1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikIsrael

Palestina Batalkan Kerja Sama Keamanan dengan Israel

27 Januari 2023

Sebanyak sepuluh warga Palestina tewas ditembak militer Israel dalam penggerebekan terhadap kamp pengungsi Jenin. Ketegangan di Tepi Barat mendorong Otoritas Palestina menghentikan kerja sama intelijen dengan Israel.

Kamp Jenin
Kerusakan di Kamp Jenin setelah operasi militer IsraelFoto: Ayman Nobani/dpa/picture alliance

Selain menelan korban jiwa, belasan warga Palestina lainnya mengalami luka-luka, empat di antaranya berada dalam kondisi kritis, lapor Kementerian kesehatan Palestina di Ramallah. Menurut keterang pers, setidaknya seorang perempuan ikut tewas dalam operasi militer Israel di Tepi Barat.

Sembilan korban tewas tercatat di Tepi Barat. Korban terakhir merupakan seorang pemuda berusia 22 tahun yang ditembak mati saat berkonfrontasi dengan serdadu Israel di utara Yerusalem.

Militer Israel sebaliknya berdalih serdadunya ditembaki saat menggelar "operasi antiterorisme,” demi menangkap anggota organisasi Palestina, Islamic Jihad, di Kamp Jenin. Mereka merespons dengan tembakan balasan.

Israel menuduh korban penembakan sedang merencanakan serangan teror.  Setidaknya tiga korban tewas berstatus sebagai tersangka, klaim militer.

Sejak awal tahun, Israel telah menewaskan setidaknya 29 warga Palestina, di antaranya lima orang anak-anak. Tahun lalu, korban jiwa di Palestina mencapai 170 orang, termasuk setidaknya 30 orang anak-anak.

Aksi mogok massal

Pertumpahan darah di Kamp Jenin ditanggapi dengan seruan mogok massal di seluruh wilayah Tepi Barat. Perdana Menteri Palestina, kohammad Shtayyeh, mengimbau dunia internasional untuk "segera melakukan intervensi untuk melindungi penduduk Palestina dan menghentikan pertumpahan darah anak-anak, pemuda dan perempuan.”

Sebagai reaksi atas insiden terbaru di Jenin, Otoritas Palestina juga mengumumkan dihentikannya kerja sama keamanan dengan Israel. Kedua negara sepakat berbagi informasi intelijen terkait terorisme sejak Perjanjian Oslo 1995.

Pembatalan serupa pernah diumumkan oleh Palestina di masa lalu. Namun pengumuman itu biasanya sebatas ancaman dan tidak pernah dijalankan. 

"Kami kira ini buka langkah yang tepat saat ini,” kata  Barbara Leaf, Direktur Timur Dekat di Kementerian Luar Negeri AS. "Bukannya membatalkan koordinasi keamanan, kami yakin bahwa kedua pihak justru harus mempertahankan dan bahkan memperkuat kerja sama keamanan.”

Leaf mengaku akan tetap berbicara dengan Otoritas Palestina dan pemerintah Israel "sampai kedatangan kami di sana dalam beberapa hari ke depan,” katanya. Menteri Luar Negeri Antony Blinken dijadwalkan bertamu ke Mesir, Israel dan Tepi Barat antara 29 hingga 31 Januari mendatang.

Ancam pembalasan setimpal 

Sementara itu, media-media Israel mewanti-wanti terhadap kemungkinan eskalasi konflik. Menteri Pertahanan, Yoav Galant, mengatakan penjagaan perbatasan di sekitar Tepi Barat dan Jalur Gaza sudah diperkuat.

Ancaman dilayangkan seorang petinggi Islamic Jihad, yang mengatakan "faksi Palestina dan sayap militernya di Jalur Gaza siap menarik pelatuk senjata” dan sedang berkoodinasi "untuk menimbang jenis respons terhadap kejahatan Israel di Jenin,” ujarnya seperti dilansir dpa.

Pada Jumat (27/1) pagi, militer Israel mengaktifkan sistem pertahanan Iron Dome untuk menangkal dua roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza. 

Hamas, penguasa Jalur Gaza yang dimasukkan sebagai kelompok teror oleh AS dan Uni Eropa, mengatakan "tentara pendudukan Israel akan membayar harga yang setimpal atas pembantaian yang mereka lakukan pagi ini di Jenin dan kamp pengungsi.”

Menurut Hamas tidak, waktunya lama lagi sampai gerakan "perlawanan” Palestina akan merespons pendudukan Israel.

rzn/as (dpa,rtr)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait