Pertama kali hadir di San Francisco, pameran yang menampilkan mode Islami ini memicu reaksi keras jelang pembukaannya di Frankfurt. "Contemporary Muslim Fashions" mengonfrontasi stereotip tentang Islam dan fesyen.
Iklan
Penutup kepala yang dikenakan perempuan Muslim selalu menjadi topik kontroversial karena mencakup begitu banyak isu, seperti misalnya tentang hak-hak perempuan di seluruh dunia atau prasangka Barat dan diskriminasi terhadap Muslim.
Sehubungan dengan dibukanya pameran pertama yang didedikasikan untuk mode wanita Muslim di Museum Angwandte Kunst Frankfurt, perdebatan seputar jilbab kembali ramai dibicarakan di Jerman.
Pameran dengan tema "Contemporary Muslim Fashions", yang pertama kali ditampilkan di M.H. de Young Memorial Museum di San Francisco, tidak bertujuan untuk menjawab berbagai pertanyaan politik dan sosial yang berkaitan dengan jilbab atau burkini.
"Fokus pameran adalah busana tertutup yang modis, dan apa yang kami coba tunjukkan dalam pameran adalah bahwa ada banyak pilihan untuk perempuan Muslim," kata Jill D'Alessandro, kurator pameran "Contemporary Muslim Fashions" di San Francisco.
Pameran fesyen kontemporer Muslim ini adalah pameran mewah yang menampilkan sekitar 80 gaya dan pakaian yang berbeda. Banyak barang yang dipamerkan di sana dipinjam dari desainer Timur Tengah dan Asia. Kaftan, jilbab dan gaun desainer penuh warna dapat dilihat di samping burkini yang kontroversial dan jilbab olahraga buatan Nike.
Evolusi Baju Renang: Dari Bikini ke Burkini
Baju renang untuk perempuan mengalami perubahan yang signifikan dari masa ke masa. Ada baju renang biasa, bikini, tankini, dan yang terbaru burkini. Simak sejarah baju renang dalam galeri foto berikut.
Foto: picture-alliance/Bildagentur-online
Bahan Wol Tebal dan Sulit Kering
Baju khusus untuk renang mulai berkembang di abad 18. Mereka berenang dengan pakaian yang terbuat dari bahan wol tebal dan katun yang menyerap banyak air dan butuh waktu sangat lama untuk kering. Zona renang juga masih terpisah bagi laki-laki dan perempuan.
Foto: picture alliance/IMAGNO
Musim Liburan Laut
Di awal abad ke-20, pakaian renang mengalami perubahan wujud. Lebih ketat dan elastis. Topi renang masih berbentuk topi biasa untuk melindungi pemakainya dari matahari. Baju renang seluruh tubuh dikenakan oleh perempuan dan laki-laki, seperti pada foto diambil tahun 1910 ini.
Foto: ullstein bild - Zander & Labisch
Lebih Feminin
Di tahun 1920-an, pakaian renang tampak lebih modern. Ikat pinggang tipis, kancing emas memberikan sentuhan feminin bagi fesyen baju renang. Di era ini, baju renang hanya dibuat untuk perempuan bertubuh kurus.
Foto: Getty Images
Skandal Bikini
Bikini pertama di dunia diangggap sebagai skandal. 5 Juli 1946, penari eksotis Micheline Bernardini tampil di hadapan kamera di Paris dengan pakaian yang "minimalis". Bikini ini dirancang oleh insinyur Perancis Louis Réard, yang mungkin tidak menyangka idenya ini mengubah fesyen baju renang bagi perempuan.
Foto: picture-alliance/dpa
Rok Renang
Tahun 1950-an, film-film Hollywood dengan adegan renang sangat sukses. "Aquamaids" (foto-Red) menampilkan balet air dan gimnastik di atas ski air. Mereka mengenakan rok renang yang ketat dari bahan elastis. Ini dianggap sebagai model awal gaya "bikini sporty".
Foto: picture alliance/AP Images
Wajib Pakai Topi Renang
Topi renang adalah aksesori wajib bagi perempuan di tahun 1960-an. Seperti artis Gina Lollobrigida dalam adegan film bersama Sean Connery. Bahkan pria juga mengenakan versi yang lebih maskulin.
Foto: picture alliance/United Archives/IFTN
Baju Renang Baywatch
Serial televisi AS "Baywatch" menjadi bagian dari sejarah baju renang. Pakaian yang dikenakan para artis di Baywatch potongannya sangat tinggi dan menjadi tren di seluruh dunia di awal tahun 90-an. Begitu juga baju renang warna merah hingga kini dianggap identik dengan Baywatch.
Foto: Getty Images
Bikini Bond Girls
Ursula Andress mengenakan bikini terkenal ini pada film James Bond tahun 1962. 40 tahun kemudian, Halle Berry mengenakan bikini yang mirip untuk film James Bond "Die Another Day".
Foto: picture-alliance/dpa/UPI/Fox
Burkini Tidak Hanya Untuk Muslim
Foto ini diambil di pantai Australia. Di Australia dan Selandia Baru, banyak warganya yang tidak ingin kulit terekspos sinar matahari yang terik. Jadi burkini juga dikenakan oleh perempuan non muslim. Sementara itu burkini dilarang di Cannes, Perancis dan beberapa kolam renang di Jerman. Larangan burkini hingga kini masih kontroversial. Sarah Hucal (vlz/ap)
Foto: Privat
9 foto1 | 9
Keaman diperketat karena adanya email rasis
Koordinator pameran di Jerman sudah mulai menerima email bernada kebencian dan rasis sebelum pameran dibuka pada hari Kamis (04/04). Itulah sebabnya Museum Angwandte Kunst melakukan pengecekan tas dan tubuh selama pameran berlangsung, "untuk keamanan semua pengunjung dan karyawan," kata Direktur museum Matthias Wagner K kepada kantor berita Jerman DPA.
Beberapa minggu sebelum pertunjukan, para aktivis yang menyebut diri mereka "Migrants for secularity and self-determination" menerbitkan surat terbuka di majalah feminis Jerman "Emma", di mana mereka menyatakan bahwa mereka "terkejut" oleh fakta bahwa pameran itu diselenggarakan di Frankfurt.
"Pameran ini, yang menggambarkan persyaratan busana keagamaan sebagai mode, adalah tamparan bagi aktivis hak-hak perempuan di dalam dan luar negeri," bunyi pernyataan dalam surat itu. Kelompok yang terdiri dari para pengungsi Iran itu juga mengingatkan orang-orang bahwa "setiap tahun, ribuan wanita di Iran dihukum karena melanggar aturan berpakaian ini."
Namun, meskipun penulis surat terbuka itu mengatakan bahwa "menggambarkan aturan berpakaian sebagai "fesyen yang sopan" adalah sesuatu yang sinis," istilah "fesyen yang sopan" (Inggris: modest fashion -red) tidak diciptakan untuk pameran - dan istilah itu juga tidak akan segera hilang.
Populer: #Hijabistas dan #mipsterz
Ungkapan "modest fashion" dikembangkan oleh perancang busana Muslim sebagai reaksi terhadap pandangan kontradiktif dalam komunitas keagamaan tentang perempuan dan kesopanan.
"Modest fashion" adalah industri yang telah berkembang selama beberapa tahun terakhir. "Wanita Muslim membelanjakan 37 miliar Euro untuk fesyen setiap tahun," kata Jill D'Alessandro, dan tren itu terus meningkat.
Pameran ini mengeksplorasi jiwa zaman yang didorong oleh majalah mode baru seperti Vogue Arabia, dan juga oleh influencer di jejaring sosial. Di media sosial, citra baru seorang Muslim yang keren dipamerkan oleh para "hijabistas" dan "mipsterz", para hipster Muslim.
Desainer dan merek fesyen terkemuka telah lama mengadopsi tren ini. Pada tahun 2015, perusahaan pemroduksi pakaian H&M menampilkan model dengan jilbab dalam sebuah iklan untuk pertama kalinya. Pada 2016, perusahaan mode Dolce & Gabbana meluncurkan koleksi untuk wanita Muslim. Produsen Jepang Uniqlo juga menghadirkan koleksi khusus untuk Muslim.
Pameran "Contemporary Muslim Fashions" ini juga menampilkan desain dari Oscar De La Renta dan Dolce & Gabbana: desainer Barat yang juga mengorientasikan diri mereka ke arah fesyen busana Muslim.
Perspektif baru
Ide untuk pameran ini datang dari Direktur MAustria Max Hollein, yang sebelumnya mengepalai San Francisco Museum of Fine Art dan, sebelum itu, menjabat sebagai Direktur Museum Städel di Frankfurt. Perencanaan dimulai pada 2016, tak lama sebelum Donald Trump terpilih sebagai presiden AS. Acara ini diselenggarakan di AS selama periode ketika sikap anti-Islam menjadi semakin terlihat dan nyata di negara itu.
Polarisasi sikap yang serupa juga terlihat di Jerman saat ini, dan semua pertanyaan terkait integrasi pengungsi tetap menjadi topik utama.
Tetapi pameran "Contemporary Muslim Fashions" tidak ingin dilihat sebagai reaksi terhadap isu ini. "Kami hadir tidak untuk menyelesaikan masalah, melainkan untuk menawarkan perspektif baru pada bagian yang sangat menarik dari dunia mode yang telah lama diabaikan oleh Barat," kata kurator Jill D'Alessandro.
Namun, tetap mustahil untuk meyakini sepenuhnya bahwa pameran ini hanya lah tentang mode.
Lika Liku Perdebatan Jilbab di Jerman
Selama bertahun-tahun hingga sekarang, pemakaian kerudung karena alasan agama telah menjadi fokus periodik perdebatan dan konflik dalam kehidupan publik. Berikut fase kunci dari debat jilbab di Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Gentsch
Masuknya pekerja asing dari Turki
1961: Republik Federal dan Turki mencapai perjanjian perekrutan tenaga kerja. Jutaan orang Turki datang ke Jerman sebagai pekerja tamu dalam beberapa dekade setelahnya - kebanyakan dari mereka tetap tinggal. Ini juga memperkenalkan masyarakat Jerman pada jilbab sebagai ciri busana Muslim perempuan.
Foto: kebox - Fotolia.com
Kehidupan yang bermartabat bagi umat Islam
2002: Dalam Piagam Islam, Dewan Pusat Muslim di Jerman berkomitmen pada konstitusi sementara dan pada saat bersamaan menuntut kehidupan yang bermartabat bagi umat Islam di Republik Federal Jerman. Hal ini termasuk dalam mengenakan jilbab.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Berg
Tiada alasan untuk memecat seseorang karena jilbab
2003: Mahkamah Konstitusi Federal menjunjung tinggi putusan Pengadilan Perburuhan Federal di Erfurt tahun 2002, yang mengatakan tidak ada alasan cukup untuk memecat seseorang karena mengenakan jilbab karena alasan agama di sebuah tempat kerja non-pemerintah.
Foto: picture-alliance/dpa
Guru Muslim tak boleh dilarang kenakan jilbab ketika mengajar
2003: Dalam kasus Fereshta Ludin, Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa seorang guru Muslim perempuan tidak dapat dilarang mengenakan jilbab selama jam pelajaran tanpa aturan hukum tertentu. Hal ini menempatkan tanggung jawab pada parlemen negara untuk membuat undang-undang tentang masalah ini. Perdebatan ini dibawa ke Mahkamah Konstitusi Federal.
Foto: picture-alliance/dpa
Pengadilan HAM Eropa Bahas masalah jilbab untuk pertama kalinya
2004: Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa membahas masalah jilbab untuk pertama kalinya dan menjunjung larangan yang diberlakukan oleh lembaga pelatihan Turki. Para hakim di Strasbourg menolak pengaduan bahwa undang-undang itu melanggar hak atas kebebasan beragama dan hak atas kebebasan berekspresi.
Foto: Imago/blickwinkel
Larangan penggunaan topi sebagai pernyataan agama
2011: Pengadilan Perburuhan Federal di Erfurt mengatur bahwa penggunaan topi di sekolah dapat dianggap sebagai pernyataan agama dan karenanya dapat dilarang. Pengadilan melanjutkan dengan mengatakan bahwa penutup kepala "jelas dipakai sebagai pengganti jilbab".
Foto: Fotolia/by-studio
Larangan di Bayern dicabut
2015: Mahkamah Konstitusi Federal menolak larangan jilbab panjang bagi guru Muslim perempuan di sekolah umum. Larangan hanya mungkin, katanya, jika pemakaian penutup kepala Muslim menimbulkan risiko konkret yang menyebabkan gangguan di sekolah.
Foto: picture-alliance/dpa/U. Deck
Pegawai magang menang di pengadilan dalam perkara jilbab
2016: Pengadilan Administratif di Augsburg menetapkan bahwa larangan jilbab bagi seorang mahasiswa jurusan hukum saat magang di kantor hukum di Bayern adalah melanggar hukum dan mengatakan bahwa hal itu merupakan campur tangan dalam kebebasan beragama dan pendidikan tanpa dasar hukum.
Foto: picture alliance/dpa/K.J.Hildenbrand
Kebebasan beragama di Jerman
Kebebasan beragama adalah hak fundamental di Jerman. Berdasarkan hukum Eropa, kebebasan beragama dijamin oleh Piagam Hak Fundamental Uni Eropa. Setiap warga/penduduk Jerman memiliki hak untuk beragama dan menjalankan agamanya tanpa persyaratan atasu dibatasi. Dan tidak seorangpun dipaksa untuk menjalankan atau mengamalkan ibadah keagamaan. Editor: ap/vlz (qantara)
Foto: picture-alliance/dpa/W.Kastl
9 foto1 | 9
Di satu sisi, tanpa melihat pameran itu, para pengamat HAM di Jerman merasa bahwa itu adalah "tamparan di wajah perempuan di seluruh dunia yang tidak ingin mengenakan jilbab atau ingin melepasnya," seperti yang dikatakan Inge Bell, Direktur Organisasi Terre des Femmes Jerman kepada Vogue Germany.
Di sisi lain, perempuan Muslim yang mengunjungi pameran itu di San Francisco menyatakan bahwa pameran tersebut memberi kesan sangat dalam, seperti yang ditulis reporter berita CNET Abrar Al-Heeti: "Sebagai seorang wanita Muslim berusia 25 tahun yang mencintai fesyen dan mengenakan jilbab, saya sudah melihat banyak model penutup kepala. Tapi tidak ada yang seperti ini. Ini adalah pernyataan perlawanan, bantahan terhadap gagasan bahwa perempuan Muslim adalah sosok yang lemah dan tertindas."
Pameran "Contemporary Muslim Fashions" dipertunjukkan di Museum Angewandte Kunst di Frankfurt mulai 5 April hingga September 2019.
Usia berapa yang tepat bagi perempuan Muslim memutuskan untuk berjilbab?