1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Palang Merah Ungsikan Warga Homs

25 Februari 2012

Warga terluka, perempuan dan anak-anak di kota Homs, Suriah, mulai diungsikan oleh Palang Merah. Organisasi bantuan itu ingin secepatnya terus mengungsikan penduduk Homs.

Foto: REUTERS

Iring-iringan mobil ambulans Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Suriah berhasil memasuki kawasan Baba Amro, Homs, Suriah dan menjemput warga di sana.

Saleh Dabakkeh, jurubicara Palang Merah Suriah yang ikut menjemput warga Homs mengatakan, "Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Suriah sedang berada di kota Homs. Kami berunding dengan semua pihak, dan ingin menjemput semua korban terluka. Tanpa pengecualian."

Walau pun pertempuran terus berkecamuk di sana, tujuh orang yang terluka, 20 perempuan dan anak-anak berhasil diungsikan keluar. Namun tiga jurnalis asing yang terluka akibat serangan roket tidak terlihat di sana, ujar Hisham Hassan dari Palang Merah Suriah kepada stasiun televisi Al Jazeera.

Desakan Jeda Tempur

Hassan menjelaskan bahwa situasi di Homs semakin parah, dan diperlukan lebih banyak lagi bantuan untuk korban cedera. Evakuasi warga hari Sabtu (25/02), merupakan langkah pertama. "Kami ingin membawa semua korban luka-luka ke tempat yang aman," kata Hassan. Saksi mata melaporkan, kawasan Baba Amro dalam beberapa hari terakhir ini dihujani tembakan pasukan rezim Assad.

Kendaraan lapis baja rezim Suriah yang rusak, terlihat di Homs, Suriah, Senin (20/02).Foto: Reuters

Sejak sekitar seminggu lalu, Palang Merah mendesak pemerintah Suriah dan oposisi yang bersenjata memberikan jeda waktu agar para korban cedera dan warga sipil mendapatkan pasokan bantuan.

Menurut keterangan para aktivis, kembali jatuh korban tewas akibat kekerasan yang berkelanjutan. Aparat keamanan rezim Presiden Bashar al Assad disebutkan membunuh sekitar seratus orang di Homs dan pelbagai wilayah. Sebagian besar korban adalah warga sipil.

Kekecewaan terhadap Kelompok Sahabat Suriah

Di Tunis, kelompok kontak Suriah yang disebut "Sahabat Suriah", menyerukan agar kekerasan di Suriah segera diakhiri. Selain itu, kelompok tersebut juga mendesakkan kemungkinan penerapan sanksi yang lebih keras terhadap rezim Assad.

Menlu AS Hillary Clinton (kanan) bertemu (kiri ke kanan) Menlu Turki Ahmet Davutoglu, Menlu Uni Emirat Aran Sheikh Abdullah bin Zayed al-Nahyan dan Menlu Inggris William Hague dalam pertemuan "Sahabat Suriah" di Tunis, Tunisia, Jumat (24/02).Foto: REUTERS

Dewan Nasional Suriah, organisasi bentukan gerakan perlawanan Suriah di luar negeri meminta agar kelompok perlawanan di Suriah dipersenjatai. Dewan Nasional Suriah bahkan meminta agar internasional melancarkan intervensi militer.

Presiden Tunisia Moncef Marzouki sebagai tuan rumah pertemuan menjelaskan, "Dari banyak negara Arab di daerah Maghribi, hanya dua atau tiga yang setuju untuk intervensi. Tapi itu akan menjadi bencana di kawasan."

Tentu saja pernyataan itu mengakibatkan kekecewaan beberapa tokoh oposisi.

Selasa mendatang (28/02), Dewan Hak Azasi Manusia PBB di Jenewa, menyelenggarakan sidang darurat membahas situasi di Suriah. Menurut perkiraan sejumlah kelompok pembela HAM, sejak dimulainya gelombang protes Maret tahun lalu lebih dari 7000 orang terbunuh.

ap/rtr/afp/Ulrich Leidholdt/Luky Setyarini

Editor: Dyan Kostermans

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait