1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Oposisi Suriah Serukan Warga Ikut Pemogokan Massal

8 Desember 2011

Usai pernyataan Presiden Suriah Bashar al-Assad mengenai aksi protes di negeri itu, oposisi serukan demonstrasi massal hari Jumat (9/12) dan yang disebut "pemogokan mulia" pada hari Minggu (11/12).

FILE - A pro-Syrian regime protester waves a Syrian flag as he stands in front of portrait of Syrian President Bashar Assad, during a protest against sanctions, Damascus, Syria, in this Dec. 2, 2011 file photo. Speaking to ABC's Barbara Walters in a rare interview that aired Wednesday, Dec. 7, 2011 President Bashar Assad maintained he did not give a command "to kill or be brutal." (AP Photo/Muzaffar Salman, File)
Seorang demonstran pro-rezim SuriahFoto: dapd

"Pembunuh" harus "diturunkan", demikian tercantum dalam pernyataan Komite Koordinasi setempat yang menyerukan aksi protes di seluruh Suriah. Seruan itu disebarkan melalui jaringan sosial Facebook. Komite tersebut menyerukan untuk melaksanakan pemogokan massal hari Minggu (11/12) yang merupakan hari kerja di Suriah. Pemogokan massal itu diharapkan menjadi "langkah pertama pembangkangan sipil meluas". "Kami melanjutkan revolusi damai dan perjuangan sipil kami sampai mencapai kemenangan", demikian dikatakan komite tersebut. Semua karyawan dan buruh diserukan untuk melakukan pemogokan hari Minggu, penutupan toko-toko dan mengikuti aksi duduk. Dengan begitu, diharapkan terjadi "gangguan sarana finansial yang digunakan rezim untuk membunuh rakyatnya."

Wawancara ABC dengan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, 2011Foto: dapd

AS anggap Assad tidak mengetahui realitas

Dalam sebuah wawancara yang ditayangkan stasiun TV ABC, Rabu (7/12), Assad menolak setiap tanggung jawab atas tekanan berdarah yang dilakukan terhadap pemrotes di Suriah. Ia juga menyangkal telah mengeluarkan perintah untuk membunuh demonstran. "Kami tidak membunuh rakyat sendiri", kata Assad. Ia menyebut individu-individu pribadi yang bertanggung jawab atas kasus-kasus kekerasan berat serta mengatakan, aparat keamanan adalah milik pemerintah dan bukan dirinya pribadi. 

Pemerintah AS di Washington tetap berpendirian bahwa Assad tidak lagi memiliki kredibilitas dan harus mundur. Jurubicara kementrian luar negeri, Mark Toner mengatakan hari Rabu (7/12), Assad mungkin kehilangan kekuasaan atau sama sekali tidak mengetahui semua kenyataan yang ada.

Aksi Protest terhadap presiden Suriah di IstanbulFoto: picture-alliance/dpa

Ledakan hebat pada jalur pipa minyak di Homs

Kementrian luar negeri Perancis juga menyatakan, Perancis sama sekali tidak percaya pada "pernyataan provokatif" Assad. Yang dikatakan Assad bertentangan dengan situasi di Suriah saat ini dan ia nantinya tidak akan dapat lolos dari ganjaran hukum, ujar seorang jurubicara kementrian luar negeri Perancis.

Sementara itu kekerasan di Suriah terus berlanjut. Menurut pengamat HAM Suriah yang tinggal di London, sedikitnya tujuh warga sipil dibunuh aparat keamanan di provinsi Homs, hari Kamis (8/12), di antaranya seorang perempuan. Delapan orang dilaporkan terluka ketika pendukung pemerintah "menembaki secara membabi buta para penduduk."

Juga di Homs dilaporkan terjadi ledakan hebat pada jalur pipa minyak hari Kamis (8/12) . Tak ada yang menyatakan bertanggung jawab atas ledakan itu dan pemerintah serta oposisi saling tuding. Sebuah "kelompok teror" merusak pipa minyak, demikian dilaporkan kantor berita Sana. Sedangkan Komite Koordinasi menyatakan, aparat keamanan Suriah yang mengebom pipa tersebut.

Christa Saloh/afpd/rtrd/dpae

Editor: Hendra Pasuhuk

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait