1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
MusikGlobal

“Pangeran Kegelapan" Ozzy Osbourne, Bukan "Pria Biasa"

23 Juli 2025

John Michael “Ozzy” Osbourne pernah mengakui gaya hidupnya yang destruktif seharusnya sudah merrenggut nyawanya bertahun-tahun silam. Kini ia menjemput ajal. Perjalanan dari gelap ke terang, dari kegilaan ke keabadian.

Pembuka Musim NFL 2022 | Musisi Ozzy Osbourne tampil di babak pertama pertandingan Rams, 2022
Dia dianggap sebagai “Bapak Heavy Metal”: penyanyi Black Sabbath Ozzy OsbourneFoto: Harry How/Getty Images

"Sang Pangeran Kegelapan” pernah jatuh ke lubang kecanduan. Namun berhasil bangkit dari belenggu alkohol dan narkoba, dia terus berkarya sebagai Ozzy Osbourne dan menjadi pelopor genre heavy metal.

Musisi asal Inggris tersebut melejit pada awal tahun 1970-an bersama band legendaris Black Sabbath. Ozzy pun menapaki karier solo dan menjadi bintang reality show "The Osbournes”.  22 Juli 2025, ia berpulang pada usia 76 tahun, hanya beberapa minggu setelah menggelar pertunjukan perpisahan.

Di balik gemerlap panggung dan sorotan lampu, Ozzy Osbourne adalah jiwa yang kerap bergumul dengan bayang-bayang masa lalunya. Bintang rock heavy metal ini juga sadar betul bahwa gaya hidup liar di masa lalu nyaris merenggut nyawanya bertahun-tahun sebelumnya.

"Apakah engkau merasa abadi?” tanya pewawancara BBC sebelum salah satu konser terakhir Black Sabbath berlangsung pada 2017. "Tidak, aku merasa beruntung masih hidup,” jawab Osbourne kala itu, "Padahal aku sudah melakukan hal-hal gila luar biasa dalam hidupku.”

Perjalanan hidup Ozzy tidak pernah linier, seperti simfoni yang tak terduga, penuh dengan nada-nada tinggi dan rendah yang menggetarkan. Ia menyemai musik menjadi jembatan untuk berkomunikasi dengan dunia — sebuah bahasa universal yang melampaui batasan lirik dan waktu.

Rambut panjang, kumis tebal, lirik okultisme: Dengan penyanyi Ozzy Osbourne (ketiga dari kiri), Black Sabbath mencapai ketenaran dunia pada tahun 1970-anFoto: United Archives/picture alliance

"Sabbath Bloody Sabbath"

John Michael Osbourne lahir pada 3 Desember 1948 di pinggiran Birmingham, West Midlands, kota yang ia anggap sebagai ladang subur bagi gerakan musik unik—seperti halnya band-band legendaris Birmingham lainnya, Led Zeppelin.

Selain sebagai ikon musik, Ozzy juga dikenal sebagai sosok yang menginspirasi banyak musisi muda untuk berani berbeda dan mengeksplorasi sisi gelap serta kompleksitas diri mereka. Ia mengukir jejak sebagai pionir yang membuka pintu bagi keberanian artistik dan kebebasan berekspresi, sebuah warisan yang lebih dari sekadar album dan konser.

Ozzy memutuskan meninggalkan bangku sekolah pada usia 15 tahun demi mengejar berbagai magang yang tak berujung, mulai dari tukang pipa hingga pembuat peralatan. Ia bahkan sempat bekerja di rumah jagal hewan dan kamar mayat.

Julukan "Ozzy” yang melekat padanya sudah digunakan sejak masa sekolah, dan tak lama kemudian ia harus mendekam selama enam minggu di penjara karena kasus pencurian.

Pada  tahun 1968, Ozzy, yang saat itu mulai menapaki dunia vokalis, membentuk sebuah kelompok bernama Polka Tulk Blues bersama bassist Geezer Butler, gitaris Tony Iommi, dan oenggebuk drum Bill Ward.

Nama mereka berubah beberapa kali hingga akhirnya menjadi Black Sabbath. Seperti The Beatles yang menjadi pengaruh awal bagi Osbourne, Black Sabbath mengasah suara rock berat mereka di serangkaian pertunjukan selama tiga jam di The Star Club, Hamburg.

