Susu bukan cuma penyempurna asupan gizi, melainkan juga menjadi material alami yang kini mulai dibidik oleh desainer pakaian. Pasalnya protein di dalam susu bisa diolah menjadi serat kain.
Iklan
Susu sapi lazimnya untuk diminum atau diolah menjadi makanan lainnya. Kini, susu sapi juga bisa menjadi bahan dasar pakaian. Baju-baju rancangan Anke Domaske terbuat dari susu. Tepatnya dari protein susu. Dalam berbagai warna. Bahannya lembut, hampir seperti sutera. Domaske adalah desainer yang juga pakar mikrobiologi.
Domaske: "Tidak ada bau susunya lagi. Lucu bahwa reaksi pertama orang adalah dengan mencium baunya. Tapi tidak ada bau yang tersisa. Bahannya sangat lembut. Seratnya seperti seperti wol, atau sutera. Karena permukaannya sangat mulus, jika diraba seperti sutera."
Ia memproduksi serat tekstil dari "susu buangan" yang tidak untuk dikonsumsi oleh manusia. Ini bisa mengubah industri tekstil menjadi berkelanjutan. Domaske mulai mengolah idenya di dapur, saat baru lulus kuliah jurusan mikrobiologi. Mixer, termometer besar untuk membuat selai, dan bubuk protein susu dibelinya di toko. Tujuannya: menghasilkan serat yang bisa digunakan untuk membuat pakaian.
"Kami bereksperimen selama hampir setahun hingga menemukan formula yang pas yang tidak larut dalam air. Ini hal penting untuk serat tekstil. Nantinya harus bisa dicuci."
Pakaian dari Susu Sapi
04:13
Domaske lantas menjelaskan cara membuat serat protein dari susu: "Setelah susu menjadi asam, di bagian bawah ada air dadih dan dibagian atas gumpalan putih. Ini protein susunya. Setelah dipsahkan diperoleh dadihnya yang dikeringkan menjadi bubuk protein susu. Ini yang jadi bahan mentah, yang kami campur menjadi adonan yang dipres dalam spuyer untuk memperoleh serat yang sangat halus. Serat diolah menjadi benang dan pada akhirnya menjadi baju cantik ini. Semuanya alami dan bahkan bisa dimakan."
Kini bersama perusahaannya Qmilch, Domaske memproduksi serat dari protein susu secara besar-besaran di pabrik. Mesin mampu menghasilkan serat yang lebih tipis dari rambut manusia. Di laboratorium sendiri kekuatan dan stabilitas serat dites secara rutin. Serat dari susu sepadan dengan sutera atau wol, yang juga termasuk serat protein.
Serat tekstil dari protein susu punya banyak kelebihan. Aman bagi penderita alergi dan tanpa kandungan zat kimia. "Serat susu nyaman dipakai, mengatur suhu, anti bakterial, tidak mudah terbakar. Hingga tidak hanya menarik untuk sektor busana tetapi juga di bidang teknis. Misalnya, serat bisa dibuat jadi lembaran tipis, juga material nano. Ini potensi luar biasa yang bisa dikembangkan", papar Domaske.
Keberhasilan di dunia fesyen terbantu oleh beberapa bintang Hollywood yang menyukai desain pakaian dari susu ini. Domaske punya ide untuk mengirimkan secara langsung pakaian kepada para bintang. "Micha Barton yang pertama yang mengenakannya. Langsung setelah ia menerima kiriman. Ini mendapat perhatian besar dari media dan tentu saja sangat membantu kami."
Martin Riebe (vlz/as)
Rahasia Gelap Industri Susu Sapi
Dinamika pasar susu sapi memaksa peternak lakukan praktik kejam untuk tekan ongkos produksi. Bayi sapi berusia lima hari diambil paksa dari induknya untuk dibantai. Praktik brutal itu berusaha dirahasiakan industri susu
Foto: picture alliance/Bildagentur-online/DP
Mitos dan Propaganda
Susu hampir tidak bisa dipisahkan dari nutrisi harian anak-anak atau orang dewasa. Selain dipuji sangat kaya protein dan kalsium, susu juga diyakini wajib dikonsumsi anak di usia pertumbuhan untuk mencegah kelainan. Namun tidak semua keajaiban susu diamini dunia kedokteran. Kebanyakan cuma berupa mitos atau propaganda industri susu.
Foto: Colourbox/A.Shkvarko
Manfaat Palsu
Susu sapi sejatinya produk alami untuk memenuhi kebutuhan anak sapi yang sedang dalam masa pertumbuhan. Sebab itu pula sebagian zat yang terkandung di dalamnya tidak sepenuhnya cocok untuk manusia. Kalsium pada susu sapi misalnya sulit dicerna oleh tubuh. Selain itu jenis protein susu sapi yang asing buat tubuh manusia sering berujung pada penyakit alergi atau radang kulit.
Foto: picture-alliance/dpa
Mesin Susu
Kendati begitu susu sapi tetap digemari. Untuk itu industri peternakan berupaya tingkatkan efektifitas sapi perah dengan segala cara. Buat memproduksi seliter susu, tubuh sapi mengolah 500 liter darah. Saat ini produksi susu per ekor sapi berkisar 20.000 liter per tahun. Tapi tingginya tingkat produksi memangkas usia sapi menjadi rata-rata cuma lima tahun. Padahal sapi bisa hidup hingga 20 tahun.
Foto: picture-alliance/dpa
Diperah Hingga Mati
Seperti manusia, sapi perah cuma memproduksi susu setelah melahirkan. Maka petani harus memastikan berlangsungnya reproduksi sapi lewat inseminasi buatan dengan sperma beku. Praktik ini dilakukan setiap tahun hingga sapi dianggap tidak lagi layak dijadikan hewan perah dan dikirim ke rumah jagal untuk dipotong.
Foto: picture-alliance/ZB
Anak Haram Industri Sapi
Karena tidak menguntungkan dan memakan biaya, anak sapi jantan biasanya dibuang dan dibunuh. Praktik kejam ini misalnya legal di Australia. Padahal seperti manusia, induk sapi memiliki insting keibuan yang tinggi. Sapi selalu mengalami tekanan mental ketika bayinya diambil paksa. Peternak berdalih, pemisahan induk dan anak sapi di usia lanjut sulit dilakukan karena hubungan emosional yang kuat
Foto: picture-alliance/dpa/M. Balk
Pembantaian Massal
Bayi sapi membutuhkan perhatian induknya untuk tumbuh. Sebab itu mereka selalu menempel induknya kemanapun ia pergi. Hubungan alami itu menghilang di industri susu. Setiap tahun sekitar 700.000 ekor anak sapi di Australia dibunuh ketika baru berusia lima hari. Cara-cara yang dipakai pun tergolong kejam. Bayi sapi dikumpulkan dan dibantai satu per satu dalam antrian panjang.
Foto: AP
Logika Sinis Peternak Sapi
Setelah menuai protes, peternak sapi di Eropa mulai merawat bayi sapi dengan susu buatan untuk dijadikan sapi potong. Tapi induk tetap dipisahkan dari bayinya. Regulasi bisnis makanan dan minuman yang ketat memaksa peternak sapi menjadi sinis. Ketika harga susu menukik tajam, maka peternak membunuh lebih banyak bayi sapi untuk mencegah membengkaknya ongkos produksi.
Foto: DANIEL GARCIA/AFP/Getty Images
Tanpa Solusi
Solusi yang ditawarkan untuk memperbaiki kondisi sapi perah jarang dipraktikkan oleh peternak. Pasalnya dengan metode non industrial, peternak akan kesulitan memproduksi volume susu yang cukup untuk menutupi biaya produksi. Sebab itu di peternakan organik sekalipun sapi tetap diperlakukan sama seperti di peternakan biasa. Bedanya, sapi perah organik rata-rata hidup setahun lebih lama