Pakistan minta agar aset miliaran dolar milik Afganistan yang diblokir dunia, segera dibuka untuk mencegah keruntuhan ekonomi yang lebih parah. Namun, Pakistan tak minta dunia terburu-buru akui pemerintahan Taliban.
Menjelang pembicaraan tentang Afganistan di Majelis Umum PBB, Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi mengatakan, prioritas paling mendesak adalah mencegah keruntuhan ekonomi yang lebih dalam dari negara tetangganya itu yang dapat memicu bencana kemanusiaan.
"Di satu sisi, Anda mengumpulkan dana segar untuk mencegah krisis dan di sisi lain uang yang menjadi milik mereka, tidak dapat mereka gunakan," kata Qureshi.
"Saya pikir membekukan aset tidak membantu situasi," ujarnya, seraya menambahkan bahwa ‘'Uang itu adalah milik Afganistan dan sudah seharusnya digunakan untuk orang Afganistan‘‘.
Amerika Serikat (AS) membekukan aset bank sentral Afganistan senilai $9,5 miliar (Rp135 triliun). Sementara, pemberi pinjaman internasional telah menjauhi Afganistan karena khawatir uang pinjaman akan disalahgunakan oleh Taliban.
Iklan
Tak terburu-buru mengakui Taliban
Pakistan adalah pendukung utama rezim kejam Taliban 1996-2001 dan telah lama menghadapi tuduhan AS bahwa dinas intelijennya mengobarkan perlawana jihadis Islam dalam pertempuran dua dekade mereka melawan pasukan NATO dan pemerintah Afganistan yang didukung Barat.
Menyinggung pemerintahan baru Afganistan di bawah Taliban, Qureshi tampaknya memiliki pendirian yang sama dengan AS, bahwa terlalu dini untuk membangun hubungan formal.
"Saya pikir tidak ada yang terburu-buru untuk mengakui (pemerintahan baru Taliban) pada tahap ini dan Taliban harus memperhatikan itu," kata Qureshi.
Jika Taliban menginginkan pengakuan, "mereka harus lebih peka dan lebih menerima opini internasional," katanya.
Afganistan: Perubahan Keseharian di Bawah Kekuasaan Taliban
Terlepas dari semua drama seputar pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban di Afganistan, kehidupan sehari-hari terus berlanjut. Namun kehidupan sehari-hari itu telah berubah drastis, terutama bagi kaum perempuan.
Foto: WANA NEWS AGENCY/REUTERS
Dunianya laki-laki
Foto dan video yang muncul dari Afganistan menunjukkan kembalinya aktivitas di jalanan perkotaan, seperti restoran di Herat ini yang sudah menerima pelanggan lagi. Tapi ada satu perbedaan mencolok dari sebelumnya: di meja hanya ada laki-laki saja, sering kali mengenakan pakaian kurta tradisional, tunik selutut. Perempuan di ruang publik menjadi hal langka di perkotaan.
Foto: WANA NEWS AGENCY/REUTERS
Harus terpisah
Di sebuah universitas swasta di Kabul. Ada tirai yang memisahkan mahasiswanya. Pemisahan antara perempuan dan laki-laki ini sekarang menjadi kebijakan resmi dan kemungkinan akan terus menyebar. "Pembelajaran campur, lelaki-perempuan, bertentangan dengan prinsip Islam, nilai-nilai nasional, adat dan tradisi," kata Abdul Baghi Hakkani, Menteri Pendidikan Taliban di Kabul.
Foto: AAMIR QURESHI AFP via Getty Images
Kebebasan yang hilang
Seperti para perempuan ini yang sedang dalam perjalanan mereka ke masjid di Herat, setelah 20 tahun pasukan sekutu memerangi Taliban, kebebasan yang dulu didapatkan perempuan dengan cepat terhapus. Bahkan olahraga akan dilarang untuk pemain perempuan, kata Ahmadullah Wasik, wakil kepala Komisi Kebudayaan Taliban.
Foto: WANA NEWS AGENCY/REUTERS
Pos pemeriksaan di mana-mana
Pemandangan di jalan juga didominasi oleh pos pemeriksaan Taliban. Ketika orang-orang bersenjata berat mengintimidasi warga, warga berusaha keras untuk berbaur. Pakaian gaya Barat menjadi semakin langka dan pemandangan tentara bersenjata lengkap semakin umum.
Foto: Haroon Sabawoon/AA/picture alliance
Menunggu pekerjaan
Di Kabul, buruh harian laki-laki duduk di pinggir jalan, menunggu tawaran pekerjaan. Afganistan, yang sudah berada dalam situasi ekonomi yang genting bahkan sebelum pengambilalihan Taliban, sekarang terancam "kemiskinan universal" dalam waktu satu tahun, menurut PBB. 98% warganya tahun depan akan hidup dalam kemiskinan, dibandingkan dengan 72% pada saat ini.
Foto: Bernat Armangue/dpa/picture alliance
Tetap mencoba melawan
Perempuan Afganistan, meskipun ditindas secara brutal, terus menuntut hak mereka atas pendidikan, pekerjaan, dan persamaan hak. Namun PBB memperingatkan bahwa protes damai juga disambut dengan kekerasan yang meningkat. Para Islamis militan menggunakan pentungan, cambuk dan peluru tajam membubarkan aksi protes. Setidaknya empat orang tewas dan banyak lainnya yang cedera.
Foto: REUTERS
Ada juga perempuan yang 'pro' Taliban
Perempuan-perempuan ini, di sisi lain, mengatakan mereka senang dengan orde baru. Dikawal oleh aparat keamanan, mereka berbaris di jalan-jalan mengklaim kepuasan penuh dengan sikap dan perilaku Taliban, dan mengatakan bahwa mereka yang melarikan diri dari negara itu tidak mewakili semua perempuan. Mereka percaya bahwa aturan Islam menjamin keselamatan mereka.
Foto: AAMIR QURESHI/AFP/Getty Images
Menyelaraskan arah
Demonstrasi pro-Taliban termasuk undangan bagi wartawan, berbeda dengan protes anti-Taliban. Yang terakhir, wartawan melaporkan mereka telah diintimidasi atau bahkan dilecehkan. Ini adalah tanda yang jelas dari perubahan di bawah Taliban, terutama bagi perempuan. (kp/hp)
Foto: AAMIR QURESHI/AFP/Getty Images
8 foto1 | 8
Qureshi menyuarakan harapan bahwa Taliban akan lebih inklusif setelah membentuk pemerintahan sementara yang memasukkan tokoh-tokoh yang ada dalam daftar hitam PBB atas tuduhan terorisme.
Menlu Pakistan ini mengatakan, melihat sisi "positif" dari Taliban termasuk deklarasi amnesti dan kesediaan untuk memasukkan kelompok etnis selain kelompok Pashtun yang dominan.
"Ini adalah tren yang harus didorong," katanya.
Beda kenyataan dan janji Taliban
Qureshi mengungkapkan harapan Taliban memenuhi janji mereka "bahwa anak perempuan dan perempuan akan diizinkan pergi ke sekolah, perguruan tinggi dan universitas.”
Namun, aktivis dan saksi mata mengatakan kenyataan di lapangan berbeda dari janji Taliban. Perempuan dan anak perempuan dipersulit dalam pekerjaan dan pendidikan bahkan tanpa pengumuman resmi dari kelompok garis keras itu.