Partai Sosial Demokrat Denmark muncul sebagai fraksi terkuat dalam pemilu parlemen, Rabu (5/6). PM Rasmussen langsung mengakui kekalahannya dari kubu oposisi. Sedangkan partai populis kanan alami kekalahan besar.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Trumpf
Iklan
Di saat kubu Sosial Demokrat di Jerman (SPD) dan negara-.negara Eropa lain mengalami penurunan suara drastis dalam pemilu, Partai Sosial Demokrat Denmark justru berhasil merebut kursi terbanyak dalam pemilihan parlemen yang berlangsung hari Rabu (5/6). Partai pemerintah yang berhaluan liberal memang berhasil menambah kursi, namun gagal merebut suara terbanyak.
Kubu kiri di Denmark kali ini kelihatannya berhasil kembali melejit ke tampuk pemerintahan dan menggeser pemerintahan kubu kanan. Kubu Sosial Demokrat dalam pemilu lalu memang muncul sebagai fraksi terkuat, tetapi kubu kiri secara keseluruhan mengalami kekalahan dan kubu kanan yang berhasil mengumpulkan mayoritas. Namun kali ini, Partai Rakyat Denmark yang berhaluan populis kanan kehilangan banyak suara. Dengan demikian, koalisi kanan kehilangan mayoritasnya.
Menurut hasil perhitungan sementara, kubu Sosial Demokrat yang dipimpin kandidat utamanya Mette Frederiksen berhasil merebut 25,9 persen suara. Partai Liberal Venstre pimpinan Perdana Menteri Lars Loekke Rasmussen merebut 23,4 persen suara, sementara populis kanan Partai Rakyat Denmark anjlok dan hanya mengumpulkan 8,7 persen suara, setelah dalam pemilu sebelumnya pada tahun 2015 berhasil merebut 21,5 persen suara.
PM Lars Liekke Rasmussen segera mengakui kekalahannyaFoto: picture-alliance/Ritzau Scanpix
PM mengaku kalah
Perdana Menteri Denmark, Lars Loekke Rasmussen dari partai liberal Venstre tampil Rabu malam di depan publik dan langsung mengakui kekalahannya. Dia mengatakan akan segera mengajukan pengunduran diri hari Kamis (6/6).
Partai liberal Venstre pimpinan PM Rasmussen memang menunjukkan sedikit kenaikan suara dibandingkan hasil pemilu empat tahun lalu. Tetapi mitra koalisinya Partai Rakyat Denmark yang berhaluan populis mengalami kekalahan besar, yang berarti Rasmussen kehilangan mayoritas di parlemen.
Penampilan kubu populis Partai Rakyat Denmark sangat kontras dengan tren di beberapa negara Eropa lainnya, di mana populis ultra kanan justru menunjukkan kenaikan perolehan suara. Di Denkmark, partai populis yang selama ini merupakan fraksi terbesar kedua di parlemen, anjlok drastis perolehan suaranya sampai di bawah 9 persen.
Debat televisi menjelang pemilu antara petahana PM Rasmussen (kiri) dan penantangnya Mette Frederiksen (kanan), 29 Mei 2019Foto: Reuters/Ritzau Scanpix/M. Claus Rasmussen
PM Termuda Denmark
Pimpinan Sosial Demokrat Mette Frederiksen yang berusia 41 tahun kemungkinan besar akan menjadi Perdana Menteri termuda Denmark.
"Anda telah memilih bahwa Denmark harus memiliki mayoritas baru, bahwa Denmark harus mengambil arah baru. Dan Anda telah memilih bahwa Denmark harus memiliki pemerintahan baru," kata Frederiksen penuh semangat di hadapan pendukungnya Rabu malam (5/6). "Kampanye pemilihan sekarang berakhir. Saatnya kini mencari solusi," tambahnya.
Mette Frederiksen mengatakan dia tidak ingin melakukan perundingan koalisi, melainkan akan membentuk pemerintahan minoritas. Dengan demikian, dalam isu-isu tertentu, dia bisa mencari suara mayoritas baik dari kubu kiri atau dari kubu kanan.
Selama kampanye pemilu, partai Sosial Demokrat Denmark memang tampil dengan agenda kebijakan imigrasi yang ketat, yang selama ini menjadi tuntutan utama kubu kanan. Pada saat yang sama, Mette Frederiksen berjanji untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan sosial.
Partai garis geras ultra kanan gagal melewati ambang batas 2 persen suara, sementara sebuah partai anti Muslim berhasil mengumpulkan 2,4 persen suara dan akan duduk di parlemen baru.
hp/as (dpa, afp, rtr, ap)
Seradikal Apa Ekstrem Kanan Eropa?
