Menikahi Perempuan di Atas 30 Tahun, Dibayar Organisasi Ini
24 Februari 2018
Bersediakah Anda menikah demi uang? Sebuah organisasi di Arab membayar pria untuk menikahi perempuan berusia di atas 30 tahun.
Iklan
Menemukan pasangan seumur hidup bisa jadi keberuntungan yang tak ternilai harganya. Namun orang-orang di organisasasi amal Al Berr dari Arab Saudi melihatnya berbeda. Organisasi di Arab Saudi tersebut telah memicu sebuah kontroversi yang sengit dengan menawarkan uang pada pria sebesar 20 ribu riyal atau sekitar 5.000 dollar AS, jika mereka menikahi perempuan berusia di atas usia 30 tahun.
"Siapa pun yang memiliki ide ini, pemikirannya jauh tertinggal dan tidak tahu apa-apa," kata seorang kritikus atas hal tersebut. Demikian dilansir dari Huffingtonpost.
Suami Bisa Dibeli
Fotografer Suzanne Heintz lelah ditanyai oleh keluarga dan teman-temannya, kapan ia akan menikah. Dengan karyanya, ia membuat keluarga spesial. DW menghadirkan beberapa karyanya dari proyek "Playing House."
Foto: Suzanne Heintz
Keluarga Sempurna
Inilah Suzanne Heintz, suaminya Chauncey, dan anak perempuan mereka Mary Margaret, ketika berlibur di Yellowstone National Park. Yang membuat keluarga khas Amerika ini spesial adalah, dua boneka yang digunakan Heintz sebagai protes terhadap tekanan dari keluarganya.
Foto: Suzanne Heintz
Memilih Keluarga
Awalnya, Heintz membuat foto "keluarganya" dan menggunakannya untuk kartu ucapan selamat hari raya. Ia mengatakan, itu dulu hanya sebagai reaksi ironis terhadap foto keluarga tahunan yang sering dikirim orang. Tetapi sekarang proyeknya berkembang menjadi lebih dari kartu ucapan tahunan.
Foto: Suzanne Heintz
Berpose di Paris
Heintz sadar, proyeknya bisa berdampak lebih luas, jika ditempatkan di kota-kota lain. Tahun lalu, ia pergi ke Paris, di mana ia berpose dengan "keluarganya" di lokasi-lokasi terkenal seperti gereja Notre Dame. Di sana, sebagian besar waktunya dihabiskan dengan menggendong suami di bahunya.
Foto: Suzanne Heintz
Diikuti Banyak Orang
"Saya ibaratnya Peniup Seruling dari Hameln," kata Heintz dalam wawancara dengan DW. Tokoh dongeng itu diikuti banyak orang jika ia meniup serulingnya. Itu dikatakan Heintz, karena ia kaget ketika melihat, proyeknya mendapat respon luas dari berbagai negara. Banyak orang membagi pengalaman di Facebook dan menunjukkan bahwa tekanan menikah lebih besar di kebudayaan lain.
Foto: Suzanne Heintz
Pria Juga Merasakan Tekanan
Proyek "Playing House" bukan hanya untuk perempuan saja, kata Heintz. "Kita selalu dituntut untuk mencapai sebuah standar yang selalu setingkat lebih tinggi dari diri kita sendiri." Jadi proyek ini juga tentang membuka diri dan mendefinisi ulang kesuksesan, dijelaskannya.
Foto: Suzanne Heintz
Gambaran Sempurna dalam Film
Suzanne Heintz berencana membuat film tentang proyeknya, yang dibuat dalam tiga bagian. Yang pertama akan berfokus pada perjalanannya ke Paris, dan yang kedua pada pengucapan kembali janji pernikahan kepada "suaminya" Chauncey. Untuk film ketiga ia akan mendapat input dari anak sekolah tentang pandangan mereka atas pernikahan.
Kepala organisasi tersebut, Abdul Rahman Al Hameed, mengatakan kepada portal berita "Akhbaar 24", mereka ingin membantu mendorong pria untuk menikah. Demikian dilaporkan portal "Stepfeed".
Di Twitter, banyak warga Arab melepaskan amarah mereka atas inisiatif tersebut, demikian dilaporkan "Stepfeed" selanjutnya. Terutama, karena gagasan tersebut 'dibungkus sebagai bentuk layanan amal'. "Ini adalah penghinaan terhadap semua perempuan," papar seorang pengguna media sosial.
Menikah Gaya Jerman
Bagi banyak orang, hari pernikahan adalah hari terindah dalam hidup. Tapi di Jerman pengantin perempuan diculik dan harus menggergaji batang pohon. Ada apa di balik ritual itu?
