1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Panen Lebih Baik dengan Lebih Sedikit Air

Ana Lehmann29 Agustus 2012

Pasokan pangan bagi pertumbuhan penduduk dunia merupakan salah satu tugas utama untuk masa depan. Sumber air yang terbatas harus dimanfaatkan lebih efisien.

Sustainable
Foto: IWMI/Comprehensive Assessment

Sampai pertengahan abad 21 ini, penduduk dunia yang kini berjumlah sekitar tujuh miliar akan bertambah menjadi lebih dari 9 miliar, demikian perkiraan yang tercatum dalam laporan kependudukan PBB. „Dalam 30 sampai 40 tahun mendatang kita harus menambah produksi pangan sekitar 70 persen untuk memberi makan dunia. Namun untuk mencapai jumlah besar ini, di banyak negara tidak terdapat cukup banyak air,“ dikatakan Colin Chartres, direktur Institut Manajemen Air Internasional IWMI.

IWMI yang berkedudukan di Sri Lanka menerima penghargaan Stockholm Water Prize 2012. Organisasi non-profit yang berkantor di 10 negara Afrika dan Asia ini telah mengembangkan strategi yang memungkinkan negara berkembang dan ambang industri dapat memanfaatkan sumber daya tanah dan air secara berkelanjutan dalam pertanian. Sistem irigasi yang lebih efisien, mempermudah akses mendapatkan air, penyimpanan dan sistem distribusi yang lebih baik adalah beberapa langkah yang ditawarkan IWMI.

Direktur IWMI Colin ChartresFoto: IWMI

“More Crop per Drop“

Colin Chartres meringkas tantangan apa yang dihadapi para peneliti dan produsen pangan, “Di masa depan kita harus mampu menghasilkan lebih banyak pangan dengan lebih sedikit air dari yang kini tersedia. Sasaran kami adalah, dari setengah lahan didapatkan hasil dua kali lipat.“ Atau dengan kata lain: “More crop per drop”, yaitu strategi IWMI untuk memenafaatkan air secara lebih efisien dalam pertanian. Saat ini 70 persen air yang ada digunakan di sektor pertanian. Jumlah konsumsi air ini harus diturunkan, dikatakan Colin Chartres.

Pada tingkat lokal, IWMI bekerjasama dengan LSM. “Namun untuk melakukan penelitian dan menerapkan strategi khusus kita tergantung pada dukungan pemerintah,“ dikatakan Chartres.

Kerjasama dengan Tanzania

Sebuah studi yang dilakukan IWMI di Tanzania menunjukkan, misalnya, bahwa sekitar 2,5 juta orang dapat manfaatkan pengalihan aliran sungai, pompa air murah dan penadahan air hujan bagi lahan bertingkat. Studi di Tanzania ini dibiayai oleh Yayasan Bill and Melinda Gates. “Kami merekomendasikan pemerintah Tanzania untuk meningkatkan anggaran demi mendukung langkah-langkah yang dilakukan Departemen Pertanian,” dikatakan Colin Chartres. Dan ternyata, pemerintah Tanzania menyetujui hal ini dan telah mengalokasikan enam juta Dollar AS. Selain itu, juga telah dibentuk satu platform diskusi dengan pemerintah setempat, ilmuwan dan universitas agar langkah-langkah yang diambil dijalankan secara tetap.

Banyak wilayah di dunia, seperti di Tanzania, menderita kekurangan airFoto: Bruce Lankford of University of East Anglia

Manajemen Air Tanah di India

Contoh lain adalah India, di mana petani memperoleh air tanah dengan lebih dari 23 juta pompa air untuk mengairi ladang atau sawah mereka. Dan setiap tahunnya sekitar satu juta pompa baru dibangun. Eksploitasi yang sampai sekarang tidak terkoordinasi telah menghabiskan sumber daya yang berharga, dikatakan Somesekhar Rao, pakar air pada Bank Pembangunan Asia. Di tiga negara bagian di India Selatan, para pakar dari IWMI telah menyusun kerangka kerja yang memungkinkan penggunaan air tanah secara lebih efisien. “Jika ini disahkan pemerintah, maka 30 sampai 40 persen penduduk India dapat memperoleh manfaat darinya,” demikian perkiraan RAO.

Petani mamanfaatkan air tanah untuk mengairi ladang mereka, menyebabkan permukaan air semakin turunFoto: Aditi Mukerji

Sunita Narain, direktut organisasi lingkungan Center for Science and Environment memberikan penghargaan yang tinggi pada peran Institut Manajemen Air Internasional IWMI, “Negara seperti India memahami bahwa air akan menjadi faktor kunci bagi ketahanan pangan. Tapi masyarakat lokal belum cukup tahu untuk mengetahui ke arah mana mereka harus melangkah untuk menerapkan strategi More Crop per Drop. Untuk itu mereka membutuhkan bantuan IWMI, satu-satunya lembaga penelitian di dunia yang bergerak di bidang pengelolaan air dengan format global.”

Institut Manajemen Air Internasional IWMI dibentuk pada tahun 1984 sebagai salah satu dari 15 institut milik Lembaga Konsultasi Penelitian Pertanian Internasional CGIAR. Pada tahun-tahun pertama, fokus kerja IWMI adalah memberikan metode irigasi yang lebih baik kepada para petani kecil. Saat ini, tugas IWMI lebih fokus pada peningkatan hasil panen, sekaligus melindungi sungai, perairan dan lahan basah.

Ketahanan Pangan

Untuk masa depan, Colin Chartres berharap bahwa perusahaan-perusahaan makanan besar mendukung negara-negara berkembang dan ambang industri dalan pengelolaan air yang lebih baik. “Jika perusahaan dengan investasi mereka membantu petani kecil untuk lebih efisien dan menigkatkan produksi, maka kedua pihak memperoleh manfaat. Perusahaan dapat mengandalkan pasokan bahan baku untuk produksi makanan mereka. Petani mendapatkan akses yang terjamin ke pasar dan untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi dari hasil panen mereka.“

Petani kecil membutuhkan akses terjamin ke pasarFoto: Sanjini de Silva

Dan Colin Chartres tidak melihat adanya konflik kepentingan antara petani dan agribisnis. Sebaliknya, semua pihak tertarik pada produksi yang berkelanjutan, termasuk aturan dan peraturan yang relevan yang dikeluarkan pemerintah, Colin Chartres yakin, “Jika semua pihak bekerjasama dengan cara ini, maka pada akhrinya akan mengarah pada ketahanan pangan bagi semua."