Turnamen sepak bola Piala Eropa biasanya menjadi ajang mengeruk keuntungan ekonomi bagi negara penyelenggara, tapi Euro 2020 ini lain. Selain ada pandemi, turnamen ini digelar di 10 negara berbeda.
Iklan
Adalah Michel Platini, Presiden UEFA saat itu, yang pada tahun 2012 mempromosikan penyelenggaraan Piala Eropa 2020 di 12 negara, sekaligus merayakan 60 tahun kompetisi tingkat Eropa ini. Tapi tahun 2020, Eropa dilanda pandemi, dan turnamen akhirnya ditunda satu tahun, sekalipun UEFA tetap menamakannya Euro 2020. Pertandingan pun digelar di 11 stadion yang tersebar di 10 negara. Ibukota Irlandia, Dublin, akhirnya dicoret dari kota penyelenggara karena situasi pandemi.
Pertandingan antara Italia dan Turki Jumat malam (11/6) waktu setempat di Stadio Olimpico, Roma, akan membuka putaran Piala Eropa yang benar-benar lain dari biasanya. Karena jumlah penonton akan dibatasi, malah pentonton dari Turki tidak bisa datang karena Italia masih melarang pengunjung dari Turki yang dianggap zona corona berisiko tinggi.
Jika di masa normal, penjualan tiket akan menjadi ajang perebutan bagi penggemar sepakbola dan keuntungan besar bagi penyelenggara, kali ini UEFA malah harus mengembalikan banyak tiket yang sudah dibeli, karena banyak negara Eropa masih memberlakukan pembatasan kedatangan wisatawan dari luar negeri.
Selain di Roma, putaran piala Eropa akan bergulir di kota Amsterdam, Baku, Kopenhagen, St. Petersburg, Bukarest, Budapest, Sevilla, Muenchen, Glasgow, dan London, yang akan menampilkan nomor final di stadion legendaris Wembley.
Menghitung untung-rugi jadi penyelenggara
Piala Eropa 2016 yang diadakan di Prancis menurut studi dari Pusat Penelitian Hukum dan Ekonomi Olahraga (CDES) dan konsultan ekonomi KENEO, telah mendorong kegiatan ekonomi di negara itu dengan keuntungan sekitar 1,2 miliar euro.
Iklan
Ketika itu, sekitar 600 ribu pengunjung dari berbagai negara datang dan menginap di Prancis rata-rata selama delapan hari, dan masing-masing dengan pengeluaran rata-rata sampai 154 euro per hari. Untuk mempersiapkan turnamen itu, Prancis juga menginvestasikan sekitar 200 juta euro untuk peningkatan infrastruktur.
Tapi Euro 2020 adalah cerita lain.Turnamen yang tersebar di 10 negara ini akan memiliki dampak ekonomi yang berbeda-beda di masing-masing lokasi.
Dublin misalnya, menurut studi konsultan ekonomi EY-DKM dari tahun 2019 yang dipesan oleh Dewan Kota, mengharapkan keuntungan ekonomi sampai 106 juta euro dari penyelenggaraan Euro 2020. Tapi studi itu dibuat sebelum ada pandemi. Bulan April lalu, UEFA memutuskan untuk mencoret kota itu sebagai penyelenggara karena situasi pandemi yang belum aman dan peraturan ketat yang diberlakukan Irlandia untuk meredam infeksi Covid-19.
Potret Pandemi COVID-19 dalam Seni Jalanan Internasional
Pandemi virus corona telah berlangsung sejak tahun 2020. Dari Wuhan hingga Meksiko, DW merangkum potret pandemi yang ditampilkan dalam seni jalanan di berbagai negara.
Foto: Getty Images/AFP/P. Pardo
Wuhan, Cina
Pada awal tahun 2020, epidemi itu menyebar ke seluruh pelosok Wuhan di Cina. Kemudian pada 11 Maret, WHO secara resmi mengumumkan wabah COVID-19 sebagai pandemi. Seni jalanan di kota Wuhan ini menggambarkan dua perawat yang mengenakan alat pelindung diri lengkap saat melawan virus corona.
Foto: Getty Images
Italia
Wabah corona melanda Italia hingga menyebabkan seluruh ranjang perawatan di rumah sakit terisi penuh. Seluruh negeri terdampak, pariwisata juga ditutup. Lukisan mengenai pandemi tergambar dengan indah di Roma, menampilkan dua kekasih yang menaati protokol kesehatan.
Foto: Andreas Solaro/AFP/Getty Images
Jerman
Pada saat wabah corona merebak di Jerman, tisu toilet menjadi komoditas yang habis diborong warga hingga toko-toko harus membatasi pembelian. Karya seni di Berlin yang dibuat oleh Eme Freethinker ini menggambarkan sosok Gollum dari "Lord of the Rings" yang sedang melihat Tupai Scrat dari "Ice Age" mencuri gulungan tisu toilet.
Foto: Maja Hitij/Getty Images
Meksiko
Seniman grafiti di seluruh dunia mengidolakan para perawat yang telah berjuang melawan wabah COVID-19. Dalam lukisan karya seniman urban Applez di Meksiko, figurnya seorang petugas kesehatan memakai masker berlogo Superman.
Foto: Getty Images/AFP/P. Pardo
Australia
Gambar yang menghargai jasa petugas kesehatan terpampang di sebuah lokasi di Melbourne, Australia. Grafiti itu dilukis untuk memperingati Hari Perawat Internasional pada 12 Mei 2020, yang dirayakan untuk menghormati Florence Nightingale, pendiri keperawatan modern Inggris yang lahir pada tanggal yang sama, 200 tahun lalu.
Foto: AFP/W. West
Skotlandia
Seorang pejalan kaki melewati lukisan jalanan di Glasgow, Skotlandia. Inggris memberlakukan pembatasan alias lockdown ketat pada Desember 2020 setelah varian baru virus corona yang sekarang disebut sebagai "varian Inggris", mulai menyebar dengan cepat.
Foto: Andy Buchanan/AFP/Getty Images
Yunani
Karya seni ini berada di samping sebuah rumah sakit di Thessaloniki, Yunani, sebuah tempat untuk merawat bagi tenaga medis, ketika pertama kali 14 orang dinyatakan positif terinfeksi virus corona SARS-Cov-2 pada musim panas 2020.
Foto: Sakis Mitrolidis/AFP/Getty Images
Senegal
Sejak tahun 2020, banyak dari kita yang mulai menerapkan tren pola hidup sehat. Anggota kelompok grafiti Senegal, RBS CREW melukisi dinding Universitas Cheikh Anta Diop di Dakar dengan grafiti yang menggambarkan seorang pria yang menekuk siku saat bersin, sebagai tindakan pencegahan terhadap penyebaran virus COVID-19.
Foto: Getty Images/AFP/Seyllou
India
Seorang warga India yang memakai masker berjalan melewati grafiti Buddha yang juga mengenakan masker bedah biru serupa. Pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, yang tinggal di India utara, mendapat dosis pertama vaksin virus corona pada 6 Maret lalu dan mengimbau orang-orang untuk melakukan hal yang sama.
Foto: Getty Images/AFP/I. Mukherjee
Irlandia
Sebuah mural yang dibuat seniman Emma Blake, meniru lukisan terkenal "We Can Do It!". Dalam perang melawan virus corona, pertempuran terjadi di seluruh rumah sakit di dunia, sama seperti yang digambarkan dalam lukisan di Dublin, Irlandia.
Foto: Reuters/J. Cairnduff
New York, AS
Ketika mantan Presiden AS Donald Trump menjabat, dia sempat meremehkan bahaya virus corona. Sebuah mural yang mengejek mantan presiden tersebut dilukis oleh seniman jalanan Pure Genius di New York.
Foto: Timothy A. Clary/AFP/ Getty Images
Belanda
Seorang gadis memegang hati yang berwarna bendera Belanda, dilukis sebagai tanda harapan bagi mereka yang menderita akibat virus corona. Pada bulan Januari dan Februari lalu, bentrokan pecah antara polisi anti huru hara dan penduduk Belanda yang marah karena diberlakukannya lockdown.
Foto: picture-alliance/AP Photo/P. Dejong
Kenya
Warga Nairobi terlihat berjalan melewati lukisan virus corona yang tampak bertampang kejam. Saat ini Kenya mendistribusikan vaksin AstraZeneca, sehingga menjadikannya negara Afrika Timur pertama yang melaksanakan program vaksinasi massal. (ha/as)
Foto: Getty Images/AFP/S. Maina
13 foto1 | 13
Tetap menguntungkan bagi UEFA
Bagi UEFA sendiri, Euro 2020 tetap menguntungkan, karena banyaknya dana sponsor dan penjualan hak tayang di televisi dan media elektronik lain. Tapi bagi para fans sepakbola, kejuaraan Piala Eropa kali ini bisa jadi cerita perjalanan yang paling rumit. Karena di setiap negara penyelenggara ada aturan berbeda, dan kapasitas stadion yang boleh digunakan untuk penonton juga berbeda-beda.
Para fans yang ingin membela tim favoritnya harus rela melakukan perjalanan dan mengambil risiko aturan karantina, melakukan tes Covid-19 dan menghadapi pembatasan moda transportasi, terutama di London yang akan menggelar nomor final. Hotel-hotel dan bar, yang biasanya menjadi tempat berkumpul para fans sepakbola, juga akan menerapkan aturan ketat.
Secara ekonomi, Euro 2020 memang tidak bisa dibandingkan dengan turnamen-turnamen sebelumnya. Tapi gambaran lengkap untung-ruginya kemungkinan baru bisa diketahui tahun depan, antara lain dalam laporan keuangan UEFA. Sekalipun UEFA masih tetap akan mengeruk keuntungan besar, yang hanya bisa diimpikan oleh para pemilik bar, hotel, dan restoran di kota-kota tuan rumah.