Tidak terlalu banyak, tapi ada warga Jerman yang aktif melawan kekuasaan NAZI dan Hitler, dan membayar dengan nyawanya. Siapa mereka? Kunjungan ke German Resistance Memorial Center di Berlin.
Iklan
Kompleks bangunan Bendlerblock di Berlin-Tiergarten didominasi warna abu-abu. Tempat ini sempat menjadi terkenal setelah jadi lokasi syuting film "Valkyrie" yang dibintangi aktor tenar Tom Cruise. Film itu berkisah tentang Claus Schenk Graf von Stauffenberg, tokoh utama dalam plot 20 Juli 1944, sebuah upaya membunuh Hitler dengan bom untuk menghentikan politik mata gelapnya.
Aksi itu gagal. Bom yang disimpan Stauffenberg dalam ruang rapat meledak, tapi Hitler selamat. Stauffenberg dan kelompoknya ditangkap, digiring ke Bendlerblock, markas militer Jerman selama kediktatoran Nazi, dan diseksekusi. Sekarang, lokasi eksekusi ini menjadi Pusat Peringatan Perlawanan Jerman, Gedenkstätte Deutscher Widerstand (GDW).
"Sebagian besar wisatawan yang datang mengunjungi kami di sini tertarik dengan situs bersejarah. Mereka ingin tahu apa yang terjadi pada 20 Juli 1944. Namun, pameran kami jauh lebih luas, ia menyediakan informasi tentang seluruh spektrum perlawanan Jerman terhadap Rezim Nazi," kata Johannes Tuchel, Direktur GDW.
Para pahlawan tak dikenal
"Oleh karena itu, kami menyerukan kepada Anda: Jangan biarkan kehendak bebas Anda, hal paling berharga yang Anda miliki, dihilangkan."
Kata-kata tertulis pada pamflet buatan Helmuth Hübener pada tahun 1941. Dia adalah penentang Nazi termuda yang dieksekusi rejim buas ini. Dia ditangkap dan dihukum mati tahun 1942 pada usia 17 tahun, kepalanya dipenggal. Di Jerman, Helmuth Hübener kurang dikenal. GDW di Berlin didirikan justru untuk meperkenalkan perlawanan yang dilakukan warga Jerman terhadap Nazi, yang kurang diketahui masyarakat di dalam dan luar negeri.
Pusat Peringatan Perlawanan Jerman di bendlerblock memang sering dikunjungi turis mancanegara.
"Saya tidak tahu bahwa begitu banyak anak muda, anak-anak sekolah dan siswa, yang terlibat dalam perlawanan. Beberapa dari mereka bahkan mengambil risiko yang sangant besar karena mereka yakin mereka melakukan hal yang benar," kata Katherine, pelajar perempuan asal London, yang saat ini belajar bahasa Jerman di di Berlin.
Pengunjung lain, Gabriel dari Mexico City mengatakan: "Ini pertama kalinya saya di Jerman.. Saya menonton banyak film tentang Perang Dunia Kedua, juga tentang kekuasaan Hitler dan pejuang Jerman (yang menentangnya). Terasa agak aneh sekarang untuk benar-benar melihat semua tempat-tempat bersejarah yang sejauh ini hanya saya temui dalam film."
Bertaruh nyawa dan dipandang sebagai pengkhianat
"Saya suka ada museum yang didedikasikan untuk orang-orang ini. Mereka mempertaruhkan hidup mereka pada saat tidak banyak orang yang mau berenang melawan arus," kata Kumiko, turis dari Jepang, yang sudah dua kali berkunjung ke Berlin.
Direkut GDW Johannes Tuchel mengatakan, di Jerman sendiri tokoh perlawanan seperti Claus Schenk Graf von Stauffenberg masih belum diterima semua kalangan. Banyak juga yang memandang dia sebagai pengkhianat, karena berencana membunuh pemimpin negara, ketika negara sedang terlibat perang melawan musuh.
"Perlawanan Jerman masih sering dipandang negatif... Butuh waktu lama bagi gerakan perlawanan di Jerman untuk dihargai oleh masyarakat Jerman."
Pada tahun-tahun setelah 1945, tidak ada peringatan resmi terhadap perlawanan Jerman. Mereka yang terlibat dalam perlawanan masih dilihat sebagai "pengkhianat" atau "pelanggar sumpah" setia kepada negara. Stauffenberg sendiri, yang punya pangkat cukup tinggi di militer, menyadari hal itu. Sebelum melaksanakan pemboman gelap di maarkas Hitler pada 20 Juli 1944, dia mengatakan kepada seorang kawan perempuannya: "Siapa pun yang berani bertindak, bagaimanapun harus menyadari, bahwa mereka cenderung dicatat sejarah sebagai pengkhianat."
Sekarang, 75 tahun setelah plot 20 Juli 1944, situasi sudah berubah. Gedenkstätte Deutscher Widerstand tahun lalu dikunjungi lebih dari 120 ribu orang, dan jumlah pengunjung terus bertambah. (hp/yp)
Napak Tilas Tumbangnya NAZI Jerman
Hitler menyerah tanpa syarat 8 Mei 1945, menandai berakhirnya Perang Dunia II di Eropa. Beragam monumen didirikan mengenang pembebasan Jerman dari rezim NAZI oleh pasukan Sekutu dan Uni Sovyet.
Foto: picture-alliance/dpa/Hans Joachim Rech
Perang Campuh di Hutan Hürtgen
Pasukan AS bertempur sengit melawan angkatan perang Jerman di hutan Hürtgen dekat Aachen selama beberapa bulan, dari musim gugur 1944 hingga awal tahun 1945,. Ini merupakan pertempuran paling lama dan paling signifikan di kawasan Jerman. Hutan Hürtgen kini jadi bagian dari ‘‘Rute Kemerdekaan Eropa‘‘ yakni jejak peringatan gerak majunya Sekutu..
Foto: picture-alliance/dpa/Oliver Berg
Keajaiban di Remagen
Pasukan AS berhasil merebut jembatan di Remagen, di selatan Köln 7 Maret 1945. Dengan itu ribuan tentara AS dapat menyeberangi Sungai Rhein untuk pertama kalinya, yang populer disebut ‘‘Keajaiban di Remagen‘‘. Pemboman yang dilancarkan terus menerus oleh tentara Jerman, meruntuhkan jembatan 10 hari setelah direbut sekutu. Kini di puing jembatan berdiri museum perdamaian.
Foto: picture-alliance/dpa/Thomas Frey
Pemakaman Reichswald
AS biasanya mengirim pulang jenazah tentaranya yang tewas ke Amerika. Lain halnya dengan tentara Inggris yang gugur di medan perang, biasanya dimakamkan di Jerman. Terdapat 15 pemakaman dan yang terbesar adalah di Reichswald, dekat perbatasan Belanda. Di antara 7.654 tentara yang tewas, 4.000 di antaranya adalah pilot dan awak pesawat tempur yang banyak berasal dari Kanada.
Foto: Gemeinfrei/DennisPeeters
Monumen Seelow Heights
Tentara Merah Uni Soviet melancarkan gempuran pamungkas di bagian timur Jerman 16 April 1945. Petempuran Seelow Heights diawali dengan bombardemen dini hari untuk mendukung serbuan ke Berlin. Sekitar 900.000 tentara Soviet bertempur melawan 90.000 tentara Jerman. Pertempuran terbesar di Jerman saat Perang Dunia II yang menewaskan ribuan orang, dikenang dengan monumen di lokasi.
Foto: picture-alliance/dpa/Patrick Pleul
Peringatan Hari Elbe di Torgau
Pasukan Uni Soviet dan AS bertemu untuk pertama kalinya di Sungai Elbe di Torgau 25 April 1945. Peristiwa ini menutup celah front Timur dan Barat. Akhir perang sudah di depan mata, dan jabat tangan tentara dari kedua belah pihak di Torgaui jadi foto ikonik. Pertemuan tentara Sekutu dan Soviet di Sachsen ini setiap tahun diperingati sebagai hari Elbe.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Schmidt
Musium Jerman-Rusia di Berlin-Karlshorst
Angkatan bersenjata Jerman tandatangani pernyataan takluk tanpa syarat 8 Mei 1945 malam di mess perwira Berlin-Karlhorst. Kini naskah pernyataan takluk asli yang ditulis dalam bahasa Inggris, Jerman dan Rusia, jadi fitur utama di ruangan utama museum itu. Pameran permanen lainnya di museum berfokus pada perang pemusnahan Nazi Jerman terhadap Uni Soviet yang dimulai tahun 1941.
Foto: picture-alliance/ZB
Monumen Peringatan Perang di Treptow
Monumen di Treptow sangat besar dan impresif. Monumen beserta pemakaman tentara ini berada di atas area seluas 100.000 m2. Dibangun setelah Perang Dunia II untuk memperingati Tentara Merah Uni Soviet yang tewas dalam pertempuran di Berlin. Pintu masuk ke monumen dibangun menyerupai bendera Uni Soviet, dibuat dari batu granit berwarna merah.
Foto: picture-alliance/ZB/Matthias Tödt
Istana Cecilienhof di Potsdam
Setelah Nazi menyerah, ketiga kepala pemerintahan terpenting Sekutu bertemu di Istana Cecilienhof di Potsdam pada musim panas 1945. Joseph Stalin, Harry S. Truman dan Winston Churchill memimpin delegasi dalam Konferensi Potsdam, untuk membangun tatanan pasca Perang Dunia II di Eropa. Keputusan konferensi membagi Jerman menjadi empat zona pendudukan
Foto: picture-alliance/dpa/Ralf Hirschberger
Museum Sekutu
Berlin juga dibagi jadi 4 sektor. Distrik Zehlendorf jadi sektor Amerika. Bekas gedung bioskop ‘‘Outpost‘‘ milik militer AS kini jadi bagian dari Museum Sekutu yang mendokumentasikan sejarah politik dan komitmen militer Sekutu Barat di Berlin, detail pendudukan Berlin Barat di tahun 1945, pengiriman bantuan melalui udara ke Berlin Barat dan penarikan pasukan AS pada tahun 1994.
Foto: AlliiertenMuseum/Chodan
Istana Schönhausen di Berlin
Istana Barok Prusia ini adalah lokasi perjanjian ‘‘Two Plus Four‘‘ tahun 1990 antara Jerman dan sekutu yang menduduki Jerman pada akhir Perang Dunia: AS, Inggris, Prancis, dan Uni Soviet. Keempatnya sepakat mengakhiri hak okupasi Jerman, yang membuka jalan bagi penyatuan kembali Jerman Barat dan Timur. Beberapa plakat menyebutkan di sinilah Perang Dunia II sejatinya diakhiri.