Foto: picture alliance/chromorange
Bunga untuk Pengantin Berikutnya
Pasangan ini sudah melewati upacara pernikahan. Teman dan keluarga mengucapkan selamat. Dan di latar belakang sejumlah teman perempuan sudah menunggu pengantin melempar buket pengantin. Katanya, orang berikutnya yang berhasil menangkap, akan segera menemukan jodoh. Tapi ritual pernikahan sebenarnya dimulai jauh sebelum upacara pernikahan. Beberapa di antaranya bisa ditemukan di negara Eropa lain.
Foto: Colourbox
Jangan Lihat!
Katanya, jika pengantin pria melihat gaun pengantin, itu akan bawa sial. Sekarang tidak ada lagi yang percaya, tapi banyak perempuan masih mematuhinya. Tapi tujuannya karena mereka ingin memberikan efek kejutan bagi pengantin pria. Jadi biasanya pengantin pria bisa melihat gaun yang dipakai hanya beberapa menit sebelum upacara.
Foto: Colourbox
Perpisahan dari Masa Single
Sebelum pernikahan, pengantin pria dan perempuan merayakan berakhirnya masa single dengan pesta bersama teman-teman, tapi terpisah. Pesta bisa dengan berbagai cara. Mulai dari berceloteh dan bercanda di kafe kesayangan, sampai tur mabuk-mabukan di Mallorca. Yang khas: semua yang hadir memakai kostum sama. Atau pengantin harus menjual kondom atau korek api. Hasil penjualan untuk bayar pesta.
Foto: picture-alliance/K. Rose
Beling Pembawa Untung
Pepatah "Beling Bawa Untung“ ditanggapi serius dalam acara Polterabend. Keluarga dan teman bertemu sebelum pernikahan dan mebawa perabot pecah belah yang sudah tidak dipakai. Itu kemudian dipecahkan dengan dibanting sekeras mungkin. Keributannya katanya mengusir setan dan hantu dari pasangan pengantin. Keduanya kemudian harus membersihkan bersama-sama. Itu jadi tanda "kerjasama" dalam keluarga.
Foto: Fotolia/Pixelacts
Yang Baru, Tua dan Dipinjam
Akhirnya hari besar tiba. Menurut tahayul, pengantin perempuan harus mengenakan sesuatu yang tua sebagai simbol kelanggengan, juga sesuatu yang baru untuk tanda masa depan bahagia. Sesuatu yang dipinjam jadi tanda persahabatan, dan sesuatu berwarna biru sebagai sumbol cinta dan kesetiaan. Itu semua bisa diperoleh dari keluarga dan teman.
Foto: picture-alliance/ZB
Tunjukkan Sepatu!
Ratusan tahun lalu, "bekal" bagi anak perempuan yang akan menikah sudah dikumpulkan sejak lama. Misalnya alas tempat tidur atau peralatan makan. Jika pengantin perempuan bisa membeli sepatu dengan uang logam sen yang dikumpulkan sendiri, ia dianggap pintar menabung. Jaman sekarang sepatu bukan barang mahal. Tapi keluarga dan teman masih membantu mengumpulkan uang logam untuk beli sepatu.
Foto: picture-alliance/ ZB
Saksi dengan Segudang Kewajiban
Di depan UU Jerman, pernikahan yang sah dilakukan di catatan sipil. Pernikahan di gereja bukan kewajiban. Di depan hukum, saksi harus ada. Tapi tugas mereka bukan hanya itu saja. Mereka biasanya mengorganisir pesta, misalnya dengan permainan lucu, atau menunjukkan foto-foto para pengantin ketika masih kecil. Mereka biasanya juga mengorganisir acara perpisahan dari masa single.
Foto: privat
Melewati Barisan
Setelah pernikahan, teman atau kolega pasangan pengantin berdiri seperti dalam barisan, dan pasangan berjalan di antara mereka. Barisan itu menunjukkan hobi atau pekerjaan pengantin. Foto: nampaknya profesi pengantin adalah pembersih cerobong asap, jika melihat kostum yang dikenakan, serta sapu yang dipegang. Bersamaan dengan itu mereka dilempari beras, yang melambangkan berkat berupa banyak anak.
Foto: picture alliance/dpa/A. Altwein
Tradisi Yang Melibatkan Hati
Pasangan pengantin harus memotong bentuk hati dari seprai tua. Setelah itu, pengantin pria harus menggendong istrinya melewati lubang berbentuk hati tersebut. Langkah ini merupakan simbol, bahwa tantangan apapun akan dilalui bersama dan tidak ada lagi yang menghalangi kebahagiaan rumah tangga mereka.
Foto: picture-alliance/dpa
Bersama Kita Kuat!
Banyak pengantin harus menghadapi bukan hanya tantangan berupa seprai, melainkan juga batang pohon. Baru setelah keduanya berhasil menggergaji batang pohon, jalan menuju rumah tangga bersama terbuka. Dengan menggergaji bersama, mereka menunjukkan mampu mengatasi masalah secara bersama. Gergaji yang dipegang bersama juga menunjukkan kemampuan bekerja dalam tim.
