Oxfam mengklaim negara-negara paling kaya di dunia cendrung pelit terhadap pengungsi dan pencari suaka. Enam kekuatan ekonomi terbesar disebut cuma bersedia menampung kurang dari 9% jumah pengungsi di seluruh dunia.
Iklan
Enam negara kekuatan ekonomi terbesar di dunia cuma menampung 2,1 juta pengungsi, atau sekitar 9 persen dari total jumlah pengungsi di seluruh dunia, klaim organisasi anti kemiskinan, Oxfam.
Dalam laporan terbarunya, Oxfam mengklaim Inggris cuma menerima 169.000 pengungsi dan pencari suaka, tidak sampai satu persen dari jumlah pengungsi di dunia. Laporan tersebut juga mengungkap minimnya kesediaan negara-negara kaya lain seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang, Jerman dan Perancis.
5 Negara Islam Penampung Pengungsi Suriah
Turki, Libanon, Yordania, Irak dan Mesir adalah negara Islam yang paling banyak menampung pengungsi asal Suriah. Ironisnya negara Islam kayaraya Arab Saudi, Qatar, Bahrain dan Kuwait tidak menampung satupun pengungsi.
Foto: KHALED DESOUKI/AFP/Getty Images
Turki: 1,8 Juta Pengungsi
Kawasan perbatasan Turki ke Suriah menjadi tujuan utama para pengungsi yang menyelamatkan diri dari perang saudara di Suriah. Hingga Saat ini tercatat 1,8 juta pengungsi Suriah ditampung di kawasan perbatasan. Turki dan lembaga pengungsi PBB UNHCR sudah menyatakan kewalahan dan kekurangan dana. Berulangkali petugas keamanan Turki menutup pintu perbatasan dari serbuan pengungsi.
Foto: Reuters/U. Bektas
Libanon: 1 Juta Pengungsi Suriah
Libanon, negara kecil tetangga Suriah berpenduduk 4,5 juta juga kewalahan menampung lebih 1,2 juta pengungsi dari konflik berdarah di Suriah. Pemerintah di Beirut bahkan menyebut, lebih 500.000 pengungsi Suriah menetap tanpa terdata di negaranya. Ironisnya, peranan Libanon nyaris tidak banyak disebut dalam pemberitaan.
Foto: Zakira/UNICEF
Yordania: 625.000 Pengungsi Suriah
Sekitar 625.000 pengungsi Suriah kini bermukim sementara di kawasan perbatasan Yordania. Berulangkali pecah bentrokan antara petugas keamanan Yordania dengan pengungsi Suriah, seperti di kamp penampungan Al Zaatari beberapa bulan silam.
Foto: Reuters
Irak : 250.000 Pengungsi Suriah
Irak yang juga dikoyak konflik bersenjata serupa dengan Suriah, menampung sekitar 250.000 pengungsi asal Suriah. Nasib pengungsi Suriah di Irak jarang mendapat perhatian media massa.
Foto: J. Russell/TRANSTERRA Media
Mesir: 135.000 Pengungsi Suriah
Mesir yang baru saja pulih dari konflik dalam negeri berkepanjangan sebagai dampak Musim Semi Arab, menampung sekitar 135.000 pengungsi perang saudara Suriah. Walau kondisi pengungsi tidak terlalu bagus, tapi paling tidak mereka selamat dari brutalitas konflik bersenjata di negara mereka.
Foto: KHALED DESOUKI/AFP/Getty Images
5 foto1 | 5
"Sebaliknya, Yordania, Turki, Palestina, Pakistan dan Libanon menampung lebih dari setengah jumlah pengungsi dan pencari suaka di dunia. Walaupun mereka cuma mewakili kurang dari 2 persen kekuatan ekonomi global," bunyi laporan tersebut.
Oxfam mendesak pemerintahan negara-negara kaya agar menerima lebih banyak pengungsi dan mengulurkan bantuan buat negara miskin yang menampung lebih dari 65 juta pengungsi dan pencari suaka.
Organisasi yang berbasis di London, Inggris, itu menyebut konflik dan perang di Suriah, Sudan Selatan, Irak, Yaman, Burundi dan negara lain telah menciptakan 62 juta pengungsi baru. "Banyak negara yang memalingkan muka dari penderitaan jutaan orang yang melarikan diri dari tanah kelahirannya," kata Mark Goldring, Direktur Eksekutif Oxfam di London.
Kekurangan Tahanan, Penjara Belanda Jadi Rumah Pengungsi
Belanda kekurangan tahanan. Alhasil penjara di Haarlem beralih fungsi jadi penampungan sementara para pengungsi. Di penjara mereka malah merasa aman.
Foto: picture-alliance/AP/M. Muheisen
Jumlah penjahat turun, arus pengungsi melonjak
Belanda telah membuka pintu penjaranya yang kosong untuk mengakomodasi masuknya migran pencari suaka. Tingkat kejahatan di negara itu telah terus menurun selama bertahun-tahun. Puluhan lembaga pemasyarakatan telah ditutup sama sekali. Ketika árus pengungsi melonjak, Badan Pusat Penerimaan Pencari Suaka Belanda melihat penjara-penjara kosong ini sebagai solusi.
Foto: picture alliance/AP Photo/M. Muheisen
Hidup dalam sel
Fotografer Muhammed Muheisen, dua kali peraih pengghargaan Pulitzer Prize dan kepala fotografer Associated Press untuk Timur Tengah, dalam beberapa tahun terakhir memotret krisis pengungsi. Ia mengabadikan kehidupan baru para pengungsi yang ditampung di penjara kosong ini. Tampak dalam foto, seorang gadis Afghanistan bernama Shazia Lutfi melongok dari pintu sel.
Foto: picture alliance/AP Photo/M. Muheisen
Bisa juga jadi salon
Butuh enam bulan bagi sang fotografer untuk diizinkan masuk ke penjara tersebut. Berhari-hari waktu dihabiskannya untuk mengenal pengungsi lebih dekat. tampak dalam foto, Yassir Hajji, asal Irak, tengah merapikan alis istrinya, Gerbia, di sebuah ruang sel.
Foto: picture alliance/AP Photo/M. Muheisen
Belajar bahasa Belanda
Pengungsi tidak diizinkan untuk bekerja, tetapi mereka berlatih berbicara bahasa Belanda dan naik sepeda --keterampilan penting untuk hidup di Belanda. Karena mereka melakukan semua itu di penjara, maka tidak mengusik warga. Pada umunya para pengungsi berkomentar: "Kami di sini di bawah atap, di tempat penampungan, jadi kami merasa aman."
Foto: picture alliance/AP Photo/M. Muheisen
Bebas untuk tinggal maupun pergi
Para pengungsi tersebut tinggal di penjara sekitar 6 bulan sebelum mendapat keputusan suaka. Mereka bebas untuk tinggal dan pergi kapan saja. Beberapa pengungsi bahkan menjalin persahabatan dengan warga Belanda.
Foto: picture alliance/AP Photo/M. Muheisen
Tak ada penjahat, aman untuk tinggal
Seorang pengungsi Suriah bahkan berkata pada Muhesein, bahwa penjara ini memberinya harapan untuk hidup. “Jika sebuah penjara tak ada tahanannya, maka artinya ini adalah negara yang aman, dimana saya ingin hidup.” Pengungsi lainnya,asal Afghanistan --Siratullah Hayatullah tampak asyik minum teh dengan tenang di depan kamarnya.
Foto: picture alliance/AP Photo/M. Muheisen
Fasilitasnya lengkap
Pengungsi Afghanistan Siratullah Hayatullah mencuci pakaiannya di ruang cuci. Infrastruktur dalam penjara cukup lengkap sehingga memudahkan pengungsi untuk menjalani hidup mereka sementara.
Foto: picture alliance/AP Photo/M. Muheisen
Tanpa diskriminasi
Pengungsi asal Maroko ini berpose di dalam kamarnya di penjara. Ia seorang gay. Selama di sini, tak pernah ia merasakan diskriminasi. Sebelumnya penjara di Belanda pernah dimanfaatkan juga untuk menampung tahanan dari Belgia dan Norwegia.
Foto: picture alliance/AP Photo/M. Muheisen
Bebas beribadah
Pengungsi Irak, Fatima Hussein beribadah di ruangannya di bekas penjara de Koepel di Haarlem.
Foto: picture alliance/AP Photo/M. Muheisen
Sehat jasmani dan rohani
Meski boleh keluar masuk penjara sesuka hati, bisa jadi kadang-kadang timbul rasa bosan. Mereka bisa juga berolah raga untuk mengisi waktu senggang.
Foto: picture alliance/AP Photo/M. Muheisen
Main basket juga bisa
Pengungsi asal Mongolia, Naaran Baatar, berusia 40 tahun. Di penjara, ia bisa main basket. Di hatinya terpupuk harapan akan hidup baru dan kebebasan.
Foto: picture alliance/AP Photo/M. Muheisen
Menenun harapan haru
Pengungsi Somalia, Ijaawa Mohamed, duduk di kursi di luar ruangan. Meski tinggal di penjara, mereka rata-rata merasa aman dan menenun harapan atas kehidupan baru. Editor : ap/as (nationalgeograpic,smh,nbc,dailymail)
Foto: Muhammed Muheisen (ap)
Foto: picture alliance/AP Photo/M. Muheisen
12 foto1 | 12
"Krisis pengungsi adalah hal yang rumit dan membutuhkan reaksi terkoordinasi secara global, di mana negara-negara terkaya ikut membantu dengan menerima lebih banyak pengungsi dan melindungi mereka dimanapun juga," pungkasnya.
Kenapa Indonesia Tidak Ramah Pengungsi?
Studi Amnesty International mengungkap sikap sebagian masyarakat Indonesia yang cendrung menolak keberadaan pengungsi. Untuk itu Amnesty menyodorkan lima pertanyaan seputar pengungsi. Inilah jawaban responden Indonesia:
Foto: Reuters/Beawiharta
Indonesia Terbawah
Cina menduduki peringat pertama dalam indeks keramahan terhadap pengungsi yang dirilis Amnesty International. Sementara Indonesia mendarat di posisi buncit bersama Thailand, Polandia dan Rusia. Indeks tersebut merangkum berbagai pertanyaan terkait keterbukaan sikap masyarakat terhadap keberadaan kaum terbuang di negeri dan lingkungannya.
Foto: Reuters/R. Bintang
Keterbukaan
Apakah orang yang melarikan diri dari perang dan presekusi boleh masuk ke negara Anda? Cuma sekitar 72% responden asal Indonesia bersedia menerima masuk pengungsi ke negaranya. Jumlah tersebut termasuk yang paling rendah di dunia. Spanyol dan Jerman misalnya mencatat skor 97%. Sebaliknya cuma 33% penduduk Rusia yang menerima kedatangan pengungsi.
Foto: Getty Images/AFP/D. Dilkoff
Hak Berlindung
Apakah pengungsi yang lari dari perang dan presekusi harus diberikan akses mendapat suaka di negeri lain? Sebanyak 73% penduduk Indonesia mendukung hak berlindung buat pengungsi. Jumlah tersebut serupa dengan rata-rata dunia. Sebaliknya di negeri jiran Thailand cuma 27% yang mengamini. Jerman dan Spanyol lagi-lagi berada di posisi teratas dengan skor 97%.
Foto: Reuters
Peran Pemerintah
Apakah pemerintah di negara Anda harus lebih banyak berbuat membantu pengungsi? Sebanyak 70% responden asal Indonesia mendukung peran pemerintah yang lebih aktif dalam membantu pengungsi. Sebaliknya dukungan paling rendah berasal dari Rusia (26%), Thailand (29%) dan India (41%)
Foto: Reuters/G. Moutafis
Pengungsi di Rumah Sendiri
Apakah Anda bersedia menampung pengungsi di rumah sendiri? Lagi-lagi Cina membuktikan diri sebagai bangsa yang ramah terhadap pengungsi dengan sekitar 46% responden mengaku siap menyediakan kamar bagi pengungsi di rumahnya sendiri. Sebaliknya tidak sampai 1% penduduk Indonesia yang bersedia melakukan hal tersebut. Skor serupa dicatat Rusia.
Foto: picture-alliance/dpa/M.Djurica
Realita
Hingga tahun lalu badan pengungsi PBB, UNHCR, mencatat terdapat sekitar 5277 pengungsi di Indonesia dan hingga 8000 pencari suaka. Kebanyakan adalah korban pelanggaran HAM di Myanmar, Afghanistan, Somalia, Iran dan Irak. Indonesia kerap menjadi stasiun sementara pengungsi yang ingin hijrah ke Australia.