Oposisi Anti-Taliban Kumpulkan Kekuatan di Lembah Panjshir
19 Agustus 2021
Sisa kekuatan pemerintah Afganistan menggalang perlawanan terakhir terhadap Taliban dari Lembah Panjshir. Kawasan terjal berjarak 100 kilometer di utara Kabul itu dikenal sebagai benteng alam yang tidak bisa direbut.
Iklan
Wakil Presiden Afganistan, Amrullah Saleh, dikabarkan menggandeng pemuka Panjshir, Ahmad Massoud, putra mendiang komandan perang Ahmad Shah Massoud. Keduanya kini memobilisasi gerilayawan tribal dan sisa pasukan elit militer Afganistan.
Menurut laporan yang belum terkonfirmasi, oposisi anti-Taliban pada Rabu (18/8) mulai berekspansi keluar dari Lembah Panjshir dan menduduki distrik Charikar, tak jauh dari Bagram, bekas pangkalan militer AS di utara Kabul.
Berbagai media mengabarkan, kelompok minoritas Hazara juga mulai berdatangan ke lembah Panjshir untuk mencari perlindungan.
"Saya tidak akan mengecewakan jutaan orang yang masih mau mendengar saya. Saya tidak akan pernah hidup di bawah satu langit dengan Taliban. Tidak Akan,” tulis Amrullah Saleh via Twitter pada Minggu (15/8), jelang jatuhnya ibu kota Kabul ke tangan Taliban.
Lembah Panjshir yang diapit menara batu khas pegunungan Hindu Kush punya reputasi anker sebagai benteng alam yang tidak bisa ditembus. Kondisi geografisnya membuat seisi lembah mudah dipertahankan dengan jumlah pasukan yang kecil.
Kawasan etnis Tajik yang berjarak 100km dari ibu kota Kabul itu dulu melindungi Mujahiddin Afganistan dari gempuran Uni Sovyet pada dekade 1970an, dan kini dijadikan markas baru sisa koalisi anti-Taliban.
Bahkan selama era Republik Islam Afganistan, kawasan ini diakui sebagai yang paling aman, di mana warga asing bisa berkegiatan di luar tanpa dikawal pasukan bersenjata.
"Kami tidak akan membiarkan Taliban memasuki Panjshir, dan akan melawan dengan semua daya dan upaya," kata seorang warga lokal kepada AFP.
Iklan
Kemunculan pemimpin anti-Taliban
Lembah Panjshir dikuasai oleh keluarga Massoud yang kini diwakili putra termuda, Ahmad Massoud, yang berusia 32 tahun. Pemuda yang menjalani pendidikan keperwiraan oleh militer Inggris itu menawarkan wilayahnya sebagai benteng terakhir anti-Taliban.
Saleh yang kehilangan orang tua sejak kecil, bertempur di bawah mendiang Shah Massoud melawan Taliban pada 1990an. Sempat bergabung dengan pemerintahan yang dibentuk kaum Mujahiddin pada awal 1990an, dia terpaksa lari dari Kabul ketika Taliban merebut kuasa pada 1996.
Kaum Islamis itu diklaim menyiksa saudara perempuan Saleh, dan menempatkannya dalam daftar mati. "Pandangan saya tentang Taliban berubah selamanya karena apa yang terjadi di tahun 1996,” tulisnya dalam sebuah kolom untuk majalah Time tahun lalu.
Usai invasi AS, Saleh yang sudah menjadi aset Dinas Rahasia AS, CIA, ditugaskan mengepalai Direktorat Keamanan Nasional (NDS). Selama menjabat, dia mengurai satu demi satu jejaring jihad di perbatasan Pakistan-Afganistan.
Saleh meyakini ekspansi Taliban pada 2020-2021 dibiayai dan didukung oleh Islamabad. Serangkaian percobaan pembunuhan pernah dia terima selama menjabat, antara lain September silam, ketika bom rakitan menewaskan 10 orang dalam iring-iringan kendaraan wakil presiden.
Usai penaklukan Kabul oleh Taliban, Minggu (15/8) silam, Saleh mendeklarasikan diri sebagai presiden baru sesuai amanat konstitusi. "Kami akan terus bertempur,” kata dia.
rzn/gtp (rtr, ap, tolonews)
Upaya Warga Afganistan Menyelamatkan Diri dari Taliban
Ribuan warga berusaha menyelamatkan diri dari Afganistan setelah Taliban mengambil alih kekuasan. Negara Barat berupaya menerbangkan warga sipil keluar dari bandara Kabul setelah penerbangan komersial dihentikan.
Foto: AFP/Getty Images
Warga Afganistan yang putus asa berusaha masuk bandara Kabul
Banyak keluarga di Afganistan semakin putus asa dan berusaha untuk masuk ke Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul. Terdapat anak-anak di antara kerumunan yang mencoba melakukan upaya terakhir untuk melarikan diri dari Taliban yang berhasil menguasai ibu kota Kabul dengan mudah.
