Pakar Teknologi Minta Jeda Enam Bulan untuk Pengembangan AI
30 Maret 2023
Saat kecerdasan buatan membuat kemajuan pesat, sekelompok ahli menyerukan jeda. Mereka memperingatkan dampak negatif dari pengembangan yang tidak terkendali terhadap masyarakat dan kemanusiaan.
Iklan
Beberapa pemimpin di bidang teknologi mutakhir telah menandatangani surat yang dirilis pada hari Rabu (29/03) menyerukan para pengembang Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan menghentikan sementara pekerjaan mereka selama enam bulan.
Surat tersebut memperingatkan potensi risiko kecerdasan buatan terhadap masyarakat dan kemanusiaan, ketika raksasa teknologi seperti Google dan Microsoft berlomba untuk membangun program AI yang dapat belajar secara mandiri.
Peringatan tersebut muncul setelah peluncuran GPT-4 (Generative Pre-trained Transformer) awal bulan ini, sebuah program yang dikembangkan oleh OpenAI dengan dukungan dari Microsoft.
"Sistem AI yang kuat harus dikembangkan hanya setelah kami yakin bahwa efeknya akan positif dan risikonya dapat dikelola," kata surat itu.
Iklan
Imbauan hentikan pelatihan sistem AI
Penandatangan surat itu termasuk nama-nama besar seperti CEO Stability AI Emad Mostaque, peneliti di DeepMind yang dimiliki Alphabet, Yoshua Bengio, dan Stuart Russel, serta nama-nama terkemuka lainnya seperti CEO Tesla dan Twitter Elon Musk dan salah satu pendiri Apple Steve Wozniak.
Surat itu mengatakan, "beberapa bulan terakhir mereka telah melihat laboratorium AI terkunci dalam perlombaan di luar kendali untuk mengembangkan dan menyebarkan pemikiran digital yang lebih kuat yang tidak seorang pun, bahkan pencipta mereka, dapat memahami, memprediksi, atau mengontrol dengan andal."
"Kami mengimbau semua laboratorium AI untuk segera menghentikan pelatihan sistem AI yang bisa belajar mandiri yang lebih kuat dari GPT-4, setidaknya selama enam bulan," tambahnya. "Jeda ini harus bersifat publik dan dapat diverifikasi dan mencakup semua aktor kunci. Jika jeda seperti itu tidak dapat diberlakukan dengan cepat, pemerintah harus turun tangan dan melembagakan moratorium.”
Yang Tersingkir oleh Ponsel
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi ponsel membuat keseharian kita menjadi lebih mudah. Namun ponsel juga mampu ‘membunuh’ kebiasaan atau sesuatu yang pernah kita kenal dalam keseharian.
Foto: Thomas Trutschel/photothek/imago
Surat dan Kartu Pos
“Ibunda tersayang….” kata pembuka di atas surat atau kartu pos yang kita kenal. Generasi yang terlahir di abad ke 21 mungkin tidak akan mengenal kartu pos atau surat dengan tulisan tangan, selain dari koleksi orangtua mereka. Kecepatan pengiriman informasi lewat ponsel telah mengganti surat atau kartu pos.
Foto: picture-alliance/dpa/D. Ebener
Kamera
10 tahun lalu orang masih bisa bersabar menunggu beberapa hari atau bahkan minggu sampai foto hasil jepretan selesai. Saat ini, satu momen bisa diabadikan dan dinikmati hasilnya hanya dalam hitungan detik. Kini, banyak orang memilih ponsel mungil dilengkapi kamera dan tinggalkan kamera yang besar dan berat, serta seluruh perlengkapannya, di rumah.
Foto: picture alliance/united-archives/mcphoto
Album Foto
Mungkin hanya tinggal kenangan, kumpul bersama keluarga sambil membuka album foto. Kini kita bisa "berkumpul secara online“ untuk melihat foto perayaan keluarga. Lewat layanan album online, di manapun, Anda bisa melihat foto pernikahan saudara Anda… namun sendirian.
