Opini Negatif Dunia terhadap Cina Mencapai Titik Tertinggi
William Yang
7 Oktober 2020
Survei terbaru Pew Research Center menunjukkan bahwa masyarakat di 9 negara ekonomi maju punya opini negatif terhadap Cina. Pew mengatakan respons Beijing terhadap pandemi virus corona memperburuk opini publik global.
Iklan
Menurut survei terbaru yang dirilis oleh Pew Research Center pada Selasa (07/10), opini negatif terhadap Cina oleh beberapa negara ekonomi maju telah meningkat secara signifikan.
Sembilan dari 14 negara yang diikutsertakan dalam survei memiliki pandangan negatif terhadap Cina yang telah mencapai titik tertinggi, sejak Pew mulai mengumpulkan data tentang topik tersebut lebih dari satu dekade lalu.
Di Australia, sebanyak 81% responden memiliki pandangan yang kurang baik terhadap Cina. Jumlah itu meningkat 24% sejak 2019. Sementara di Amerika Serikat (AS), pandangan negatif terhadap Cina juga meningkat 20% selama empat tahun terakhir. Kemudian di Inggris, sekitar tiga perempat responden memandang Cina secara negatif. Angka ini meningkat 19% sejak 2019.
Opini publik dunia yang negatif terhadap Cina juga berada di angka tertinggi berdasarkan survei Pew di Jerman, Belanda, Swedia, Korea Selatan, Spanyol, dan Kanada.
Iklan
Diperparah oleh pandemi virus corona
Penanganan Cina atas masalah pandemi virus corona memperburuk persepsi negatif di antara 14 negara ekonomi maju yang disurvei. Rata-rata 61% responden dari total semua negara yang disurvei, menganggap Cina melakukan pekerjaan yang buruk dalam memerangi pandemi.
Namun, survei itu juga menyebut bahwa 84% responden menganggap AS jauh lebih buruk dalam menangani corona.
"Pada tahun 2020, kami melihat bahwa orang-orang yang menganggap Cina melakukan pekerjaan yang buruk dalam menangani pandemi COVID-19, juga memiliki pandangan yang buruk secara keseluruhan terhadap Cina. Jadi kami dapat memastikan bahwa pendapat (buruk) tentang COVID-19 berkaitan dengan pandangan negatif terhadap Cina," ujar Laura Silver, peneliti senior di Pew, kepada DW.
"Di beberapa negara ini, persepsi bagaimana Cina menangani virus corona tidak hanya berdasarkan cara penanganan virus di dalam negeri, dan asal mula wabah serta penyebarannya, tetapi juga bantuan kesehatan yang diberikan secara internasional," kata Silver.
Tidak terlalu percaya pada Xi Jinping
Laporan oleh pusat penelitian yang berbasis di Washington ini juga menunjukkan bahwa kepemimpinan Cina menjadi semakin tidak disukai di negara-negara yang disurvei.
"Ketidaksetujuan tentang bagaimana Cina menangani pandemi COVID-19 juga menentukan kepercayaan orang terhadap Presiden Cina Xi Jinping," tulis penulis laporan itu.
Rata-rata 78% responden hanya merasa sedikit atau bahkan tidak percaya sama sekali terhadap Xi Jinping, bahwa dia melakukan hal yang benar terkait urusan dunia.
Data menunjukkan, kurangnya kepercayaan oleh negara-negara yang disurvei terhadap Xi Jinping mencapai titik tertinggi dalam sejarah.
"Di sebagian besar negara, persentase yang mengatakan mereka tidak terlalu percaya atau tidak percaya sama sekali padanya meningkat dua digit sejak tahun lalu," tulis laporan itu.
Trump masih yang terburuk
Namun, meski kepercayaan global terhadap Xi telah turun drastis, responden masih lebih percaya kepadanya daripada Presiden AS Donald Trump.
Sebanyak 78% responden di Jerman mengatakan mereka tidak percaya pada Xi, namun 89% responden mengatakan mereka tidak percaya pada Trump.
"Ketika berbicara tentang para pemimpin [Cina dan AS], baik Trump dan Xi saling memengaruhi kurangnya kepercayaan di antara orang-orang dewasa di negara lain," kata Silver.
"Kurangnya kepercayaan pada satu pemimpin sering kali berkaitan dengan kurangnya kepercayaan pada pemimpin lainnya,” tambahnya.
Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia
Kurang dari sebulan, wabah virus corona jenis baru (2019-nCoV) telah dinyatakan sebagai darurat kesehatan global. Lebih dari 50 juta warga Cina dikarantina, para ilmuwan masih berjuang temukan vaksin.
Foto: Reuters/Antara Foto
Virus mirip pneumonia menyerang Wuhan
Pada 31 Desember 2019, Cina memberi tahu WHO tentang serangkaian infeksi pernapasan di Kota Wuhan yang berpenduduk 11 juta orang. Virus tersebut diduga berasal dari sebuah pasar makanan laut, yang kemudian dengan cepat ditutup oleh pemerintah Cina. Awalnya, sekitar 40 orang dilaporkan terinfeksi.
Foto: Imago Images/UPI Photo/S. Shaver
Virus corona jenis baru berhasil diidentifikasi
7 Januari 2020, para ilmuwan Cina mengumumkan telah mengidentifikasi virus corona jenis baru yang menjadi penyebab serangkaian infeksi pernapasan di Wuhan. Sama seperti flu biasa dan SARS, virus tersebut juga termasuk dalam keluarga coronavirus. Virus jenis baru itu sementara dinamai 2019-nCoV. Gejalanya meliputi demam, batuk, kesulitan bernapas, dan radang paru-paru.
Foto: picture-alliance/BSIP/J. Cavallini
Kematian pertama di Cina
Pada 11 Januari, Cina mengumumkan kematian pertama yang disebabkan oleh virus corona jenis baru. Seorang pria berusia 61 tahun yang diketahui telah berbelanja di pasar Wuhan meninggal karena komplikasi pneumonia.
Foto: Reuters/Str
Virus sampai ke negara-negara tetangga
Pada hari-hari berikutnya, negara-negara seperti Thailand dan Jepang mulai melaporkan kasus infeksi pada warganya yang diketahui pernah mengunjungi pasar yang sama di Wuhan. Pada 20 Januari, tiga orang dilaporkan meninggal di Cina, sementara lebih dari 200 orang dilaporkan telah terinfeksi virus corona jenis baru ini.
Foto: Reuters/Kim Kyung-Hoon
Menular dari manusia ke manusia
Hingga pertengahan Januari, para ilmuwan masih berjuang untuk mencari tahu bagaimana virus ini menyebar ke manusia. Keluarga virus corona adalah zoonotic, artinya virus ditularkan dari hewan ke manusia - beberapa jenis virus dapat ditularkan melalui batuk dan bersin. Baru kemudian pada 20 Januari, otoritas Cina mengonfirmasi bahwa virus dapat ditularkan dari manusia ke manusia.
Foto: picture-alliance/YONHAPNEWS AGENCY
Jutaan orang dikarantina
Pemerintah Cina menutup Kota Wuhan pada 23 Januari untuk membatasi penyebaran virus corona. Rumah sakit baru untuk merawat pasien pun mulai dibangun. Sampai pada 24 Januari, lebih dari 830 orang dilaporkan terinfeksi dan setidaknya 26 orang dinyatakan meninggal. Pemerintah kemudian memperluas karantina ke 13 kota lain. Langkah ini berdampak terhadap setidaknya 36 juta jiwa.
Foto: AFP/STR
Virus corona capai Eropa!
Pada 24 Januari, otoritas Prancis melaporkan 3 kasus virus corona baru di daerah perbatasannya. Temuan ini menjadi tanda kemunculan virus tersebut di Eropa. Beberapa jam setelah Prancis, Australia juga melaporkan bahwa empat orang warganya telah terinfeksi virus corona baru tersebut.
Foto: Getty Images/X. Chu
Liburan Tahun Baru Imlek diperpanjang
Tahun Baru Imlek di Cina dimulai dengan perayaan sederhana pada 25 Januari. Jutaan orang dilaporkan bepergian dan ikut ambil bagian dalam perayaan publik tersebut. Para pejabat membatalkan acara-acara besar untuk mengatasi wabah ini. Di akhir Januari, ada 17 kota di Cina dengan 50 juta penduduk dikarantina. Libur Imlek diperpanjang tiga hari untuk membatasi arus populasi.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Mortagne
Perbatasan dengan Mongolia, Hong Kong dan Rusia bagian timur ditutup
Kamboja mengonfirmasi kasus pertamanya, sementara Mongolia menutup perbatasannya bagi kendaraan dari Cina. Rusia juga menutup perbatasan dengan Cina di tiga wilayah bagian timur. Kerugian terhadap pariwisata global ditaksir mencapai miliaran dolar sementara harga minyak turut anjlok. Jumlah korban tewas meningkat menjadi 41, lebih dari 1.300 orang terinfeksi di seluruh dunia - kebanyakan di Cina.
Foto: Reuters/C. G. Rawlins
Jerman laporkan kasus virus corona pertama
Pada tanggal 27 Januari, Jerman mengumumkan kasus virus corona pertamanya. Pasien adalah seorang pria berusia 33 tahun di Bayern yang disebut terkena virus selama pelatihan di tempat kerja dengan seorang rekan dari Cina. Pria tersebut ditempatkan dalam karantina dan observasi di sebuah rumah sakit di München. Hari berikutnya, tiga rekannya juga dilaporkan terinfeksi virus yang sama.