Foto: picture alliance/dpa/M. Schutt
Pengantin Perempuan Diculik
Di Abad Pertengahan, katanya, tuan tanah berhak melewati malam pertama bersama pengantin perempuan. Untuk mencegahnya, pengantin pria menculik pengantin perempuan sebelum pesta diadakan. Jaman sekarang, teman "menculik" pengantin perempuan dan meninggalkan petunjuk bagi calon suami, di mana istrinya bisa ditemukan. Biasanya di bar. Untuk bisa membawa pulang istri, suami harus mentraktir minum.
Foto: Colourbox
Langkah Pertama Menuju Masa Depan Bersama
Jika pasangan tiba di rumah, suami harus menggendong istri melewati pintu depan. Katanya, dengan cara itu, istri terlindung dari roh jahat yang bersembunyi di bawah pintu masuk, dan berusaha "menyabot" kebahagiaan mereka. Langkah pertama itu juga jadi lambang langkah bersama pasangan itu melewati hidup bersama.
Foto: picture alliance/chromorange
12 foto1 | 12
Pengguna medsos lain berkata: "Sejak kapan perempuan jadi barang jualan?” Lainnya lagi menulis: "Jika seorang perempuan tidak pernah menikah, tidak akan membuatnya mati karena itu." Sementara yang lainnya menulis: "Siapa bilang perempuan ingin menikah dengan pria yang dibayar untuk menikahinya?"
Kritik-kritik yang dilontarkan di medsos menunjukkan, ada kebiasaan pernikahan berbeda di negara berbeda. Menurut Kantor Statistik Federal, menikah pada usia di atas 30 tahun adalah hal yang umum di Jerman. Laki-laki lajang menikah rata-rata pada usia 34 tahun, sementara rata-rata perempuannya berusia 32 tahun.
ap/ml (huffingtonpost/stepfeed)
Lima Fakta Tentang Perceraian
Perceraian mungkin salah satu hal yang paling tidak diharapkan pasangan yang menikah.. Namun kadang, perpisahan tak bisa dihindari. Berikut beberapa fakta dan kasus perceraian yang dicatat dunia:
Foto: picture-alliance/dpa
Termahal
Berakhirnya hubungan pernikahan antara milioner Perancis, mendiang Alec Nathan Wildenstein, dan Jocelyn Wildenstein pada tahun 1999 tercatat sebagai perceraian termahal di dunia. Untuk ‘melepasnya’, Alec Nathan diwajibkan meberikan 2,5 miliar Dollar kepada Jocelyn, ditambah dengan memberikan tunjangan hidup sebesar 100 juta Dollar/tahun selama 13 tahun. Pasangan ini menikah pada 30 April 1978.
Foto: picture-alliance/dpa
Tertua
Tahun 2011, Antonio C, yang saat itu berusia 99 tahun menceraikan istrinya, Rosa (96 tahun). Perceraian pasangan Italia ini, yang telah menjalin hidup bersama selama 77 tahun, dianggap sebagai perceraian pasangan tertua di dunia. Gugatan cerai diajukan setelah Antonio mengetahui bahwa istrinya pernah menjalin hubungan gelap di tahun 1940-an.
Foto: picture-alliance/dpa
Termuda
Pada usia 9 tahun Nujood Ali dinikahkan secara paksa oleh orangtuanya. Dua bulan setelah menikah, akibat tidak tahan menerima kekejaman suaminya, Nujood melarikan diri. 15 April 2008, pengadilan Yaman memberikan hak pada Nujood Ali, yang saat itu berusia 10 tahun, untuk bercerai. Kasus perceraian ini menjadi awal dari gerakan melawan pernikahan paksa dan pernikahan anak di Yaman.
Foto: Fotolia/fotandy
Lebih Mahal, Lebih Cepat
Penelitan di Emory University, AS, menyebutkan, pasangan yang mengeluarkan banyak biaya pesta pernikahan ternyata banyak yang akhirnya bercerai Kecendrungan ini tidak diteliti lebih jauh, namun menurut salah seorang peneliti, Prof. Hugo M. Mialon, pesta mahal kerap membebani keuangan mereka. Beban finansial dianggap dapat mengganggu kehidpan pernikahan, ditambahkannya.
Foto: Fotolia/Marco Scisetti
Penyebab Utama
Beda pendapat dan pertengkaran juga merupakan bumbu dari pernikahan. Namun jika yang dipermasalahkan adalah uang, menurut peneliti dari Kansas State University, hal ini dapat menimbulkan risiko perceraian. Disebutkan, memerlukan waktu lebih lama untuk meredakan pertengkaran soal uang. Jika terus berlanjut, pertengkaran soal uang kerap berakhir dengan perceraian.