1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pakaian Tanpa Racun

Fabian Schmidt7 Juni 2013

Banyak produsen tekstil yang menggunakan bahan kimia beracun. Padahal menurut Greenpeace, bahan pengganti dengan fungsi sama yang tidak mengandung racun juga tersedia.

Foto: AP

"Perusahaan pakaian bermerek menyalahgunakan sungai di seluruh dunia sebagai saluran pembuangan limbah", kata Manfred Santen. Tapi aktivis Greenpeace ini tetap optimis, kelak banyak  pakaian bermerek yang akan memproduksi kaos dan celana secara lebih ramah lingkungan. Santen mempermasalahkan bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi tekstil. 

Beberapa bahan kimia tergolong karsinogen alias bisa mengakibatkan penyakit kanker. Beberapa lainnya mempengaruhi sistem hormonal. "Bahan kimia ini di negara-negara produsen mengalir ke sungai lewat air limbah pabrik ", jelas Santen. Setelahnya pun, jika pakaian tersebut dijual di negara lain, racun akan kembali keluar saat pakain dicuci.

Bahan kimia ini membahayakan sumber air minum dan habitat ikan di seluruh dunia. Juga walau pakaian yang di rak-rak toko tidak lagi mengandung racun, tidak tertutup kemungkinan produksinya menggunakan bahan beracun.

Pakaian Merek Beracun

Hampir semua perusahaan merek busana terkenal ditengarai menggunakan bahan kimia beracun semacam itu dalam proses produksinya. Greenpeace membuktikannya pertengahan tahun 2012. Organisasi pelindung lingkungan ini mengirimkan sampel 141 potong pakaian dari 29 negara ke laboratorium penelitian. Di antaranya termasuk pakaian merek Armani, Benetton, Calvin Klein, Esprit, GAP, Levi's, Mango dan Zara.

Hasilnya mengejutkan Santen. "Memang tidak semua pakaian menunjukkan adanya kandungan racun. Tapi setiap perusahaan yang kami periksa punya pakaian dengan kandungan racun." Seperti merek Zara, dari Spanyol. Jeans merek Zara yang diproduksi di Pakistan mengandung bahan pewarna azo yang bisa mengakibatkan kanker.

Aktivis Greenpeace memprotes polusi air di BangkokFoto: AP

Jaket anak mengandung alkilfenol etoksilat atau APEO dalam kadar tinggi yang bisa mempengaruhi hormon. Produsen tekstil membersihkan benang dan pakaian dengan bantuan senyawa kimia tersebut. Di perairan, APEO menjadi racun bagi ikan.

Bahan Kimia Bersih Tidak Lebih Mahal

Padahal APEO bisa digantikan dengan bahan kimia lain yang tidak beracun, seperti oleil alkohol etoksilat. Perusahaan kimia Jerman sudah sejak 1986 menolak penggunaan APEO dalam deterjen pencuci pakaian. Uni Eropa juga memperketat penggunaan APEO. Sejak 2005, bahan kimia ini hanya boleh digunakan jika tidak lagi sampai ke saluran pembuangan. Tapi di belahan dunia lain, peraturan semacam itu belum ada.

Alex Föller, ketua perhimpunan TEGEWA yang mewakili perusahaan-perusahaan kimia yang memproduksi senyawa pengolah tekstil tekstil, memperkirakan harga pakaian tidak akan menjadi lebih mahal karena produsen harus menggunakan bahan kimia lain. Biaya tambahan bisa jadi harus dikeluarkan untuk pemeriksaan yang lebih ketat.

"Setidaknya perusahaan harus melakukan pemeriksaan acak, apakah peraturan ditaati pabrik atau tidak." Föller mengusulkan, "Jika melanggar aturan, maka pemasok bersangkutan tidak lagi memperoleh order produksi pakaian bagi perusahaan tersebut."   

Harus ada pemeriksaan produkFoto: Reuters

Ancaman semacam itu terbukti berfungsi di industri mobil. Sudah sejak lama, pabrik mobil harus menandatangani pernyataan bahwa produknya tidak memiliki atau hanya sedikit mengandung bahan kimia beracun.

Bagi Greenpeace tindakan ini belum cukup. Mereka menuntut, agar racun yang mengancam habitat ikan di Bangladesh, Cina atau Vietnam ini harus dilarang total.