Foto: Reuters/A. Uyanik
Indonesia bebas virus corona
Pada 27 Januari, sejumlah kementerian menggelar rapat koordinasi di Kementerian Perhubungan. Pemerintah Indonesia resmi melarang penerbangan dari dan menuju Wuhan, namun masih membolehkan penerbangan dari kota-kota lain di Cina. Menteri Kesehatan mengatakan Indonesia masih bebas dari virus corona jenis baru dan mengimbau masyarakat untuk jaga imunitas tubuh. 243 WNI di Wuhan juga dinyatakan sehat.
Foto: Ministry of Transportation/D. Pieterz-Kemenhub
Evakuasi internasional dimulai
Pada 28 Januari, Jepang dan AS menjadi negara pertama yang mengevakuasi warganya keluar dari Wuhan. Australia dan Selandia Baru mengatakan bahwa mereka juga akan mengirim pesawat untuk membawa pulang warganya. Kasus virus corona secara global meningkat jadi hampir 6.000 kasus infeksi, melebihi wabah SARS pada 2002 yang menewaskan sekitar 800 orang.
Foto: imago images/Kyodo News
WHO keluarkan status darurat kesehatan global
30 Januari, WHO menyatakan virus corona jenis baru sebagai darurat kesehatan publik yang menjadi perhatian internasional. Hal ini dilakukan untuk melindungi negara-negara dengan "sistem kesehatan yang lebih lemah." Namun, Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus tidak merekomendasikan pembatasan perdagangan dan perjalanan, ia menyebut hal itu sebagai "gangguan yang tidak perlu."
Foto: picture-alliance/KEYSTONE/J.-C. Bott
Tim penjemput WNI diberangkatkan
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Sabtu (01/02), melepas keberangkatan tim penjemput WNI yang ada di kota Wuhan, Hubei, Cina. Retno sebut ada 245 WNI yang akan dipulangkan ke tanah air. Tim penjemput menumpangi pesawat Batik Air. Ada 42 orang dalam tim penjemput yang terdiri atas TNI, Kemlu, Kemenkes, TNI dan kru Batik Air.
Foto: Reuters/Antara/M. Iqbal
Kematian pertama di luar Cina
Kematian pertama di luar Cina terkait dengan virus corona jenis baru dilaporkan terjadi di Filipina pada 2 Februari. Korban adalah seorang pria berusia 44 tahun dan telah melakukan perjalanan dari Wuhan ke Manila sebelum akhirnya jatuh sakit dan dibawa ke rumah sakit. Ia kemudian dilaporkan meninggal di rumah sakit karena pneumonia.
Foto: Getty Images/AFP/T. Aljibe
238 WNI dari Wuhan tiba di Natuna
Minggu (02/02), sebanyak 238 WNI tiba di Pangkalan Udara Raden Sajad, Pulau Natuna, Kepulauan Riau. Ada 7 orang yang batal diterbangkan ke tanah air karena sejumlah alasan - 4 orang mengundurkan diri dan 3 orang lainnya tidak lolos pemeriksaan Cina. Masa observasi dijalankan selama 14 hari. Presiden Jokowi sebut Natuna dipilih sebagai tempat observasi karena dinilai sebagai pulau yang paling siap.
Foto: Reuters/Antara Foto
Rumah sakit selesai dibangun dalam waktu 10 hari
Rumah Sakit Huoshenshan (Gunung Api Dewa), selesai dibangun hanya dalam waktu lebih dari satu minggu. Rumah sakit akhirnya resmi dibuka pada Senin (03/02). Rumah sakit ini bertujuan menggunakan campuran obat-obatan dari barat maupun obat tradisional Cina untuk mengobati mereka yang terinfeksi virus corona jenis baru, 2019-nCoV. (gtp/ae) (dari berbagai sumber)
Foto: Imago/L. He
17 foto1 | 17
Kekuatan ekonomi Cina diakui
Namun, penurunan tingkat kepercayaan terhadap Xi tidak memengaruhi pandangan sebagian besar negara dalam menilai kekuatan ekonomi Cina.
Orang-orang di sebagian besar negara yang disurvei, terutama di Eropa, melihat Cina sebagai ekonomi teratas dunia. Hanya responden di AS, Korea Selatan, dan Jepang yang menganggap ekonomi AS lebih kuat dibanding Cina.
Silver mengatakan bahwa Cina dipandang sebagai ekonomi teratas di dunia selama 10 tahun terakhir di antara negara-negara Eropa, menurut hasil survei dari Prancis, Jerman, Spanyol, Inggris, dan Polandia.
Namun demikian, persepsi positif terhadap kekuatan ekonomi Cina tidak serta merta menandakan opini baik secara keseluruhan terkait pemerintahan negaranya.
"Upaya Cina memengaruhi opini publik di Barat, tentu saja bukan satu-satunya jenis informasi yang mungkin diandalkan oleh orang-orang dalam membentuk opini tentang Cina," kata Silver.
"Pendapat tentang Cina kemungkinan besar memiliki banyak sisi dan dipengaruhi oleh banyak faktor," tambahnya. (pkp/rap)