1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

101108 Guantanamo Menschenrechte

11 November 2008

"Guantanamo bukan semata masalah Amerika Serikat. Eropa pun punya andil dalam masalah ini", demikian diungkap Daniel Goreven dari organisasi HAM Amnesty International cabang London.

Kawat berduri penjara Guantanamo dengan latar belakang bendera ASFoto: AP

Sebagai argumen yang melandasi pernyataannya, Goreven menyebutkan:

"Mereka menginterogasi warganya sendiri. Mereka menelantarkan warga Eropa di penjara sampai hampir mati. Mereka terlibat penculikan para tahanan yang dilakukan dinas rahasia Amerika CIA. Mereka mengizinkan pesawat militer yang mengangkut tahanan ke Guantanamo melintasi kawasan udara Eropa."

Steve Sady, pengacara asal Portland, negara bagian Oregon, baru saja kembali dari Guantanamo. Di sana ia menyaksikan terpilihnya Barack Obama sebagai presiden AS untuk menggantikan George W. Bush, pendiri penjara Guantanamo di Kuba yang melanggar hukum internasional. Pengacara HAM Steve Sady berharap, terpilihnya Obama sebagai orang nomer satu Amerika Serikat akan membawa perubahan positif bagi para tahanan yang tak bersalah.

"Para tahanan memiliki ayah dan ibu, saudara laki-laki dan perempuan serta anak, mereka bertahun-tahun tak bertemu keluarganya. Masing-masing tahanan punya kisah tersendiri. Dan mereka punya hak untuk menyampaikan ceritanya, mengapa mereka mendekam di Guantanamo dan juga alasan untuk membebaskan. Semoga suatu hari mereka menemukan tempat berlindung yang aman." Demikian ungkap Steve Sady

Cori Crider, seorang rekan Sady dari New York, juga pernah ke Guantanmo. Ia berupaya mencegah ekstradisi seorang tahanan ke Tunisia karena hidup kliennya terancam di sana. Upayanya sia-sia saja:

"Dari Guantanamo ia diterbangkan ke Tunis. Setiba di sana, ia langsung dibawa ke Kementerian Dalam Negeri, salah satu tempat penyiksaan paling buruk. Keluarga tahanan itu menceritakan, bahwa klien saya dibius dan dipukuli aparat keamanan. Mereka mengancam akan memperkosa istri dan anak perempuan klien saya, juga, bahwa keluarganya akan dipaksa menyaksikan bagaimana ia disiksa. Ia harus menanda-tangani berkas apapun yang mereka sodorkan."

Klien Crider divonis tujuh tahun penjara. Cori Crider menambahkan, persidangan di pengadilan militer AS merupakan sandiwara belaka. Tidak ada bukti-bukti yang memberatkan kliennya. Para pembela diserang terus-menerus. Dan tahanan lainnya di Guantanmo mungkin saja mengalami nasib sama. Karena itu, Joane Mariner dari organisasi pembela HAM 'Human Rights Watch' mendesak agar negara Eropa bersedia menerima para tahanan Guantanmo.

Human Rights Watch cabang Jerman dipimpin Marianne Heuwagen, seorang bekas jurnalis. Menurutnya, penolakan pemerintah Jerman untuk menampung tahanan Guantanamo yang nyawanya terancam adalah sikap yang salah. Heuwagen menduga, pemerintah Jerman enggan membantu Presiden George W. Bush dalam hal ini. Padahal, usai Perang Dunia Ke-2, Amerika Serikat memberikan dukungan sepenuhnya pada Jerman, kata Heuwagen:

"Tidak ada membalas dendam. Rencana Marshall memungkinkan pembangunan kembali Eropa. Saat Rusia menduduki Berlin, Sekutu menyalurkan bantuan bagi warga Jerman melalui jembatan udara. Seharusnya, Jerman kini menunjukkan dukungan pada Amerika Serkat dengan menerima para bekas tahanan yang tak lagi dapat kembali ke negeri asalnya. Jerman harus menjadi pelopor dan mengajak negara Eropa lainnya untuk mengambil sikap sama. Dengan cara ini ada peluang untuk menutup Guantanamo."

Memang, tanggung jawab utama untuk menampung para bekas tahanan Guantanamo terletak di tangan Amerika Serikat. Namun, organsisasi HAM menandaskan dalam pernyataan bersamanya bahwa negara Eropa pun berperan penting dalam mengakhiri 'tahun-tahun penuh penderitaan' ke-250 tahanan yang masih mendekam di Guantanmo. (zer)