Pandemi Covid-19 Dorong Kenaikan Konsumsi Kopi
2 Oktober 2021"Home office juga mendorong konsumen mencari kopi yang lebih mahal dengan kualitas lebih baik, kata Holger Preibisch, Ketua Asosiasi Kopi Jerman Deutscher Kaffeeverband.
Sepertiga konsumen yang melakukan home office bersedia membayar lebih banyak untuk kopi berkualitas, ketimbang kopi yang biasanya diminum di kantor yang kebanyakan berasal dari mesin kopi otomatis. Menurut jajak pendapat Asosiasi Kopi Jerman, setengah dari konsumen juga bersedia mengeluarkan uang untuk membeli mesin kopi yang lebih mahal.
Mesin kopi yang paling banyak dibeli adalah mesin kopi dengan kapsul maupun mesin kopi full automatic, yang secara otomatis menggiling biji kopi, lalu dengan menekan satu tombol saja, mesin akan menyeduh bubuk kopi dengan air panas sesuai suhu yang diinginkan. Sedangkan mesin kopi filter yang konvensional, yang dulu digunakan hampir semua orang selama beberapa generasi, sudah mulai ditinggalkan orang.
"Konsumsi kopi tahun 2020 naik secara mencolok", kata Holger Preibisch. "Kelihatannya, tahun 2021 juga cukup tinggi," tambahnya.
Orang Jerman minum lebih banyak kopi daripada bir
Di Jerman menurut data asosiasi kopi ada sekitar 66 juta orang yang mengkonsumsi kopi secara reguler. Konsumsi kopi per kapita tahun lalu mencapai 212 liter, naik dari 209 liter pada tahun sebelumnya. Padahal, selama pandemi banyak cafe dan tempat mionum kopi yang tutup. Kopi measih menempati peringkat teratas sebagai minuman favorit watrga Jerman, di tempat kedua air mineral dan di tempat ketiga bir.
Bagi konsumen, daerah asal kopi sekarang makin penting ketika mereka memilih kopi. Juga kopi dengan label ramah lingkungan dan perdagangan adil makin dicari. Setiap tahun, omset kopi ramah lingkungan naik hampir sepuluh persen. Pangsa pasarnya tahun lalu di pasar kopi Jerman mencapai 13 persen, dengan kecenderungan akan terus naik di tahun-tahun mendatang.
"Keberlanjutan sekarang menjadi isu penting bagi konsumen, dan sudah jadi bagian dari kualitas, selain aroma dan rasanya," kata Philip von der Goltz, Direktur perusahaan List & Beisler yang bergerak di bidang perdagangan kopi. Dia adalah salah satu penulis Coffee-Report yang dikeluarkan lembaga PBB International Trade Centres (ITC), yang membantu perusahaan-perusahaan menengah dan kecil menerobos pasar. Laporan ITC sudah menjadi buku standar bagi para pengusaha kopi dan dikeluarkan sepuluh tahun sekali.
"Orang sekarang ingin produk ramah lingkungan", kata Philip von der Goltz. "Dan hal itu sudah dipahami para petani dan produsen kopi sebagai tema penting".
Perubahan Iklim Mengancam Petani Kopi
Menurut laporan ITC, setiap hari dikonsumsi sekitar 3 miliar cangkir kopi di seluruh dunia. Permintaan kopi dalam 20 tahun terakhir meningkat 65 persen. Produsen kopi terbesar adalah di pasar dunia adalah Brasil dan Vietnam, diikuti oleh Kolumbia dan Indonesia. Di seluruh dunia ada sekitar 12,5 juta petani kopi, 95 persen dari mereka mengolah lahan kurang dari lima hektare.
Pandemi corona sempat memutus rantai pemasokan dan membuat harga-harga melambung tinggi. Karena kebijakan lockdown, banyak pekerja di perkebunan kopi tidak bisa bekerja lagi. Ini berimbas pada pabrik-pabrik kopi yang juga harus tutup, dan kalaupun bisa beroperasi kekurangan suplai kopi. Apalagi lockdown juga sering mengakibatkan perbatasan negara ditutup, sehingga perdagangan di kawasan jadi terhenti.
Perubahan iklim juga mempengaruhi budi daya kopi di berbagai tempat, dan membuatnya semakin mahal.
"Dampak perubahan iklim akan memusnahkan lahan penanaman kopi sampai setengahnya", demikian disebutkan dalam Coffee Report dari ITC. Perubahan cuaca juga bisa berakibat fatal. Bulan Juli lalu di Brasil, beberapa hari dengan suhu di bawah nol menggagalkan panen kopi dalam jumlah besar. Akibatnya hasil panen musim depan bisa turun sampai 10 persen, kata Philip von der Goltz. Belum lagi ancaman musim kering, yang makin sering terjadi. Di bursa internasional, harga kopi sudah naik sampai 30 persen, apalagi harga transportasi sekarang juga naik, ujarnya.
hp/yp (dpa)