Pesawat Lion Air JT610 baru dioperasikan Agustus silam. Pertanyaan yang banyak timbul adalah bagaimana pesawat yang sebaru itu bisa mengalami kecelakaan fatal? DW berbicara dengan pakar keamanan transportasi Jerman.
Iklan
Pesawat Lion Air JT610 dengan rute penerbangan Jakarta-Pangkal Pinang yang jatuh di perairan Karawang, Senin (29/10) silam baru dioperasikan oleh maskapai tersebut Agustus silam. DW mewawancara pakar keamanan transportasi dan hukum udara di Jerman, Prof. Dr. iur. Elmar Giemulla. Profesor kehormatan bidang hukum transportasi udara di Technische Universität Berlin ini memberikan beberapa perspektif alternatif yang mungkin bisa menjelaskan risiko kecelakaan terkait pesawat yang baru beroperasi.
DW: Prof. Giemulla, Anda mendengar kabar tentang kecelakaan pesawat yang baru-baru ini terjadi di Indonesia. Bisa Anda jelaskan bagaimana mungkin pesawat yang demikian baru bisa mengalami kecelakaan seperti ini?
Prof. Dr. Elmar Giemulla: Ya ini sangat mengejutkan dan tidak biasanyapesawat jatuhhanya beberapa saat setelah lepas landas. Jelas-jelas ini bukan masalah yang biasa terjadi dalam pemeliharaan karena kalau ini terjadi biasanya masalah tidak langsung terjadi sebelum lepas landas.
Pernah ada kejadian serupa pada masa lalu dimana pesawat jatuh ke laut Karibia tidak lama setelah berhasil lepas landas kasusnya mirip sekali dengan yang di Indonesia ini. Setelah diselidiki ternyata ada permasalahan di tabung pitot yang menghubungkan indikator kecepatan pesawat.
Apakah pesawat yang jaut di Laut Karibia itu juga pesawat baru?
Tidak, itu pesawat lama. Namun setelah diinvestigasi tidak ditemukan adanya masalah dalam pemeliharaan, tidak ada yang salah dengan pesawat itu selain terkait dengan tabung pitot tersebut. Dan kejadian ini tentu bisa juga terjadi pada pesawat baru. Tabung itu sangat kecil (besarnya hanya beberapa milimeter) dan mereka bekerja memompa air ke dalam tabung.
Pergerakan udara ini lah yang menjadi indikasi kecepatan pesawat bagi para pilot. Jadi kalau tabung ini terblokir, bisa jadi oleh es, yang mungkin bukan ini masalahnya di Indonesia, atau oleh kelembaban, atau adanya serangga yang masuk ke dalam tabung, maka indikator kecepatan tidak bisa bekerja dengan selayaknya dan ini membingungkan pilot.
Pencarian Difokuskan Pada Tubuh Utama Pesawat
Setelah "black box" pesawat Lion Air JT 610 ditemukan, kini tim khusus akan menganalisa rekaman di dalam alat pencatat itu. Sementara ini, sebagian besar badan pesawat ditemukan dalam bentuk serpihan.
Foto: Reuters/Beawiharta
Badan pesawat ditemukan dalam bentuk serpihan
Komandan Satuan Tugas SAR Kolonel Isswarto mengatakan, tim penyelam TNI Angkatan Laut (AL) menemukan badan pesawat Lion Air JT 610 dalam bentuk serpihan. Badan pesawat berada di kedalaman 25-35 meter pada titik jatuhnya. Jenazah penumpang pun ditemukan tak jauh dari puing-puing pesawat. Demikian dikutip dari Kompas.com.
Foto: Reuters/E. Su
"Black box" ditemukan
Yang sering disebut "black box" sebenarnya terdiri dari dua alat perekam, yaitu perekam data penerbangan (flight data recorder-FDR) dan perekam suara di kokpit (cockpit voice recorder-CVR). "Black box" Lion Air JT610 sudah ditemukan dan akan diteliti tim khusus.
Foto: Reuters/Antara Foto/M. Adimaja
Serpihan pesawat sudah ditemukan sebelumnya
Seorang anggota TNImembawa pecahan tubuh Lion Air JT610. Sehari setelah pesawat jatuh Senin 29 Oktober 2018, sejumlah pecahan tubuh pesawat sudah ditemukan tim Basarnas dan TNI.
Foto: Reuters/Antara Foto
Temuan barang milik penumpang dan bagian tubuh korban
Hingga Rabu 31 Oktober malam tim SAR gabungan telah mengirimkan 56 kantong jenazah ke RS Polri. Kantong-kantong berisi bagian tubuh korban. Selain itu juga dikumpulkan pecahan bagian pesawat serta barang-barang milik penumpang yang ditemukan tim pencari di lokasi kecelakaan di Laut Jawa.
Foto: Reuters/Beawiharta
Menatap harta milik keluarga
Anggota keluarga penumpang pesawat Lion Air hanya bisa menatap barang-barang milik penumpang yang ditemukan di laut, dan diangkut ke Posko pencarian di Tanjung Priok. Pencarian kini diarahkan kepada tubuh utama pesawat. Ed.: ml/as
Foto: Reuters/Beawiharta
5 foto1 | 5
Pilot yang menerbangkan pesawat memiliki jam terbang yang tinggi, seberapa sering kebingungan ini terjadi?
Tidak terjadi terlalu sering. Kasus ini sejauh pengamatan saya selama ini hanya terjadi dua kali pertama yang di Karibia yang tahun 1996, kasus ini mirip sekali dengan kasus di Jakarta. Yang lainnya 2009, Air France plane jatuh di laut Atlantik Selatan. Pada saat itu pesawat sedang terbang di awan dan ada badai. Saat inilah tabung pitotnya terblokir es dan mereka bingung dan tidak tahu seberapa cepat pesawat melaju dan karenanya salah mengambil reaksi.
Apa ada kemungkinan lain yang bisa menjadi pemicu kecelakaan sebuah pesawat baru?
Saya tidak bisa memikirkan kemungkinan lain. Tapi bisa juga terjadi karena pesawat ini masih sangat baru. Sebuah produk yang baru biasanya belum teruji, kalau ada kesalahan atau masalah dalam desainnya akan bisa muncul belakangan. Ini tentu saja bisa terjadi dan tidak mengejutkan, Boeing sebagai pihak manufaktur pesawat punya kewajiban untuk menjaga (kualitas) pesawat.
Pihak keluarga yang ditinggalkan tentu akan segera akan bertanya-tanya siapa yang harus bertanggung jawab atas kematian orang-orang yang mereka cintai dan mereka akan meminta kompensasi. Dan tentu saja Boeing dalam hal ini sebagai manufaktur pesawat bisa juga menjadi pihak yang bertanggung jawab, atau sering disebut dengan product liability.
Ya, jadi di dalam hal ini yang bisa bertanggung jawab bukan hanya maskapai. Seperti yang Anda sebutkan tadi ini adalah pesawat baru. Maksud saya, pesawat baru harus bisa diandalkan. Jadi kecurigaan bisa mengarah ke keandalan produk, kegagalan produk, cacat desain, dan tentu saja ini (masih) harus diselidiki.
Sejauh ini semua masih spekulatif. Harapan saya dan juga semua orang adalah untuk mengetahui apa yang terrekam dalam kotak hitam pesawat. Namun asumsi pertama saya adalah sesuatu yang terkait tengan tabung pitot karena ada sesuatu yang jelas-jelas membingungkan pilot sehingga pesawat jatuh ke laut dalam kondisi langit yang cerah dan sama sekali tidak ada apa-apa.
Cara Identifikasi Korban Kecelakaan Pesawat Terbang
Korban jatuhnya pesawat terbang seperti kasus Sriwijaya Air SJ182, seringnya sulit dikenali karena jasadnya rusak berat. Ilmu forensik memiliki metode standar untuk identifikasi korban yang sulit dikenali.
Foto: itestro/Fotolia.com
Sidik Jari atau Dactyloscopy
Korban tewas akibat jatuhnya pesawat atau tabrakan kereta api biasanya jumlahnya ratusan dan tidak utuh. Metode klasik identifikasi adalah dactyloscopy alias pelacakan sidik jadi. Nyaris tidak ada orang yang sidik jarinya identik. Dengan membandingkan sidik jari antemortem dan postmortem biasanya dapat dilacak jati diri korban.
Foto: picture alliance/ZB
Ciri Fisik atau Anthropometri
Jika jasad korban tidak rusak berat, berbagai ciri fisik juga dapat dijadikan acuan. Misalnya tanda tertentu pada tubuh, tahi lalat, bekas luka operasi, tatoo atau mungkin cacat tubuh. Beragam ciri bisa dicocokkan dan dilacak untuk menentukan jati diri korban.
Foto: AFP/GettyImages
Forensik Gigi atau Odontologi
Bentuk dan susunan gigi tiap orang juga unik. Di negara maju kebanyakan warganya rutin datang ke dokter gigi dan memiliki citra rekam gigi. Untuk korban kecelakaan yang jasadnya rusak berat, citra Röntgen gigi dengan segala ciri khasnya, termasuk gigi palsu atau yang dicabut bisa digunakan sebagai metode identifikasi jatidiri.
Foto: Fotolia/djma
Citra Röntgen
Salah satu metode identifikasi adalah dengan membandingkan citra rontgen saat masih hidup dan setelah meninggal. Misalnya melacak bekas kecelakaan, patah tulang atau deformasi lain. Namun sayangnya tidak banyak warga yang memiliki citra rontgen tubuh atau bagian tubuh. Tapi cara inipun sering digunakan untuk identifikasi korban kecelakaan pesawat atau bencana alam.
