawah Sampah Amerika
Pangkalan Udara Bagram jadi markas besar pasukan AS di Afganistan selama hampir 20 tahun. Markas militer itu telah kosong sejak musim semi dan meninggalkan berton-ton sampah.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Rongsokan sejauh mata memandang
Sejarawan mungkin memperdebatkan peninggalan misi politik AS di Afganistan. Tetapi peninggalan fisiknya terlihat jelas dalam bentuk rongsokan dan sampah dalam jumlah besar. Angkatan Darat AS akan ditarik sepenuhnya dari Pangkalan Udara Bagram pada peringatan 20 tahun serangan teroris 11 September di Washington dan New York, jadi dalam waktu beberapa minggu ke depan.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Di mana harus menaruh semua sampah?
Tentara AS akan membawa pulang peralatan atau memberikannya kepada pasukan keamanan setempat. Tetapi masih banyak sampah kemasan dan elektronik tersisa. Lebih dari 100.000 tentara AS bertugas di Bagram sejak 2001. Pangkalan yang terletak 70 kilometer di utara Kabul, telah berkembang menjadi kota kecil ala Amerika, lengkap dengan pusat perbelanjaan dan restoran cepat saji.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Sampah seseorang adalah harta karun bagi orang lain
Tempat pembuangan rongsokan di luar pangkalan telah menjadi populer di kalangan pemburu harta karun. Mereka datang dalam jumlah besar untuk mengais sampah, mencari sesuatu yang masih berguna, seperti sepasang sepatu boot militer ini. Harapan mereka adalah menjual apa yang ditemukan untuk mendapatkan uang.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Mencari harta karun sampah elektronik
Sampah elektronik dalam jumlah besar juga terkubur di tempat pembuangan sampah. Orang mencari papan sirkuit berisi suku cadang dan sekrup yang dapat digunakan kembali. Beberapa bahkan mengandung bahan berharga seperti tembaga dan sejumlah kecil emas. Bagi orang Amerika, itu semua sampah. Tapi bagi warga Afganistan yang berpenghasilan hanya US $695 (Rp8,5 juta) setahun, itu adalah harta karun.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Apa yang akan terjadi dengan Bagram?
Bagram, di kaki pegunungan Hindu Kush, memiliki sejarah panjang sebagai pangkalan militer. Tentara Uni Soviet menggunakan pangkalan itu selama invasinya pada 1979. Banyak yang sekarang khawatir setelah pasukan Amerika pergi, Bagram akan jatuh ke tangan Taliban, yang berarti kemenangan strategis bagi kaum Islamis.
Foto: imago images
Penarikan pasukan yang riskan
Pasukan AS resminya ditarik pulang sejak 1 Mei dan tidak ada waktu untuk membuang sampahnya. Senjata berat dan pasukan tambahan tetap disiagakan untuk kemungkinan serangan Taliban selama penarikan. Pada minggu terakhir penarikan, total 36 negara NATO dan mitra terlibat dalam misi tersebut, termasuk 2.500 tentara Amerika dan 1.100 tentara Jerman
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Wanita yang bekerja
Seorang gadis memulung peti logam usang dari tempat pembuangan sampah. Terlepas dari situasi sulit, anak perempuan dan wanita yang paling diuntungkan dari misi militer pimpinan AS dan jatuhnya Taliban pada tahun 2001. Mereka dapat bersekolah, dan sebagai wanita dewasa bisa bekerja di sektor yang sebelumnya tidak dapat diakses oleh mereka, termasuk di pengadilan tinggi dan institusi resmi lainnya.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Orang-orang yang ditinggalkan
Beberapa orang menemukan barang-barang bernilai sentimental murni di tempat barang rongsokan, untuk mengingatkan mereka pada pangkalan militer AS ini. Banyak pemukiman pasukan lokal Afganistan bermunculan di sekitar Bagram, dan eksistensi mereka bergantung pada pangkalan itu. Banyak yang sekarang bertanya-tanya apa yang akan terjadi dengan mereka dan keluarga mereka.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Apa yang tersisa?
Jadi apa yang tersisa dari kehadiran AS di Hindu Kush, selain sepatu usang dan kawat berkarat? Presiden AS Joe Biden menjanjikan kemitraan "berkelanjutan" pada saat pertemuan dengan mitranya dari Afganistan, Ashraf Ghani di Gedung Putih 25 Juni. Nasib jutaan warga Afganistan akan tergantung dari janji Biden. (bn/as)
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
9 foto1 | 9
Bagaimana mungkin hanya beberapa hari lalu, Gedung Putih mengklaim bahwa Kabul tidak akan jatuh dalam waktu dekat? Sekarang muncul kepanikan di Kabul, karena militer Afganistan sendiri cepat-cepat melepas seragam militernya dan berganti baju, karena takut pada kehebatan Taliban dan tidak melihat alasan untuk berjuang mempertahankan pemerintahan korup yang dipimpin oleh Presiden Ashraf Ghani.
Bagaimana sebenarnya kualitas badan intelijen Barat dan pengetahuan mereka tentang Afganistan? Bagaimana menilai perkataan Joe Biden, yang baru-baru ini menyatakan bahwa Afganistan sudah tidak lagi menjadi ancaman terorisme internasional dan karena itu negara itu bisa dibiarkan mengurus dirinya sendiri?
Iklan
Meninggalkan pekerja lokal, mempermalukan kita semua
Perang di Afganistan diluncurkan sebagai tanggapan atas serangan terhadap Amerika Serikat pada 11 September 2001. Dengan logika yang membingungkan, Joe Biden mengumumkan bahwa penarikan pasukan akan berakhir tepat pada peringatan 20 tahun serangan itu. Dia mungkin melakukan ini dengan harapan akhirnya bisa menutup babak memalukan invasi militer AS dan mendeklarasikan kemenangan dalam perang melawan terorisme internasional di tugu peringatan di New York nanti.
Padahal tidak ada yang dimenangkan dalam 20 tahun ini. Pada saat yang sama, banyak kredibilitas telah disia-siakan. Khususnya di antara mereka yang dengan tangan terbuka mendukung aliansi militer Barat, dengan mempertaruhkan tidak hanya nyawa mereka, tetapi juga nyawa keluarga mereka. Sekarang mereka ditinggalkan begitu saja dengan cara yang sangat memalukan. Sikap ini mempermalukan kita semua.