Foto: picture-alliance/dpa/Hendrik Schmidt
Walkman
Sampai akhir tahun 90-an, bukan pemandangan yang aneh melihat orang di jalanan berdendang dengan walkman berisi kaset atau CD di tangan. Awal tahun 2000, keberadaan walkman mulai terancam dengan kehadiran MP3 dengan playernya. Dan sekarang semuanya bisa tergantikan dengan ponsel.
Foto: Joost J. Bakker IJmuiden/Creative Commons
Jam Tangan dan Weker
Mungkin fungsi serta keunggulan jam tangan tidak akan tergoyahkan dengan kehadiran ponsel. Namun untuk banyak orang, ponsel sudah mencukupi bagi mereka untuk mengetahui waktu. Dan dengan ponsel Anda kalau mau setiap kalinya bisa mengganti nada indah untuk membangunkan Anda.
Foto: Fotolia/Fabian Petzold
Kalkulator
Tahun 2000, mereka yang berurusan dengan masalah keuangan pasti memiliki kalkulator. Sekarang, membawa kalkuator, jika sudah punya ponsel, mungkin dianggap terlalu berlebihan.
Foto: picture-alliance/dpa
Catatan
Dalam konferensi pers, dalam sebuah pidato atau dalam sebuah diskusi, sudah jarang kita melihat orang dengan pulpen dan kertas untuk mencatat. Dengan ponsel, semua kejadian atau acara bisa diabadikan, baik secara audio maupun visual.
Foto: Fotolia/THPStock
Jadwal Harian
Buku agenda harian kini sudah jarang ditemukan. Dengan ponsel, jadwal kerja ataupun jadwal kegiatan Anda bisa disimpan… Dan sang ponsel pun akan mengingatkan Anda akan jadwal yang telah tersimpan.
Foto: womue - Fotolia.com
Navigasi
Untuk mencari satu lokasi, dulu orang mengandalkan peta dan juga orang-orang yang ditemui di jalan. Dengan ponsel di tangan, Anda tidak membutuhkan peta dan tidak perlu juga untuk menyapa orang dan menanyakan arah ke mana Anda harus berjalan.
Foto: Fotolia/Luftbildfotograf
Telepon Umum
Sampai tahun 1990an, koin merupakan benda yang masih dicari dan diminati, terutama bagi kaum muda yang ingin bercengkerama dengan kekasih lewat telepon. Kini bilik tempat berbicara jarak jauh ini tidak lagi dapat ditemukan dengan mudah. Jika adapun, hampir tidak ada orang yang memanfaatkannya.
Foto: picture alliance/empics
10 foto1 | 10
Pendekatan pemerintah
Surat itu dibuat oleh Future of Life Institute, oranisasi nirlaba yang didanai oleh Musk, demikian menurut daftar transparansi Uni Eropa. Organisasi ini menindaklanjuti upaya Inggris dan UE untuk mencari cara mengatur teknologi yang berkembang sangat pesat ini.
Pemerintah Inggris merilis sebuah makalah pada hari Rabu (29/03) yang memberikan gambaran tentang pendekatannya, tetapi mengatakan akan "menghindari undang-undang yang kaku yang dapat menghambat inovasi."
Anggota parlemen UE juga telah berbicara tentang perlunya regulsai AI, di tengah kekhawatiran bahwa itu dapat digunakan untuk menyebarkan disinformasi yang berbahaya dan membuat seluruh pekerjaan menjadi sia-sia.
Namun, surat itu bukannya tanpa kritik. "Pernyataan semacam ini dimaksudkan untuk meningkatkan hype. Ini dimaksudkan untuk membuat orang khawatir," Johanna Björklund, seorang peneliti AI dan profesor di Universitas Umea. "Saya tidak memandang perlu menarik rem darurat", ujarnya.
Björklund menyerukan lebih banyak transparansi daripada jeda.