Oxfam Puji Upaya Indonesia Pangkas Kesenjangan Ekonomi
9 Oktober 2018
Oxfam memuji kebijakan pemerintah meningkatkan upah minimum dan memperkuat program sosial. Atas dasar itu peringkat Indonesia melonjak tajam dalam Indeks Kesenjangan Global 2018.
Iklan
Dalam laporan tahunannya, Oxfam berulangkali menulis Indonesia sebagai salah satu contoh terbaik negara berpenghasilan menengah dalam perang melawan kesenjangan ekonomi. Terutama kebijakan pemerintah terkait bantuan sosial dan upah minimum yang mengingkat 9% dipuji karena dinilai "mempermalukan pemerintah lain yang mengabaikan rakyatnya."
"Indonesia tampil mencolok berkat kebijakannya meningkatkan upah minimum di tingkat nasional dan menambah anggaran kesehatan untuk membantu pembiayaan asuransi kesehatan nasional," tulis organisasi yang bermarkas di Inggris itu dalam laporan setebal 76 halaman tersebut.
Berkat kebijakan tersebut posisi Indonesia saat ini bertengger di peringkat 90, naik 11 hanya dalam waktu satu tahun. "Sejak terpilihnya pemerintahan baru, Indonesia dan Korea Selatan telah meningkatkan anggaran jaminan sosial secara signifikan."
Meski demikian kebijakan Indonesia terkait kesenjangan ekonomi bukan tanpa cacat. Oxfam menulis, meski lebih kaya dalam pendapatan per kapita dibandingkan saat Amerika Serikat menerbitkan Undang-undang Kesejahteraan Sosial pada 1935 silam, Indonesia saat ini memiliki pemasukan pajak paling rendah di dunia, yakni hanya 11% dari Produk Domestik Brutto (PDB).
Di Negara-negara Ini Jurang Antara Kaya - Miskin Amat Dalam
Indonesia di posisi keempat negara dengan tingkat kesenjangan tertinggi di dunia. Inilah laporan Global Wealth Report 2016 lembaga riset Credit Suisse yang meneliti jurang kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin.
Foto: picture alliance/blickwinkel/McPHOTO
1. Rusia
Rusia tempati posisi pertama negara dengan ketimpangan ekonomi terbesar sejagad. Dalam penelitian Credit Suisse ditemukan 74,5% kekayaan negara dikuasai 1% orang-orang termakmur di negeri itu. Di negara ini terdapat sekitar 96 milyarder - total yang hanya dilampaui oleh Cina dengan 244 orang dan Amerika Serikat dengan 582 orang.
Foto: picture-alliance/dpa/RIA Novosti/A. Kudenko
2. India
India berada di posisi ke-2 negara yang kesenjangan ekonominya terbesar. 58,4% kekayaan dimiliki 1% orang terkaya. Kekayaan pribadi didominasi oleh properti & aset riil lainnya. Meski kekayaan perorangan telah meningkat di India, tidak semua orang mendapat bagian dari pertumbuhan ekonominya. 2260 orang diketahui memiliki kekayaan lebih dari US$ 50 juta dan 1.040 orang lebih dari US$ 100 juta.
Foto: DW/J. Akhtar
3. Thailand
Dalam laporan Global Wealth Report 2016 lembaga riset Credit Suisse, negara di Asia Tenggara ini berada di urutan ketiga negara ketimpangan ekonomi terbesar sedunia, dimana hanya satu persen orang terkaya yang menguasai 58 persen aset kekayaan di negara gajah putih ini.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Yongrit
4. Indonesia
Kekayaan per orang meningkat 6 kali lipat selama periode 2000- 2016. Namun menurut standar internasional, kekayaan rata-rata orang di Indonesia masih rendah. Setengah aset kekayaan di Indonesia dikuasai hanya 1% orang terkaya. Kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin di Indonesia mencapai 49%, yang menempatkan Indonesia di posisi keempat negara dengan tingkat kesenjangan tertinggi di dunia.
Foto: Getty Images/AFP/R. Gacad
5. Brazil
Untuk melindungi diri dari inflasi, banyak warga Brasil mempertahankan aset riil, khususnya dalam bentuk tanah. Kesenjangan pendapatan di negara ini berhubungan dengan ketidakmerataan akses pendidikan serta pembagian tajam antara sektor ekonomi formal dan informal. 47,9 persen kekayaan di negara ini hanya dimiliki satu persen kelompok orang paling tajir di negara ini.
Foto: DW/J.P. Bastien
6. Cina
Di Cina terdapat 1,6 juta jutawan. Negara ini paling banyak punya penduduk dengan kekayaan di atas US$ 50 juta dibanding negara manapun, kecuali Amerika Serikat. Namun ketimpangan ekonomi di negara tirai bambu ini tinggi yakni 43,8% kekayaannya dikuasai 1 persen orang terkaya. Ketimpangan ekonomi semakin tinggi sejak tahun 2000.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Reynolds
7. Amerika Serikat
Perekonomian dan pasar keuangan AS terus membaik di tahun 2015 – 2016. Dibandingkan dengan banyak negara OECD lainnya, AS memiliki lebih banyak aktivitas ekonomi di sektor swasta dibanding publik. Jumlah individu dengan kekayaan di atas US% 50 juta enam kali lebih banyak dibanding Cina. Satu persen orang terkaya di negara adi daya ini menguasai aset kekayaan sebesar 42,1%.
Foto: picture alliance/U. Baumgarten
8. Afrika Selatan
Sejak tahun 2007 kemajuan ekonomi melambat. Namun pertumbuhan segera pulih dan rata-ratanya meningkat 9,4% per tahun sejak tahun 2010. Di negara ini, 41,9% kekayaaan negara dikendalikan oleh hanya satu persen total orang terkaya, yang menempatkan negara ini di posisi nomor 8 negara dengan tingkat kesenjangan tertinggi di dunia. Ed: ap/rzn(Credit Suisse/independent)
"Jika Indonesia meningkatkan pemasukan dari pajak hanya sebesar 2% saja, maka pemerintah bisa menggandakan anggaran kesehatan," tulis Oxfam.
Kebijakan pajak yang efektif bisa membantu penyaluran pendapatan negara secara lebih merata. Pemasukan pajak juga merupakan instrumen krusial untuk membiayai program sosial, kesahatan dan pendidikan untuk kaum miskin, serta pembangunan infrastruktur yang mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya kebijakan pajak juga bisa memperlebar jurang kemakmuran, seperti yang terjadi di Amerika Serikat. Oxfam melaporkan, langkah Presiden Donald Trump memangkas pajak korporasi pada awal 2018 silam merupakan "hadiah terbesar dalam sejarah manusia untuk 1% kaum paling kaya."
"Semua negara harus menambah pendapatan pajak secara progresif," tulis Oxfam merujuk pada pembagian beban pajak yang meningkat semakin tinggi pendapatan seseorang.
Namun demikian pemerintah juga diminta berhati-hati menerapkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) karena cendrung bersifat regresif dan bisa memperlebar jurang kesenjangan, terutama antar gender. PPN misalnya berpotensi lebih banyak memungut pajak dari kaum perempuan karena mereka menggunakan sebagian besar pendapatan untuk membeli kebutuhan pokok keluarga.
rzn/hp
Mau Makan Malam? Itu Ada di Sana, Dekat WC
Bisakah Anda membayangkan memasak makan malam langsung di depan toilet Anda? Ini tidak terjadi di negara dunia ketiga. Fotografer Benny Lam mendokumentasikan sekelumit situasi hidup di Hong Kong.
Foto: Benny Lam & SoCo
Ayo siapkan makan malam
Bebek peking dan kangkung untuk makan malam tergeletak ada di atas meja, hanya beberapa sentimeter dari toilet. Taoge disajikan dalam mangkuk diletakkan di atas meja di depannya, berdekatan dengan penanak nasi, teko dan peralatan dapur lainnya. Di banyak apartemen di Hong Kong, mulai dari memasak hingga buang air besar, semua kegiatan dapat dilakukan di ruang kecil ini.
Foto: Benny Lam & SoCo
Dapur dan toilet bergabung
Dengan populasi hampir 7,5 juta orang dan hampir tidak ada lahan tersisa yang bisa dikembangkan, harga apartemen dan perumahan di Hong Kong meroket menjadi yang termahal di planet ini. Beberapa orang di metropolitan ini tidak memiliki pilihan lain selain menghuni ruang-ruang mini, di mana setiap ruangan bergabung dalam ruang terbatas.
Foto: Benny Lam & SoCo
Mereka yang 'Terjebak'
Fotografer Kanada, Benny Lam menangkap gambaran rumah dan kehidupan komunitas tersembunyi ini di Hong Kong dalam serial foto 'Trapped', yang berisi rangkaian foto yang dia hasilkan dalam bekerja sama dengan SoCO, Society for Community Organization, sebuah organisasi nirlaba yang bekerja untuk mengurangi kemiskinan dan mendukung hak-hak sipil.
Foto: Benny Lam & SoCo
Kehidupan yang tak tertahankan
Menurut SoCO, berdasarkan laporan Sensus dan Statistik Departemen Hong Kong, 200.000 orang tinggal di 88.000 apartemen kecil yang tidak memadai ini. Warga dipaksa untuk kreatif dalam menyimpan barang-barang di ruang sempit mereka yang terbatas dan mengatur kegiatan sehari-hari mereka di sini.
Foto: Benny Lam & SoCo
Harga apartemen meningkat dua kali lipat
Menurut statistik pemerintah, harga apartemen di jantung Hong Kong telah berlipat ganda antara 2007 dan 2012, menjadi rata-rata 108.546 dolar Hong Kong hampir 200 juta rupiah per meter persegi. Beberapa penduduk flat kecil ini kadang sampai takut pulang ke rumah. Banyak penyewa mengatakan, hal yang paling sulit tinggal di rumah bagai peti mati ini adalah tidak bisa menghirup udara segar.
Foto: Benny Lam & SoCo
Selamat datang di apartemen berukuran kasur
Seorang penyewa makan sekaleng kacang sambil menonton televisi di apartemen berukuran kasur. Karena berpenghasilan rendah dan kemiskinan, tampaknya tidak ada alternatif selain hidup di ruang-ruang hidup yang tertutup rapat ini. Hanya di mini flat semacam ini, mereka dapat beristirahat, mereka tidak dapat duduk tegak atau berbaring lurus. Kecoak dan serangga menjadi 'teman'.
Foto: Benny Lam & SoCo
Menanti dan menanti
Banyak penyewa telah tinggal di sana selama bertahun-tahun. Lima tahun adalah waktu tunggu rata-rata untuk mendapatkan perumahan sosial. Untuk beberapa orang lajang di bawah usia 65 tahun, hal itu tidak terjadi. Beberapa dari orang-orang ini harus menunggu lebih dari satu dekade. Orang terjebak dalam kondisi kehidupan yang buruk lebih lama dari waktu rata-rata.
Foto: Benny Lam & SoCo
Amat beresiko pada keselamatan dan keamanan
Flat berventilasi buruk, menimbulkan risiko keselamatan dan kesehatan. Didorong oleh kenaikan harga yang melonjak, puluhan ribu orang tidak memiliki pilihan lain selain tinggal di mana ruang keluarga, kamar tidur dan dapur dengan susah payah digabungkan jadi satu dalam flat ini.
Foto: Benny Lam & SoCo
Apa solusinya?
Perserikatan Bangsa-Bangsa menganggap kehidupan seperti ini sebagai mimpi buruk dan "merendahkan martabat manusia". Pemerintah setempat mengatakan akan terus mencari solusi dari masalah kekurangan tempat tinggal. Beberapa perusahaan menawarkan alternatif seperti membangun apartemen dari kontainer dan bahkan pipa air.
Foto: Benny Lam & SoCo
Berharap hidup lebih baik
Talenan, toilet, kompor, dan semua makanan berdekatan satu sama lain. SoCO terus berkampanye untuk standar hidup yang lebih baik di salah satu tempat yang paling padat penduduknya di Bumi ini. Pemerintah mengatakan, 280.000 apartemen publik baru akan dibangun pada 2027, tetapi menurut SoCO, sementara itu ada banyak upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup bagi orang-orang ini.
Foto: Benny Lam & SoCo
Sebuah rumah sempit yang dikelilingi inding logam
Gedung-gedung tinggi, fasad memesona, toko-toko mewah di pusat bisnis dunia, berdiri sangat kontras dengan banyak rumah sempit yang ditempati oleh orang-orang paling miskin di kota besar ini. Di ini mereka hidup, setiap hari, selama berbulan-bulan, atau mungkin selama bertahun-tahun. Ini mungkin bukan hanya kehidupan sementara. Inilah hidup mereka. Foto: Benny Lam, Penulis A. Purwaningsih (vlz)