Foto: REUTERS
Rakyat Afganistan hadapi masa depan yang tidak pasti
Sejak penarikan pasukan AS dan NATO dilancarkan, warga Afganistan menghadapi keputusan yang sulit: tetap tinggal dan berharap pasukan pemerintah menahan gerak maju milisi Taliban atau melarikan diri ke negara-negara tetangga. Setelah Taliban merebut Kabul dengan mudah, banyak warga terjebak dalam ketidakpastian, tanpa indikasi yang jelas tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Foto: REUTERS
Kerumunan warga di bandara Kabul
Bandara utama Kabul menjadi tempat kerumunan orang yang putus asa. Ribuan orang berharap bisa naik pesawat dan melarikan diri dari kekuasaan Taliban. Negara-negara Barat bergegas mengevakuasi warga mereka sendiri dan beberapa karyawan lokal. Penerbangan komersial dari dan keluar negara itu dihentikan total.
Foto: AFP/Getty Images
Taliban menguasi istana presiden
Setelah jatuhnya ibu kota Kabul dengan mudah, milisi Taliban langsung menguasai istana presiden Afganistan. Rekaman langsung menunjukkan komandan dan anggota Taliban duduk di dalam istana, menyatakan kemenangan mereka setelah pasukan Afganistan menyerah tanpa bertempur.
Foto: Zabi Karim/AP/picture alliance
Takut penerapan aturan Islam garis keras
Banyak yang takut penerapan aturan Islam garis keras. Walau dalam sebuah pernyataan Taliban mengklaim, tidak akan membalas dendam terhadap mereka yang mendukung aliansi dukungan AS. Perempuan sebagian besar dilarang ikut pendidikan selama pemerintahan Taliban sebelumnya di Afganistan (1996-2001). Warga di Kabul buru-buru hapus gambar yang mungkin tak disukai Taliban.
Foto: Kyodo/picture alliance
Melintasi perbatasan ke Pakistan
Di saat ribuan warga yang berusaha kabur menyerbu bandara Hamid Karzai, sejumlah warga Afganistan lainnya menyeberangi perbatasan memasuki Pakistan. Menteri Dalam Negeri Pakistan Sheikh Rashid Ahmed mengatakan kepada DW, pemerintah telah menutup perbatasan dengan Afganistan di Torkham.
Foto: Jafar Khan/AP/picture alliance
Taliban kembali berkuasa setelah penarikan pasukan AS
AS dan sekutunya memasuki Afganistan setelah serangan teror 11 September 2001, dan menaklukan Taliban. Ketika konflik 20 tahun berakhir secara tiba-tiba dengan penarikan pasukan AS dan NATO, pasukan pemerintah Afganistan dengan cepat runtuh tanpa dukungan.
Foto: Hoshang Hashimi/AP Photo/picture alliance
Kepemimpinan Taliban
Taliban memerintah negara itu dari tahun 1996 hingga 2001 dan memberlakukan interpretasi hukum Syariah Islam yang ketat. Taliban didirikan di bawah kepemimpinan Mullah Umar. Haibatullah Akhundzada sekarang menjadi pemimpin tertinggi, sementara salah satu pendiri lainnya Mullah Baradar (foto) mengepalai sayap politik.
Foto: Social Media/REUTERS
Taliban mengibarkan bendera mereka
Taliban mengklaim siap mengendalikan negara itu, dan menyatakan tidak akan membahayakan warga sipil yang telah bekerja sama dengan pasukan Barat. "Kami siap untuk berdialog dengan semua tokoh Afganistan dan akan menjamin perlindungan yang diperlukan," kata juru bicara politik Taliban Mohammad Naeem kepada Al Jazeera. Sebuah klaim yang agak sulit dipercaya semua pihak.
Foto: Gulabuddin Amiri/AP/picture alliance
Wanita dan anak-anak berisiko tinggi
Perempuan, anak-anak dan minoritas lainnya kemungkinan besar akan sangat menderita di bawah rezim Taliban. Perempuan dan anak perempuan dilarang menjalani pendidikan selama pemerintahan Taliban sebelumnya di Afganistan, situasinya berubah setelah dilancarkan invasi yang dipimpin AS pada 2001.
Foto: Paula Bronstein/Getty Images
Presiden Ghani melarikan diri
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani kabur meninggalkan negara itu pada 15 Agustus. "Untuk menghindari pertumpahan darah, saya pikir yang terbaik adalah keluar," katanya, tetapi ia menekankan akan terus berjuang untuk negara.
Foto: Rahmat Gul/AP Photo/picture alliance
Mantan Presiden Karzai desak perdamaian
Para pemimpin Afganistan telah membentuk dewan untuk bertemu dengan Taliban dan mengelola transfer kekuasaan. Mantan Presiden Hamid Karzai, yang merupakan bagian dari dewan mengatakan, ini "untuk mencegah kekacauan dan mengurangi penderitaan rakyat," dan untuk mengelola "pengalihan kekuasaan secara damai".
Foto: Mariam Zuhaib/AP Photo/picture alliance
AS dan Eropa lakukan evakuasi
Jerman mengerahkan pesawat militer untuk membantu evakuasi diplomat, warga negaranya dan staf lokal dari Afganistan setelah menutup kedutaan besarnya di Kabul. AS, Inggris, dan Arab Saudi juga mengevakuasi pasukan, diplomat dan pejabat lain dari negara tersebut.