Peneliti BRIN menyebut 'susu ikan' tidak dimaksudkan untuk menggantikan susu sapi, melainkan sebagai alternatif atau tambahan manfaat gizi dari protein ikan.
Iklan
Peneliti ahli utama Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Profesor Ekowati Chasanah mengatakan 'susu ikan' yang merupakan produk turunan dari hidrolisat protein ikan (HPI) tak dapat menggantikan protein yang ada pada susu sapi.
Menurutnya, susu ikan hanya bisa dijadikan alternatif tambahan yang menawarkan manfaat gizi khusus dari protein ikan.
"HPI tidak dimaksudkan untuk mengganti susu sapi," katanya dalam konferensi pers, Selasa (17/09).
Prof Ekowati mengatakan HPI dapat memberikan keunggulan nutrisi tertentu seperti asam amino yang tersedia dari susu sapi atau sumber protein lain. HPI juga cocok dikonsumsi oleh orang yang sedang dalam masa pemulihan maupun orang yang mengalami inteloran laktosa.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
"Dengan demikian, HPI berfungsi untuk melengkapi bukan menggantikan sumber protein lain dalam diet masyarakat," lanjutnya lagi.
Saat disinggung soal jumlah kalsium dalam 'susu ikan', ia tak menampik jumlahnya tidak bisa setara dengan susu sapi. Menurutnya sumber kalsium dari ikan yang paling bagus adalah mengonsumsi ikan langsung.
Makanan Gratis Inisiatif Warga bagi Mereka yang Membutuhkan
Komunitas di Yogyakarta dan Bali membantu warga kurang mampu seperti pengamen dan pedagang kaki lima yang tidak lagi leluasa bekerja di luar rumah selama PPKM Darurat. Inisiatif serupa mulai bermunculan.
Foto: Bali Caring Community
Nasi baru setiap hari
Relawan komunitas Tempat Nasi Gratis di Yogyakarta mengisi etalase dengan 10 nasi bungkus gratis setiap hari untuk warga yang membutuhkan. Orang-orang di luar komunitas juga boleh mengisi etalase ini. Syaratnya: makanan yang didonasikan harus halal, bergizi, dan tidak gampang basi. Di Yogyakarta, komunitas ini memiliki total 14 etalase di berbagai lokasi, seperti Gejayan dan Jl. Kaliurang.
Foto: Tempat Nasi Gratis Jogja
Nasi bungkus gratis untuk semua
Etalase nasi bungkus gratis milik komunitas Tempat Nasi Gratis Jogja berada di titik-titik strategis yang sering dilewati oleh orang-orang yang membutuhkan, seperti pemulung, tukang parkir, dan pengemudi ojek. Siapa pun boleh mengambil nasi ini dengan syarat satu orang hanya boleh mengambil satu bungkus, agar banyak yang juga bisa menikmati.
Foto: Tempat Nasi Gratis Jogja
Penyandang disabilitas tidak dilupakan
Komunitas tersebut juga memberi paket nasi dan sembako gratis untuk penyandang tunanetra. Relawan langsung mengantar bantuan tersebut ke rumah mereka. Penyandang disabilitas yang sebagian besar bekerja di sektor-sektor informal juga ikut terimbas kebijakan pengetatan aktivitas yang dilakukan pemerintah di masa pandemi ini.
Foto: Tempat Nasi Gratis Jogja
Berderma nasi bungkus
Sementara di Bali, pemulung menerima paket makanan gratis dari Komunitas Peduli Bali atau Bali Caring Community di tengah pembatasan kegiatan masyarakat yang dilakukan pemerintah. Pada 29 Juni, komunitas ini membagikan 235 bungkus, yang terdiri dari 200 nasi bungkus, 15 lontong sayur, dan 20 porsi mangkuk nasi.
Foto: Bali Caring Community
Satu orang satu bungkus
Menurut pendiri Komunitas Peduli Bali, Kadek Sudarsana, program berbagi nasi bungkus gratis untuk orang-orang yang membutuhkan telah berjalan sejak 5 November 2020. Bantuan berupa nasi bungkus atau air mineral kemasan gelas atau botol bisa langsung diserahkan ke kantor pusat BCC di Denpasar paling lambat 1 jam sebelum kegiatan dimulai.
Foto: Bali Caring Community
Donatur juga ikut salurkan bantuan
Relawan Komunitas Peduli Bali sedang membagi-bagikan nasi bungkus gratis kepada warga yang bekerja di sekitar tempat pembuangan sampah di Denpasar. Komunitas ini melibatkan sekitar 50 relawan, dan ketika mereka menyalurkan bantuan, donatur juga ikut menemani agar ikut merasakan kenikmatan berbagi.
Foto: Bali Caring Community
Renovasi rumah warga miskin
Selain membagikan makanan gratis, mereka juga merenovasi rumah warga tidak mampu di Bali. Pada 16 Februari, misalnya, komunitas ini bekerja sama dengan Komunitas Sosial Bali (BSC) merenovasi rumah Made Kaler (dua dari kiri) di Dusun Mumbul, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. Setiap hari, ia bekerja memelihara sapi milik tetangga untuk menyambung hidup. (ae)
Foto: Bali Caring Community
7 foto1 | 7
"Kalsium yang paling bagus memakan ikan langsung yang ada tulang-tulangnya itu. Kalsiumnya lebih banyak," jelasnya.
Di sisi lain, ia juga menanggapi persoalan yang kerap dipertanyakan oleh masyarakat terkait mengonsumsi ikan segar langsung daripada 'susu ikan' yang diketahui sebagai ultra-processed food.
Menurutnya, ikan segar dengan pengolahan yang kurang tepat justru bisa menghilangkan gizinya.
"Ikan itu kan mudah rusak jika dibandingkan (makanan) protein tinggi lain misalnya kedelai gitu. Ikan cepat sekali rusaknya," ujarnya.
"Kalau pengolahannya tidak tepat, misalnya digoreng, itu ada beberapa asam amino esensial yang penting bagi tubuh itu rusak zat gizinya," sambungnya.