Para Istri Tentara Rusia Tuntut Suami Mereka Dipulangkan
Alexey Strelnikov
12 Desember 2023
Meskipun ada intimidasi dari pihak berwenang, para ibu dan istri tentara Rusia yang menjalani wajib militer berkampanye agar suami dan anak mereka dibawa kembali dari medan perang di Ukraina.
Iklan
Kerabat warga Rusia yang dimobilisasi dan dikirim untuk berperang di Ukraina berkumpul untuk membentuk gerakan protes. Mereka mengorganisir aksi unjuk rasa dan flash mob, mengajukan permohonan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin menuntut kembalinya suami maupun anak laki-laki mereka dari garis depan perang di Ukraina. Pihak berwenang berusaha menghentikan tindakan mereka karena khawatir aksi protes akan meluas.
Militer Rusia mengatakan, mobilisasi di Rusia tetap berlaku sampai diakhiri oleh presiden. Dengan demikian, anggota wajib militer akan tetap berada di garis depan tanpa batas waktu dan tanpa ketentuan untuk merotasinya.
Aksi protes semakin meningkat menyusul berita bahwa Presiden Putin telah mengamnesti terpidana kriminal yang dihukum karena pelanggaran serius, jika mereka ikut serta dalam perang melawan Ukraina.
Tanggal 14 Desember 2023 akan dilangsungkan sesi tanya jawab tahunan Vladimir Putin "Direct Line," yang disiarkan di televisi. Kanal aplikasi Telegram "Put' domoi" ("Way Home"), yang memiliki 30.500 pengguna dan berfokus pada isu-isu seputar mobilisasi, melaporkan bahwa lembaga penyiaran itu telah dibanjiri dengan pertanyaan-pertanyaan dari keluarga para tentara Rusia yang putus asa dengan mobilisasi.
Linimasa Setahun Perang di Ukraina dalam Foto
Pada 24 Februari 2022 pagi, Rusia menginvasi Ukraina. Menurut PBB, ribuan tentara dan warga sipil telah tewas. Linimasa peristiwa mengejutkan terekam dalam foto-foto berikut ini.
Foto: Anatolii Stepanov/AFP/Getty Images
Hari yang gelap bagi jutaan orang
Pada 24 Februari 2022 pagi, banyak warga Ukraina terbangun karena ledakan seperti ini di ibu kota, Kyiv. Rusia telah melancarkan invasi besar-besaran, menandai serangan terbesar oleh satu negara terhadap negara lain sejak Perang Dunia II. Tak lama berselang, Ukraina mengumumkan darurat militer. Bangunan sipil menjadi sasaran dan kasus kematian pertama dilaporkan segera setelah itu.
Foto: Ukrainian President s Office/Zuma/imago images
Penembakan terus-menerus
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara tentang "operasi militer khusus" dan mengatakan dia akan merebut wilayah timur Donetsk dan Luhansk. Penduduk kota Mariupol di Oblast Donetsk berlindung di ruang bawah tanah selama berminggu-minggu. Banyak yang mati di bawah reruntuhan. Serangan udara Rusia di teater, tempat ratusan orang berlindung pada Maret 2022, dikecam oleh kelompok hak asasi manusia.
Foto: Nikolai Trishin/TASS/dpa/picture alliance
Eksodus massal
Perang di Ukraina telah menyebabkan pengungsian besar-besaran yang tak terlihat di Eropa sejak Perang Dunia II. Menurut badan pengungsi PBB (UNHCR), lebih dari 8 juta orang telah meninggalkan negara itu. Polandia sendiri telah menampung 1,5 juta orang, lebih banyak dari negara Uni Eropa lainnya. Jutaan orang, terutama dari timur dan selatan Ukraina, terpaksa mengungsi dari perang.
Foto: Anatolii Stepanov/AFP
"Adegan" horor di Bucha
Hanya dalam beberapa minggu, tentara Ukraina berhasil mengusir pasukan militer Rusia dari daerah di utara dan timur laut negara itu. Rencana Rusia untuk mengepung ibu kota, Kyiv, gagal. Setelah wilayah dibebaskan, dugaan kekejaman Rusia menjadi jelas. Gambar warga sipil yang disiksa dan dibunuh di Bucha, dekat Kyiv, menyebar ke seluruh dunia. Para pejabat melaporkan ada 461 kematian.
Foto: Carol Guzy/ZUMA PRESS/dpa/picture alliance
Kehancuran dan kematian di Kramatorsk
Jumlah korban sipil di Donbas meningkat pesat. Pejabat mengatakan kepada penduduk sipil untuk mundur ke daerah yang lebih aman, tetapi rudal Rusia juga menargetkan mereka saat berusaha melarikan diri, termasuk di Kramatorsk. Lebih dari 61 warga tewas dan 120 lainnya terluka di stasiun kereta api pada April 2022, di saat ribuan orang berharap bisa menyelamatkan diri.
Selama serangan udara Rusia, jutaan orang Ukraina mencari perlindungan di tempat-tempat penampungan. Bagi orang-orang yang dekat dengan garis depan dalam jangkauan artileri, ruang bawah tanah telah menjadi rumah kedua. Di Kyiv (seperti yang terlihat di atas) dan Kharkiv, stasiun kereta bawah tanah menjadi tempat berlindung yang aman.
