Karena fenomena cuaca El Nino, masa masa tanam padi yang biasanya dimulai bulan Maret diperkirakan mundur dua bulan. Panen padi hingga kini sangat minim, harga beras diprediksi akan naik.
Iklan
Pejabat pertanian di Indonesia sudah biasa melakukan penggelembungan angka panen padi untuk menyajikan gambaran baik kepada pemerintah pusat. Karena jika panen padi baik, maka subsidi pertanian akan mengalir dengan lancar.
Tapi kali ini, penggelumbungan angka panen padi bisa berakibat fatal. Karena dalam kenyataannya. Panen padi merosot tajam akibat fenomena El Nino.
Dalam minggu pertama Januari 2016, penyerapan beras dan gabah badan logistik misalnya hanya mencapai 1.000 ton. Padahal dalam kondisi normal, Bulog bisa menyerap rata-rata 10.000 ton per hari, bahkan pada musim panen sampai 15.000 ton per hari.
Direktur Utama Bulog, Djarot Kusumayakti mengatakan, minimnya hasil panen beras dan gabah disebabkan mundurnya masa tanam pada tahun lalu. Sehingga bulan Januari 2016, hanya sedikit tanaman padi yang memasuki masa panen.
Mengejar Target Jokowi
Penggelembungan data panen padi makin menjadi-jadi, karena Presiden Joko Widodo ketika dilantik sebagai presiden tahun 2014 segera mencanangkan program swasembada beras. Akhirnya, para pejabat di dareh berlomba-lomba menyodorkan angka keberhasilan.
"Angka-angka ini sangat dibesar-besarkan," kata seorang pejabat senior pemerintah, yang menolak disebutkan namanya kepada kantor berita Reuters.Beras memang soal sensitif di Indonesia. "Kami sekarang berusaha keras menyiapkan persediaan yang cukup, jika ada gagal panen pada periode Februari dan Maret", lanjut pejabat itu.
Seorang pejabat pemerintah lainnya membenarkan penggelembungan angka-angka prediksi panen padi itu. Jika data-data panen benar, seharusnya ada puluhan juta ton padi di gudang-gudang penyimpanan. Tapi kenyataannya, beras di pasaran makin langka.
Bulan lalu, pemerintah Indonesia terpaksa mengimpor beras dari Thailand dan Vietnam untuk menjamin pasokan beras yang cukup dan menjaga kestabilan harga. Harga beras, belajar dari pengalaman-pengalaman lalu, memang bisa jadi isu kritis yang bahkan menumbangkan sebuah pemerintahan.
Karena data buruk, kebijakan kacau
Dwi Andreas Santosa, profesor di Institut Pertanian Bogor, mengatakan penjelitiann dan perhitungannya menunjukkan bahwa statistik pemerintah Indonesia untuk produksi beras pada tahun 2015 sekitar 17-19 persen lebih tinggi dari perkiraan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Padahal data-data USDA biasanya dijadikan patokan global untuk perkiraan panen.
Profesor Santosa menerangkan, dia sudah mewawancarai petani di 61 wilayah Indonesia dan menemukan bahwa panen padi benar-benar anjlok. Di 67 persen wilayah yang dia teliti, panen padi rata-rata turun 20 persen.
"Karena data produksinya tidak bisa dipercaya,akibatnya kebijakan pangan pemerintah salah dan kacau", ujar Santosa. Buruknya panen tahun ini diperkirakan akan membuat harga beras terus naik.
Anomali cuaca El Nino tidak hanya terjadi di Indonesia. Situasi serupa juga dihadapi oleh India. Artinya, permintaan beras secara global akan naik, sementara suplai menyusut. Akibatnya, harga beras di pasaran dunia pasti melonjak lagi. Di Indonesia, El Nino diperkirakan memperlambat masa tanam padi sampai bulan April mendatang.
Dampak Perubahan Iklim Sudah Landa Dunia
Efek perubahan iklim sudah terasa. Pakar iklim peringatkan, jika kenaikan suhu global lebihi rata-rata 2 derajat Celsius, dampaknya akan fatal. Inilah beberapa bukti bencana yang sudah melanda akibat perubahan iklim:
Foto: picture-alliance/dpa
Kabut Asap Cekik Asia Tenggara
Kebakaran hutan di Indonesia yang dipicu fenomena iklim El Nino, durasinya bertambah panjang dari biasanya. Akibatnya negara tetangga Malaysia, Singapura dan Thailand dicekik kabut asap berbulan-bulan. Kuala Lumpur disergap asbut berminggu-minggu (foto). Beberapa kali pemerintah negara jiran terpaksa meliburkan sekolah dan Kantor pemerintahan, akibat kadar cemaran lebihi ambang batas aman.
Foto: MOHD RASFAN/AFP/Getty Images
Masalah Kesehatan Dipicu Kabut Asap
Kalimantan dan Sumatra sudah langganan disergap kabut asap akibat kebakaran hutan. Tapi serangan kabut asap tahun ini jauh lebih hebat dan panjang dibanding tahun tahun sebelumnya. NASA melaporkan penyebabnya: fenomena iklim El Nino yang Alami perubahan pola. Akibatnya lebih 500.000 warga menderita infeksi saluran pernafasan akibat kabut asap.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Smog di Cina Berkategori Berbahaya
Kadar Smog di Cina telah lewati ambang batas aman yang ditetapkan WHO. Ibukota Beijing dan sejumlah kota besar lainnya menderita tercekik Smog yang terutama berasal dari pambakaran batubara secara intensif. Ekonomi Cina sangat tergantung dari pembangkit listrik batubara. Dampaknya adalah masalah kesehatan bagi jutaan warga
Foto: Getty Images/K. Frayer
Neraka Kebakaran Hutan
Amerika juga tak luput dilanda dampak perubahan iklim. Kebakaran hutan di California September 2015 melalap kawasan ribuan Hektar. Lebih 10.500 pemadam kebakaran dikerahkan. Tapi tetap saja api melumat 1400 rumah milik warga. Api menyala sendiri akibat kemarau panjang dan kekeringan hutan yang dipicu fenomena iklim El Nino.
Foto: picture-alliance/dpa
Masalah Sosial Dipicu Kemarau Panjang
Kemarau panjang dan kekeringan dipicu perubahan iklim, timbulkan masalah sosial berat di negara berkembang. Terutama anak perempuan yang jadi korban. Organisasi bantuan "Kindernothilfe" mencatat, kasus perkawinan dini meningkat. Pasalnya orang tua tak mampu lagi memberi makan keluarganya. Menikahkan dini anak perempuan berarti satu beban berkurang dan dari uang mahar anak lain bisa diberi makan.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Burgi
Banjir Makin Kerap Datang
Di belahan bumi lainnya terjadi fenomena kebalikan. Curah hujan makin tinggi dan badai makin sering melanda. Banjir yang tak kenal musim memaksa jutaan orang bermigrasi. Angka kemiskinan hingga 2030 diramalkan meningkat drastis. Bencana lingkungan di kawasan Afrika dan Asia Selatan memicu gagal panen, kelaparan dan wabah penyakit.
Foto: picture-alliance/dpa
Angin Topan Membuat Sengsara
Ini bukan pemandangan mistis, melainkan citra udara dari atas pulau Luzon di Filipina yang tergenang banjir setelah dilanda angin topan. Ratusan tewas akibat tanah longsor dan banjir. 50.000 warga jadi tuna wisma dan terpaksa mengungsi. Filipina dilanda 20 topan hebat setiap tahunnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Eropa Juga Terimbas
Pemanasan global dan perubahan iklim juga berdampak di Eropa. Sungai Rhein yang melintasi beberapa negara dan penting sebagai urat nadi lalu lintas air, kini nyaris kering akibat tak turun hujan selama berbulan-bulan. Dampak ekonominya, transportasi barang kini mengandalkan moda darat yang jauh lebih mahal.
Foto: picture-alliance/dpa
Terumbu Karang Mati massal
Kematian massal terumbu karang juga melanda kawasan luas di bawah laut. Terumbu karang ini berwarna pucat, sebuah indikasi koloni binatang ini nyaris mati. Koral Yang sehat berwarna indah cemerlang. Pemicu kematian massal terumbu karang adalah makin hangatnya suhu air laut, yang memicu stress dan pertumbuhan ganggang beracun.
Foto: imago/blickwinkel
Beruang Kutub Terancam Punah
Beruang kutub menjadi simbol bagi perubahan iklim. Akibat lumernya lapisan es abadi di kutub utara, binatang ini kehilangan habitat alaminya. Tidak ada lapisan es, berarti beruang kutub tidak bisa berburu mangsanya dan akan mati kelaparan. Ramalan pesimistis menyebutkan: hingga 2050 populasi beruang kutub akan menyusut hingga tinggal 30 persen dari populasi saat ini.