Para Perawat El Salvador “Pahlawan” Covid-19 di Berlin
Carolina Chimoy
7 April 2020
Bagi 18 calon perawat asal El Salvador, inilah penerbangan pertama ke luar negeri demi mewujudkan impian kerja di Jerman. Namun mereka tiba di tengah merebaknya Covid-19.
Iklan
“Di El Salvador kami menjalani persiapan selama satu tahun untuk menghadapi berbagai situasi”, kata Dennis Melendez, 21 tahun. “Tapi kami tak pernah membayangkan akan langsung menghadapi pandemi.”
18 anak muda asal El Salvador datang ke Berlin untuk menyelesaikan pendidikan khusus sebagai perawat di dua rumah perawatan lanjut usia di Berlin. Mereka peserta pertama yang datang dalam rangka proyek perekrutan tenaga kesehatan dari El Salvador dan akan menjalani pendidikan selama tiga tahun di Jerman.
Sebelum diberangkatkan ke Jerman, mereka lebih dulu mengikuti pelatihan persiapan di negaranya selama satu tahun, termasuk belajar Bahasa Jerman dan mengenal kehidupan dan budaya di negara tujuan.
Sangat dibutuhkan di masa Covid-19
Mereka tiba bulan Desember 2019 di Berlin dan tinggal di asrama perawat. "Walaupun baru beberapa bulan berada di Jerman, tenaga mereka sekarang sangat dibutuhkan, justru pada saat-saat ini", kata Katrin Eschenwerk, koordinator proyek percontohan Pro Seniore.
Kehidupan di asrama perawat dan di rumah lanjut usia pada masa wabah corona memang tidak seperti biasanya. "Banyak aturan khusus yang harus diperhatikan, misalnya larangan menerima kunjungan", kata Eschenwerk lebih lanjut.
“Para tenaga muda ini benar-benar bantuan besar, tidak hanya sebagai peserta program pendidikan“, cerita Katrin Eschenwerk. Mereka misalnya mengorganisasi percakapakan video para penghuni asrama dan rumah lanjut usia dengan keluarga.
Setelah lima bulan di Jerman para calon perawat dari El Salvador ini sudah belajar banyak hal, tidak hanya mengenai bidang pekerjaannya, melainkan juga tentang kehidupan di Jerman secara umum. "Orang-orang di sini punya ritme kerja yang cepat, dan mereka juga sangat blak-blakan“, kata Alejandra Nayara. Pokoknya mentalitas mereka lain.
Tanggung jawab besar
Alejandra Naraya sebelumnya membayangkan indahnya tiba di Eropa pada musim semi. Dia berencana melakukan perjalanan dan menikmati keindahan kota Berlin. Tapi wabah corona mengubah segalanya. Di waktu luangnya, mereka sekarang harus tetap tinggal di asrama.
“Kami sekarang punya tanggung jawab lebih besar“, kata Alejandra Nayara. Terutama karena mereka ditempatkan di rumah perawatan lanjut usia, kelompok yang sangat rentan tertular Covid-19.
Di tempat kerjanya, mereka sekarang harus selalu melakukan disinfeksi: pegangan pintu, meja, kursi dan lain-lain. Semua personel harus menggunakan masker dan sarung tangan. Tapi bagi para penghuni rumah lanjut usia, yang paling berat adalah larangan besuk bagi anggota keluarga mereka.
“Kalau saya bisa melihat mereka tertawa satu kali saja, saya bisa pulang dengan rasa senang“, kata Alejandra Naraya. Dia sendiri merasa sangat kehilangan keluarga karena jarak yang jauh. “Kadang-kadang saya rasanya ingin segera pulang, untuk melihat bagaimana kabar keluarga saya sekarang”, katanya.
Tanpa perawat asing, banyak rumah lansia tidak bisa berfungsi
Helmut Riethmüller, penggagas “Forum Pendidikan Kejuruan“, berharap proyek ini bisa terus berkembang. Dialah yang menggalang kerjasama dengan Kedutaan Besar El Salvador di Berlin dan Dinas Tenaga Kerja Jerman untuk meluncurkan proyek perekrutan tenaga kerja Pro Seniore, yang khusus melayani kebutuhan tenaga kesehatan untuk rumah lanjut usia.
Krisis corona menunjukkan pentingnya perekrutan tenaga kerja kesehatan bagi Jerman, kata Helmut Riethmüller. “Tanpa para pahlawan ini, banyak rumah lanjut usia dan rumah sakit yang tidak bisa berfungsi”.
Pro Seniore sekarang sedang menyiapkan perekrutan 20 tenaga kerja baru, "Jerman akan menyambut mereka dengan senang hati“, pungkas Katrin Eschenwerk. (hp/as)
Linimasa Penyebaran Virus Corona Secara Global
Setelah kasus virus corona dikonfirmasi Cina akhir Desember 2019, wabah menyebar jadi pandemi. Sejumlah negara sudah memberlakukan lockdown. Sekarang lebih1,2 juta terinfeksi Covid-19 dan hampir 70.000 meninggal.