Foto: Dimitar Dilkoff/AFP/Getty Images
Risiko nuklir tinggi di Zaporizhzhia
Pada minggu-minggu pertama setelah invasi, Rusia menduduki sebagian besar wilayah selatan dan timur Ukraina, termasuk dekat Kyiv. Pertempuran meluas ke lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di tenggara, yang sejak saat itu berada di bawah kendali Rusia. Badan Energi Atom Internasional mengirim para ahli ke PLTN tersebut dan menyerukan zona aman di sekitar area itu.
Foto: Str./AFP/Getty Images
Jumlah korban tewas tidak jelas
Jumlah pasti korban tewas akibat perang masih belum jelas. Menurut PBB, setidaknya 7.200 warga sipil telah tewas dan 12.000 lainnya terluka, bahkan jumlah yang sebenarnya bisa jauh lebih tinggi. Jumlah pasti tentara Ukraina yang tewas juga tidak pasti. Pada Desember 2022, penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak memperkirakan jumlahnya mencapai 13.000 jiwa.
Foto: Raphael Lafargue/abaca/picture alliance
Kiriman senjata dari Barat untuk Ukraina
Pengiriman senjata dari negara-negara Barat ke Ukraina telah menjadi topik hangat sejak awal perang, tetapi mulanya Kyiv hanya menerima sedikit. Peluncur roket HIMARS buatan AS benar-benar membantu pertahanan. Mereka telah mengizinkan militer Ukraina untuk menghentikan pasokan amunisi ke artileri Rusia dan kemungkinan besar juga berkontribusi pada keberhasilan serangan balik Ukraina.
Foto: James Lefty Larimer/US Army/Zuma Wire/IMAGO
Harapan bisa segera masuk Uni Eropa
Pesan video harian dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, di mana dia melaporkan kondisi negara dan perang yang sedang berlangsung, dilihat oleh jutaan orang. Zelenskyy tidak hanya mampu menyatukan penduduk negaranya, tetapi juga mendapatkan dukungan Barat. Integrasi Eropa telah berkembang pesat di bawah kepemimpinannya dan Ukraina sekarang berada di jalur menuju keanggotaan Uni Eropa. (ha/hp)
Foto: Kenzo Tribouillard/AFP
10 foto1 | 10
Lelah dan tidak ada motivasi
"Suami dan saudara laki-laki saya berada di garis depan. Mereka dipanggil pada awal mobilisasi, dan mereka tidak mendapat cuti selama sembilan bulan – mereka harus tetap berada di zona pertempuran,” kata Tatiana. "Anak saya bertanya mengapa hanya ayahnya yang harus berjuang. Dari semua ayah yang memiliki anak seusianya, hanya dia yang dipanggil.”
Iklan
Tatiana setuju untuk berbicara dengan DW, tapi dia tidak mau mengungkapkan informasi pribadi apa pun, dan namanya disamarkan. "Bukan saya takut dengan keselamatanku, tapi suami dan saudara laki-laki saya – hal ini bisa membahayakan mereka,” tegasnya.
Tatiana mengatakan, perwakilan gubernur di wilayahnya menawarkan kontrak kepada suami dan saudara laki-lakinya dengan militer Rusia. "Tapi mereka semua sudah lelah, kehabisan tenaga, mereka tidak punya kekuatan dan motivasi," katanya. Semua pertanyaannya kepada pihak berwenang tidak dijawab.
Sementara itu, media melaporkan bahwa para pejabat teras militer Rusia sedang berusaha mencapai kesuksesan di garis depan sebelum penampilan besar Putin di televisi.
"Bawa mereka pulang”
Kerabat tentara Rusia yang bertugas di Unit Militer No. 95411 (Distrik Militer Barat) mengklaim, pasukan wajib militer yang luka-luka ringan juga ikut dikirim untuk menyerbu kota Avdiivka, dekat Donetsk, pada November lalu. Setelah itu, lebih dari 100 orang menandatangani surat kepada Putin yang meminta Putin menarik pulang keluarga mereka dari garis depan.
Pada September 2023, setahun setelah mobilisasi dimulai, anggota keluarga personel militer di banyak wilayah Rusia mulai menjadi sorotan pihak berwenang. Mereka menyuarakan kritik terhadap apa yang mereka gambarkan sebagai "mobilisasi tanpa batas,” dan menyerukan agar tentara dirotasi. Di Krasnoyarsk, Novosibirsk, St. Petersburg, dan Moskow, pihak berwenang melarang perempuan mengadakan demonstrasi, di Chelyabinsk dan Nizhnevartovsk mereka berusaha meredam protes dengan janji untuk meneruskan tuntutan para pemrotes kepada otoritas di Moskow.
Sejumlah perempuan memanfaatkan pawai tradisional Partai Komunis di monumen Karl Marx di Moskow tanggal 7 November lalu untuk menggelar aksi tanpa menunggu izin. Foto-foto perempuan yang memegang plakat menyebar dengan cepat di jejaring sosial.
Tokoh oposisi Rusia Leonid Gosman meyakini protes tersebut adalah masalah rumit bagi Kremlin, dan dapat mengakibatkan perubahan politik di negara tersebut. Namun dia tidak berharap pihak berwenang akan menuruti tuntutan para perempuan, karena hal ini akan dianggap sebagai kelemahan pemerintah.
"Jika negara menuruti keinginan mereka, perempuan lain juga akan menuntut pengembalian suaminya. Jika tidak diikuti, tidak akan ada protes massal, tapi reputasi pemerintah pusat akan terus terpuruk,” kata Leonid Gosman.
(hp/as)
Jangan lewatkan konten-konten eksklusif yang kami pilih setiap Rabu untuk kamu. Daftarkan e-mail kamu untuk berlangganan Newsletter mingguan Wednesday Bite.