1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Pakar: "Yang Kita Alami Sekarang, Barulah Awal Dari Krisis"

Nicolas Martin
2 April 2020

Dampak ekonomi terburuk wabah virus corona bisa mendekati krisis awal 1930an. Negara dengan tingkat utang besar, lebih sulit pulih dari krisis, kata pakar sejarah ekonomi Albrecht Ritschl.

saat Republik Weimar alami krisis ekonomi berat tahun 1924, orang antri di jawatan pegadaian Berlin
Foto ilustrasi: saat Republik Weimar alami krisis ekonomi berat tahun 1924, orang antri di jawatan pegadaian Berlin.Foto: picture-alliance/akg-images

DW: Sebagai sejarawan yang mendalami sejarah krisis ekonomi, apa saja menurut Anda yang terutama terjadi dalam krisis ekonomi parah? 

Albrecht Ritschl: Turunnya permintaan, turunnya produksi, pengangguran massal, krisis keuangan, lalu biasanya krisis utang negara. 

Lalu di mana posisi kita dalam krisis saat ini? 

Kita berada di awal krisis. Situasi bisa berkembang seburuk krisis hebat pada awal 1930-an, dan produk domestik bruto bahkan bisa menyusut sampai 20%. Prospeknya tergantung pada berapa lama kebijakan karantina berlangsung dan tingginya utang negara. 

Kegiatan ekonomi hampir sepenuhnya berhenti. Pernahkah ini terjadi sebelumnya? 

Tidak ada kondisi sebelumnya yang benar-benar bisa dijadikan perbandingan. Kondisi terdekat adalah situasi ekonomi perang. Selama perang dunia, restoran dan toko-toko kecil ditutup di mana-mana. Alasannya, pemerintahan ingin membebaskan sumber daya untuk ekonomi perang. Sekarang ini bukan situasi perang, itu perbedaan besarnya. Tapi di beberapa daerah, ekonomi bisa menyusut sama parahnya. Pada masa perang, beberapa sektor ekonomi anjlok hingga 70%. 

Berapa lama kemandekan ekonomi masih bisa kita tahan? 

Tentu saja, orang khawatir kapan akan terjadi kekurangan pasokan atau bahkan kerusuhan sosial. Dan Anda bisa melihat bahwa politisi di seluruh dunia panik. Tetapi sering kali perhitungan politisi berbeda dengan seorang ilmuwan. 

Albrecht Ritschl, professor sejarah ekonomi, guru besar di London School of Economics Foto: DW/P. Kouparanis

Apakah pemerintahan punya kekuatan menghadapi situasi seperti itu? 

Apa yang sekarang kita lihat secara internasional adalah penggelontoran uang, baik di AS maupun di Jerman. Memang strategi ini juga digunakan pada perang dunia, dan pada dasarnya merupakan upaya “memadamkan kebakaran“ dengan uang tunai. 

Yang belum diketahui, seberapa besar dampak tindakan karantina. Apakah upaya penanggulangan krisis corona akan berdampak lebih buruk daripada penyakitnya sendiri? Ini yang saat ini menjadi topik perdebatan sengit. 

Negara saat ini menghabiskan banyak uang, bahkan bisa dikatakan sibuk mencetak uang. Apakah ini akan berakhir dengan inflasi yang tinggi? 

Kami tidak tahu apakah ini benar-benar akan terjadi. Setelah krisis keuangan 2008, para ekonom juga memperkirakan hal seperti itu. Tapi ternyata semua salah, termasuk saya juga. Yang ingin saya katakan adalah: kita benar-benar tidak tahu. Tetapi tentu saja, risiko ke arah itu ada. 

Bagaimana krisis ini akan mengubah sistem ekonomi? 

Efek utama adalah pergeseran dalam metode kerja industri dan sektoral. Contoh khas adalah apa yang kita lihat sekarang: kerja dari rumah. Saya dapat membayangkan bahwa sebagian besar cara kerja ini setelah krisis akan dipertahankan. Semua krisis dan perang besar telah menyebabkan perubahan dalam moda produksi. 

Apa contohnya? 

Perang Dunia I berdampak meningkatnya lapangan kerja perempuan, pengakuan serikat pekerja dan penerapan waktu kerja delapan jam sehari. Kemudian setelah Perang Dunia II kita melihat penerapan produksi massal industrial, munculnya masyarakat konsumen, akses ke pendidikan yang lebih baik untuk publik. Ini adalah contoh perubahan yang terjadi setelah krisis ekonomi. 

Apakah ada faktor penting yang bisa membantu kita pulih dari krisis? 

Penggerak nyata pemulihan dari krisis adalah utang pemerintah. Jadi jika suatu negara memiliki tingkat utang publik yang relatif rendah sebelum terjadinya krisis, maka lebih mudah dan lebih cepat untuk keluar dari krisis. Sejumlah negara lainnya biasanya harus berjuang mengatasi pembengkakan utang negara yang berlebihan pada akhir krisis. Misalnya situasi Eropa Selatan setelah krisis keuangan 2008. Ini adalah contoh klasik, dan akan terjadi lagi. 

Jadi Jerman bisa dikatakan lebih siap mengatasi krisis dengan baik? 

Kondisi Jerman sebelum krisis sangat baik, melalui kebijakan anggaran berimbang, menolak utang baru, yang cukup kontroversial. Tapi berkat kondisi itu, Jerman sekarang bisa mengambil tindakan besar (menopang ekonomi). Dalam hal ini, Jerman berada dalam posisi cukup baik. Tetapi bagi Jerman sebagai negara pengekspor, masalah besarnya adalah ketergantungan pada pasar internasional. Jerman lebih tergantung pada pasar internasional, dibandingkan negara-negara tetangga kita. (hp/as)

*Albrecht Ritschl adalah professor sejarah ekonomi dan bekerja sebagai guru besar di London School of Economics sejak 2007.