Foto: picture-alliance/dpa/SOPA Images/A. Marzo
Virus Corona Baru Diidentifikasi
Ilmuwan Cina pada 7 Januari mengumumkan, berhasil identifikasi virus corona jenis baru yang menyerang Wuhan dan memicu infeksi paru-paru yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2. Berbeda virus corona pemicu SARS sebelumnya, virus baru menyerang saluran pernafasan bawah. Gejala penyakitnya: demam, batuk kering, kesulitan bernafas dan paru-paru berisi cairan.
Foto: Reuters/Str
Jutaan Warga Dikarantina
Cina mengkarantina Wuhan pada 23 Januari dalam upaya membatasi penyebaran virus corona. Pekerja berupaya untuk segera membangun rumah sakit baru untuk merawat pasien terinfeksi, yang jumlahnya lebih dari 830 orang dan jumlah kematian yang meningkat menjadi 26 orang pada 24 Januari. Para pejabat akhirnya memperluas lockdown ke 13 kota lain, yang memengaruhi setidaknya 36 juta orang.
Foto: AFP/STR
Jerman Batasi Kontak Sosial
Pada tanggal 27 Januari, Jerman mengumumkan kasus virus corona pertama yang teridentifikasi. Pasiennya seorang pria berusia 33 tahun di Bayern yang kontak langsung dengan rekan kerja dari Cina selama pelatihan di tempat kerja. Tanggal 22 Maret Jerman umumkan lockdown parsial dan sosial distancing. Tanggal 6 April, John Hopkins konformasi lebih 100.000 kasus di Jerman dengan lebih 1.500 kematian.
Foto: Reuters/A. Uyanik
Italia Berlakukan Lockdown
Kasus infeksi Covid-19 di Italia meningkat secara dramatis. Pada 3 Maret dikonfirmasi 77 kematian dan ribuan kasus infeksi corona. Pada 8 Maret, pemerintah Italia memerintahkan “lockdown“ seluruh kawasan Lombardy yang berpenghuni 16 juta orang. Italia pada 5 April masih memegang rekor jumlah infeksi dan kematian terbanyak di Eropa, dengan lebih 128.000 kasus dan lebih 15.000 kematian.
Foto: Reuters/R. Casilli
Ekonomi Terjun Bebas
Pasar saham Eropa dan AS anjlok pada 6 Maret, menjadi minggu terburuk sejak krisis keuangan 2008. Efek pandemi pada bisnis global sangat signifikan. Banyak perusahaan melaporkan kerugian. Sektor industri pariwisata dan maskapai penerbangan terpukul. 10 Maret, Uni Eropa menjanjikan dana investasi sebesar € 7,5 miliar ($ 8,4 miliar) untuk mencoba menghentikan zona euro merosot ke situasi resesi.
Foto: picture-alliance/Jiji Press/M. Taguchi
WHO Deklarasikan Pandemi
Ketika kasus terinfeksi di seluruh dunia mencapai 127.000 orang dan 4.700 korban meninggal, Organisasi Kesehatan Dunia pada 11 Maret menyatakan wabah global ini sebagai "pandemi". Presiden AS Trump mengumumkan pembatasan perjalanan bagi wisatawan yang datang dari Zona Schengen di Eropa. Kanselir Jerman Angela Merkel juga mengumumkan bahwa 70% populasi di Jerman dapat terinfeksi virus corona.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Kehidupan Publik Berhenti di Eropa
Pada 14 Maret, Spanyol mengikuti langkah Italia melakukan lockdown secara nasional untuk 46 juta warganya, dengan tujuan untuk mencegah penyebaran virus corona. Spanyol berada di peringkat kedua kasus di Eropa, dengan 131.000 terinfeksi dan lebih 12.000 meninggal. Di Prancis, kafe, restoran, dan toko-toko tutup pada 15 Maret.
Foto: picture-alliance/dpa/AAB. Akbulut
AS Terpukul Telak
Pada 27 Maret, Jumlah terinfeksi di AS melampaui Cina. Ini terjadi ketika Presiden Donald Trump mengklaim bahwa negara akan kembali pulih "dengan cukup cepat." AS mencatat lebih 337.000 kasus infeksi dan hampir 10.000 meninggal (6/4). New York terdampak yang paling parah, dengan 63.000 kasus Covid-19 dan lebih 3000 meninggal. Kapal rumah sakit dikerahkan untuk membantu tenaga medis.
Foto: picture-alliance/Photoshot/J. Fischer
Lebih 1 Juta Orang Terinfeksi Covid-19
Universitas Johns Hopkins mengumumkan, Senin (6/4), lebih 1.2 juta kasus virus corona yang dikonfirmasi di seluruh dunia. Sekitar 70.000 orang meninggal akibat Covid-19. AS mencatat rekor infeksi dengan jumlah tiga kali lipat dari Cina, tempat virus itu muncul pada Desember 2019. Kemungkinan kondisi pandemi akan semakin buruk dengan jumlah yang terinfeksi dan meninggal terus naik. (fs/as)