1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pakistan Tidak Serius Berantas Terorisme

as4 Maret 2009

Betapa mudahnya sebuah serangan teror dilancarkan di Pakistan. Musuh pasti berada di dalam lingkaran kekuasaan Pakistan sendiri.

Serangan teror di Pakistan terhadap tim nasional cricket Sri Lanka menjadi tema komentar sejumlah harian Eropa. Harian konservatif Inggris The Times yang terbit di London dalam tajuknya berkomentar :

Aksi kekerasan terbaru itu, mempertajam ketegangan dengan India, dan meredupkan harapan bahwa AS serta dunia barat dapat merangkul Pakistan yang sedang mengalami kerapuhan demokrasi. Orang awam sekalipun dapat menarik kesimpulan jelas, bahwa negara itu tidak dapat diperintah lagi. Para pimpinan politik di Pakistan sejauh ini tidak benar-benar berusaha memerangi kelompok radikal Islam. Presiden Zardari setelah dilancarkannya serangan teror ini, seharusnya lebih menekan militer dan dinas rahasianya. Pakistan harus memutuskan perang melawan ekstrimisme, sebelum semua nilai ideal yang melandasi pendirian negara itu musnah.

Harian Italia La Repubblica yang terbit di Roma berkomentar :

Teroris dengan gampang menyerang tim cricket Sri Lanka lalu secepat kilat menghilang. Hal ini menunjukan dengan tegas, Pakistan gagal mengendalikan kelompok teror. Islamabad dapat dipaksa menyerah oleh kelompok-kelompok yang hendak menerapkan syariah Islam dengan ketat, untuk menukar semakin banyak kawasan bagi kepentingan kelompok teror dengan imbalan gencatan senjata. Hal ini dengan tegas terlihat dalam kesepakatan dengan Taliban di Lembah Swat di utara Pakistan.

Juga dugaan diajukannya tawaran rahasia dari presiden AS, Barack Obama kepada presiden Rusia, untuk melakukan kompromi dalam sengketa rencana pembangunan penangkis rudal di Polandia dan Ceko menjadi sorotan tajam dalam tajuk harian-harian internasional.

Harian Jerman General Anzeiger yang terbit di Bonn dalam tajuknya berkomentar:

Tawaran Obama itu memungkinkan kedua belah pihak menyingkirkan tema sengketa selama berbulan-bulan, tanpa membuat keduanya kehilangan muka. Banyak alasan AS untuk menormalisasi hubungan diplomatik dengan Rusia, yang selama ini teracuni rencana pembangunan penangkis rudal tsb. Yang terutama adalah berita buruk dari sektor keuangan dan ekonomi, yang memaksa Obama harus mengalihkan medan perangnya. Tantangan yang amat sulit dikalkulasi, seperti rencana pembangunan penangkis rudal AS di Eropa, samasekali tidak diperlukan oleh pemerintahan Obama.

Terakhir harian Italia La Stampa yang terbit di Turin berkomentar :

Barack Obama menawarkan barter kepada Kremlin. Dengan begitu, Moskow dihadapkan pada pilihan, menerima sepenuhnya upaya AS dan Uni Eropa untuk menghentikan politik atom Iran, dimana Rusia memiliki kepentingan besar di bidang investasi ekonomi dan energi politiknya di negara Islam itu. Atau Rusia harus menerima, bahwa rencana pembangunan sistem penangkis rudal di Polandia dan Ceko jadi dilaksanakan. Presiden Rusia, Dmitri Medvedev memang menutup kemungkinan barter dalam krisis tsb. Akan tetapi, Medvedev juga tidak menutup pintu rapat-rapat bagi tawaran kompromi dari presiden AS.