Perkembangan ekonomi yang terseok-seok, ketidakpuasan akan kebijakan Uni Eropa dan krisis imigran menyebabkan partai ekstrem kanan Eropa meraih sukses besar. Inilah para tokohnya serta politik mereka:
Foto: picture-alliance/dpa
Frauke Petry, Partai Alternative (Jerman)
Ketua Alternative für Deutschland AfD, Frauke Petry, menyarankan penjaga perbatasan menggunakan senjata terhadap pelintas perbatasan ilegal. AfD awalnya partai yang skeptis terhadap Uni Eropa. Sekarang mereka sudah menjadi kekuatan anti Eropa dan anti pemerintah. AfD berhasil meraih suara cukup besar dalam pemilu di sejumlah negara bagian Jerman Maret 2016.
Foto: Reuters/W. Rattay
Marine Le Pen, Front National (Perancis)
Banyak orang khawatir, bahwa Brexit dan kemenangan Donald Trump di AS bisa menjadi dorongan baru bagi partai ekstrem kanan Perancis, Front National. Partai itu didirikan 1972, dan kini dipimpin Marine Le Pen, yang 2011 mengambilalih kepemimpinan dari ayahnya, Jean-Marie Le Pen. Partai nasionalis ini menggunakan retorika populis untuk mendorong sikap anti imigran dan anti Uni Eropa.
Foto: Reuters
Geert Wilders, Partai Kebebasan (Belanda)
Pemimpin Partij voor de Vrijheid Belanda ini adalah salah satu politisi ektrem kanan paling penting di Eropa. Ia dinyatakan bersalah atas komentar penuh kebencian yang dilontarkan 2014 terhadap warga Maroko. Partainya dianggap anti UE dan anti Islam. Hadapi pemilu Maret 2017, jajak pendapat tunjukkan, partainya yang menduduki 15 kursi di majelis rendah, dapat dukungan besar.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Koning
Nikos Michaloliakos, Chrysi Avgi (Yunani)
Partai Golden Dawn adalah partai neo fasis Yunani. Pemimpinnya, Michaloliakos ditangkap September 2013 bersama sejumlah anggota lainnya, dan dituduh membentuk organisasi kriminal. Michaloliakos dibebaskan Juli 2015. Golden Dawn memenangkan 18 kursi dalam pemilu parlemen September 2016. Partai itu bersikap anti imigran dan mendukung kesepakatan dengan Rusia mengenai pertahanan.
Foto: Angelos Tzortzinis/AFP/Getty Images
Gabor Vona, Partai Jobbik (Hongaria)
Partai Jobbik yang anti imigrasi, anti LGBT, populis dan dukung proteksi ekonomi berusaha masuk dalam parlemen Hongaria tahun 2018. Sekarang mereka sudah jadi partai ketiga terbesar di Hongaria. Dalam pemilu terakhir tahun 2014, partai ini mendapat 20% suara. Partai inginkan referendum keanggotaan negara dalam Uni Eropa. Jobbik dipimpin Gabor Vona.
Foto: picture alliance/dpa
Jimmie Akesson, Sverigedemokraterna (Swedia)
Nama partainya berarti Demokrat Swedia. Setelah kemenangan Trump di AS Akesson menyatakan, di Eropa, seperti di AS, ada gerakan yang melawan "establishment" dan pandangan yang selama ini berlaku. Partai Demokrat Swedia menyerukan restriksi imigrasi, dan menentang keanggotaan Turki dalam UE juga menginginkan referendum keanggotaan Swedia dalam UE.
Foto: AP
Norbert Hofer, Freiheitliche Partei (Austria)
Hofer dari Partai Kebebasan FPÖ yang nosionalis hanya kalah 30.000 suara dalam pemilu presiden terakhir. Mantan pemimpin Partai Hijau, Alexander Van der Bellen mendapat 50,3% suara, sementara Hofer 49,7%. Pemimpin FPÖ itu menyerukan penguatan perbatasan Austria dan pembatasan sokongan finansial bagi imigran.
Foto: Reuters/L. Foeger
Marian Kotleba, ĽSNS (Slovakia)
Pemimpin partai ekstrem kanan, Partai Rakyat-Slovakia Milik Kita mengatakan, "Satu imigranpun sudah terlalu banyak." Dalam kesempatan lain ia menyebut NATO organisasi kriminal. Partai Slovakia ini ingin negaranya meninggalkan Uni Eropa dan zona mata uang Euro. Mereka menang 8% suara dalam pemilu Maret 2016, dan mendapat14 kursi dari total 150 mandat parlemen. (ml/as)