Dengan kontrak rekaman di tangan, riff heavy metal yang khas dan lirik gelap berbalut nuansa okultisme yang dinyanyikan oleh frontman mereka yang eksentrik ini memikat jutaan pendengar lewat album "Black Sabbath” dan "Paranoid” pada tahun 1970.

Di tahun 1973, lewat album "Sabbath Bloody Sabbath,” Black Sabbath dan terutama Osbourne, menjelma menjadi superstar dunia.

Rambut dan jenggotnya jauh lebih sedikit: Para anggota band Black Sabbath di gala pelantikan mereka di Rock and Roll Hall of Fame pada tahun 2006 di New YorkFoto: AP

Runtuh dalam manisnya jerat duniawi

Namun, di tengah jadwal tur yang padat, Osbourne terperosok dalam jerat kecanduan narkoba dan alkohol. Ia mengenang bagaimana sesudah manggung selalu menenggak sebotol minuman keras dan menelan pil tidur. Anggota band lain juga terjerat narkoba, tapi pada akhir 1970-an, Osbourne sering kali terlalu mabuk untuk latihan dan menulis lagu, hingga produktivitas band pun jadi merosot.

Pada tahun 1979, Ozzy  Osbourne pun akhirnya dikeluarkan dari Black Sabbath karena dianggap tidak dapat diandalkan dan kecanduan berat.

Berbeda dengan legenda rock Inggris lainnya, seperti John Bonham dari Led Zeppelin yang meninggal dunia pada usia 32 akibat penyalahgunaan alkohol, Osbourne bertekad untuk melawan kecanduannya.

"Hari saat aku dipecat dari Sabbath adalah hari terburuk dalam hidupku,” ujarnya dalam wawancara tahun 1980-an, "tapi kini aku sadar, itu mungkin hal terbaik yang pernah terjadi padaku.”

Setelah meninggalkan band, Osbourne mengasingkan diri selama tiga bulan di kamar hotel sendirian dan, menurut pengakuannya, "setiap hari mabuk sampai tidak sadar.”

Pertobatan dan kebangkitan 

Namun, tak lama kemudian ia berhasil menarik jarak dengan narkoba dan memulai karier solo yang sangat sukses, menghasilkan 13 album dan terjual lebih dari 40 juta rekaman hingga akhir hayatnya.

Album solo debutnya, "Blizzard of Ozz” (1981), melahirkan single hits "Crazy Train” yang masuk jajaran Top 10 di AS dan meraih sertifikasi platinum lima kali lipat.

Setahun kemudian, penyanyi bertato dan bergaya glam gothic ini makin dikenal setelah membidani kontroversi dengan menggigit kepala seekor kelelawar hidup di atas panggung saat tur AS. Ia berkilah, mengira hewan itu mainan, meski tahun sebelumnya ia diduga pernah menggigit kepala dua burung merpati di depan eksekutif CBS Records.

Pada tahun 1997, Osbourne kembali bergabung dengan band yang membesarkan namanya. Di tahun yang sama, Black Sabbath tampil di festival musik metal Ozzfest, yang ia dirikan setahun sebelumnya bersama istrinya sekaligus manajer, Sharon.

Ia terus tampil bersama bandnya hingga rekaman album terakhir "13” pada tahun 2013. Konser terakhir mereka, bertajuk "Back to the Beginning,” berlangsung di kota kelahiran mereka, Birmingham, pada bulan Juli 2025.

Ozzy Osbourne tampil di Commonwealth Games di kota kelahirannya Birmingham pada tahun 2022Foto: David Davies/PA Wire/Sports Inc/picture alliance

Menjadi diri sendiri meski kebosanan

Pada awal 2000-an, penyanyi yang kadang terdengar tak fokus ini mulai dikenal sebagai sosok rocker tua dengan kepribadian unik ketika ia menyetujui untuk menjadikan keluarganya, yang saat itu tinggal di Los Angeles, sebagai fokus acara realitas TV berjudul "The Osbournes," yang juga menampilkan dua dari tiga anaknya, Kelly dan Jack.

Saat tampil di The Jay Leno Show bersama istrinya Sharon pada puncak ketenarannya di dunia reality TV pada 2005, Osbourne berkata, "Aku sudah tidak merokok, tidak menenggak alkohol, sudah berhenti mengonsumsi narkoba. Mungkin tampak cukup membosankan."