Sidik Jari Genetika
Metode paling anyar adalah melacak kode DNA yang merupakan sidik jari yang tidak bisa dipalsukan. Caranya dengan mengambil sampel DNA korban untuk dibandingkan dengan sampel sidik jari genetika orang terdekat, biasanya adik, kakak atau orang tua. Cara ini amat akurat tapi memerlukan penguasaan teknik dan waktu relatif lama.
Foto: Fotolia/Gernot Krautberger
Dari Kepolisian ke Kepentingan Sipil
Ilmu forensik mulai digunakan polisi pada abad ke-18 untuk lacak korban atau pelaku kejahatan. Pencarian jejak dan analisa material bukti di tempat kejadian perkara, biasanya mampu mengungkap jati diri korban kejahatan yang tidak dikenal, sekaligus menangkap tersangka pelaku. Kini metodanya makin diperluas hingga ke ranah masyarakat sipil terutama untuk identifikasi korban kecelakaan dan bencana.
Foto: fotolia
6 foto1 | 6
Apa ada prosedur pemeriksaan standar untuk pesawat baru?
Tentu saja ada beberapa tahap pengecekan untuk pesawat (tidak hanya pesawat baru), ada tahap pengecekan A, B, C dan D. Ini adalah pengecekan dengan intensitas yang berbeda. Yang D berarti pesawat tidak diizinkan terbang selama beberapa minggu, mereka (para teknisi) memeriksa, membuka dan mengganti beberapa komponen. Pengecekan tahap D ini yang paling akurat biasanya setelah pesawat beroperasi selama satu atau dua tahun.
Yang paling awal adalah line check yaitu tahap A, itu dilakukan di bandara sebelum terbang dan dilakukan, ini hanya untuk melihat apakah ada oli yang bocor, gesekan dan semacamnya, tidak ada yang spesial. Tapi biasanya pada pesawat yang baru beroperasi dua bulan hanya dilakukan line check, tidak perlu pemeriksaan C dan D karena pesawat ini kondisinya belum kritis karena baru dua bulan.
Apakah ada garansi ketika sebuah maskapai membeli pesawat?
Tentu saja ada garansinya. Tapi biasanya tidak mencakup kecelakaan, tapi misalnya ada sesuatu komponen yang harus diperbaiki, ini bisa ditanggung oleh garansi yang dimiliki Boeing. (ae/vlz)
Tragedi Pesawat Lion Air
Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT610 jatuh ke laut setelah lepas landas dari Bandar Udara Soekarno-Hatta, Jakarta, menuju Pangkalpinang. Pesawat jatuh di perairan Tanjung Karawang, Senin pagi (29/10).
Foto: picture-alliance/E. Thompson
Menanti kabar
Anggota keluarga penumpang pesawat Lion Air sambil berdoa menunggu kabar nasib sanak saudaranya dengan penuh kekhawatiran. Foto diambil di bandara Depati Amir di Pangkal Pinang, Senin pagi (29/10). Pesawat mengangkut 188 orang, termasuk 1 anak-anak, 2 bayi dan 7 orang awak pesawat.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Sutrisno
Benda-benda yang ditemukan di laut
Ketua Basarnas M. Syaugi menyatakan Senin, "Ada puing-puing pesawat, pelampung, HP, dan ada beberapa potongan tubuh," yang ditemukan. Selain itu juga ditemukan sejumlah benda yang diduga milik penumpang pesawat yang jatuh di perairan Tanjung Karawang. Antara lain tas, dompet dengan uang dan kartu tanda pengenal dan unit ponsel.
Foto: picture-alliance/dpa/BNPB
Lokasi jatuhnya pesawat
Kedalaman air di lokasi jatuhnya Lion Air sekitar 30-35 meter. Sejauh ini badan pesawat belum ditemukan. Ketika ditanya jumlah anggota tim yang dikerahkan untuk mencari pesawat, Deputi Operasi Basarnas Nugroho Budi W mengatakan: "Sampai saat ini 350 orang tapi nanti ditambah lagi untuk mempercepat evakuasi. Nelayan juga banyak yang mau bergabung.
Foto: picture-alliance/dpa/Z.Kaixin
Penyebab jatuhnya pesawat masih tanda tanya
Pesawat berjenis Boeing 737 MAX 9 tersebut diketahui sempat mengalami masalah teknis pada penerbangan sebelumnya. Sebelum hilang kontak, pilot pesawat sempat meminta izin return to base (RTB) ke petugas pengawas Bandara Soekarno-Hatta. Demikian keterangan Kepala Kantor SAR Pangkal Pinang Danang Priandoko, seperti dilaporkan kompas.com. Foto arsip: Pesawat Thai Lion Air, Boeing 737 MAX 9. (hp/ml)