Di sisi lain, kehidupan Ozzy juga mengingatkan pentingnya kerendahan hati dan penerimaan diri. Meskipun di atas panggung ia tampil penuh energi dan eksentrik, di balik itu ada manusia biasa yang juga memiliki ketakutan, kesalahan, dan penyesalan. Ia mengajarkan bahwa menjadi manusia utuh berarti menerima semua sisi diri, termasuk kelemahan dan kekurangan.

Ozzy Osbourne bukan hanya legenda musik dalam sorotan dunia. Ia adalah cermin yang menampilkan betapa rumit dan indahnya perjalanan menjadi diri sendiri.

Ozzy Osbourne berpose bersama keluarganya untuk "The Osbournes"Foto: Mary Evans/AF Archive/MTV Networks/IMAGO

Dirundung berbagai penyakit

Awal 2019, Osbourne mengalami kecelakaan jatuh di rumahnya di Los Angeles, saat ia sedang dalam proses pemulihan dari pneumonia berat. Setelah menjalani operasi tulang belakang, ia bercanda, "Sekarang aku punya lebih banyak baut dan mur dalam tubuhku daripada mobilku."

Selama beberapa bulan, ia harus banyak berbaring. Namun, hal itu tak menghalanginya untuk tetap berkarya, termasuk berkolaborasi dengan Elton John. Pada Januari 2020, mereka merilis single bersama berjudul "Straight to Hell."

Lagu ini berasal dari album solo Osbourne yang kedua belas, "Ordinary Man," album pertamanya setelah sepuluh tahun vakum. Judul album itu mengandung ironi tersendiri, karena sepanjang hidupnya, Ozzy Osbourne tidak pernah menjadi "pria biasa.”

Sebagai "Godfather of Metal,” Ozzy Osbourne adalah pionir heavy metal yang membuka jalan bagi banyak band dan musisi lain. Bersama Black Sabbath, ia menciptakan suara yang gelap dan berat, yang merevolusi musik rock pada 1970-an dan membentuk genre metal seperti yang kita kenal sekarang.

Lebih dari sekadar seorang rocker, Ozzy adalah sosok yang penuh paradoks — seorang pemberontak yang terkadang rapuh, legenda yang terkadang lucu, serta sosok yang kerap menari di batas antara kegilaan dan kejeniusan, terutama dalam  aksinya yang tak terduga di atas panggung.

Suara khasnya yang serak dan ekspresif menjadi identitas yang melekat, menggema dalam setiap nada, menyampaikan kisah gelap dan emosional yang menggetarkan jiwa para penggemar. Ia mampu membungkus penderitaan dan pemberontakan dalam balutan musik memukau.

Album terakhirnya, "Patient Number 9," dirilis pada September 2022. Dalam sebuah wawancara pada Januari 2020, Osbourne dan istrinya juga mengakui bahwa Ozzy telah didiagnosis menderita Parkinson, suatu penyakit neurodegeneratif. Berbicara di program Good Morning America, ia ditanya apakah ia sedang sekarat. "Sama sekali tidak," katanya. "Saya harap mereka tetap mendukung saya," katanya tentang para penggemarnya setelah pembatalan tur dunianya. "Karena saya membutuhkan mereka."

"Pertemuan dengan Lennon": Wafat di usia 76 tahun

Pada tahun 2019, di tengah perjuangannya melawan penyakit dan masa-masa sulit, Ozzy Osbourne pernah membawakan lagu "How” karya John Lennon—sebuah lagu sarat pencarian makna hidup, yang ia nyanyikan di jalanan menuju ke pusara Lennon di Strawberry Fields, New York. Momen tersebut seolah bagaikan pertemuan dua jiwa legendaris, yang masing-masing pernah melewati pergulatan berat dalam hidup dan musik mereka.

Osbourne meninggal dunia di usia 76 tahun, hanya beberapa minggu setelah menggelar konser perpisahan yang sangat dinantikan di Birmingham. Mungkin, di suatu tempat, ia kini telah bertemu kembali dengan Lennon—di tempat peristirahatan terakhir yang dulu ia kunjungi—mengakhiri perjalanan panjang seorang ikon yang tak pernah berhenti berkarya dan menginspirasi.

Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris 

Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

Editor: Rizki Nugraha

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait