Para Pesaing Yang Ingin Jadi PM Inggris Mulai Bertarung
10 Juni 2019
Sejauh ini, 11 kandidat menyatakan siap memimpin kubu Konservatif di Inggris setelah PM Theresa Nay mundur. Kandidat terkuat antara lain mantan walikota London Boris Johnson dan Menlu Jeremy Hunt.
Iklan
Kubu Konservatif di parlemen Inggris hari Senin (10/6) akan membahas daftar kandidat yang akan menggantikan Theresa May yang mengundurkan diri dari jabatan Perdana Menteri dan ketua partai.
Sejauh ini, ada 11 kandidat yang sudah menyatakan akan maju untuk untuk jabatan teratas di partai tua Inggris itu. Perdana Menteri May sudah mengirim surat pengunduran dirinya secara resmi hari Jumat lalu.
Kandidat yang dianggap paling berpeluang antara lain mantan Menteri Luar Negeri dan walikota London Boris Johnson, Menteri Luar Negeri saat ini Jeremy Hunt, mantan ketua House of Commons Andrea Leadsom dan Menteri Lingkungan saat ini Michael Gove.
Karena banyaknya kandidat yang akan bersaing, akan ada beberapa putaran pemungutan suara di antara 313 anggota parlemen Partai Konservatif untuk mempersempit kalangan kandidat.
Dua kandidat yang tersisa kemudian akan maju ke pemilihan putaran kedua yang akan dipilih oleh anggota partai, yang diyakini berjumlah sekitar 150.000 orang, namun tidak ada catatan resmi yang dipublikasi mengenai angka tersebut.
Janji menuntaskan Brexit
Pemungutan suara babakn pertama di anatara anggota parlemen dijadwalkan hari Kamis, 13 Juni, dengan pemungutan suara lebih lanjut pada tanggal 18, 19 dan 20 Juni jika diperlukan.
Kelompok moderat Pro-EU berharap untuk menghentikan mantan menteri luar negeri dan walikota London Boris Johnson (54 tahun) , yang dalam jajak pendapat didukung sekitar 32 persen anggota Partai konservatif. Dia berjanji membawa Inggris ke laur dari Uni Eropa "dengan atau tanpa perjanjian, sampai 31 Oktober".
Menlu saat ini Jeremy Hunt, 52 tahun, berjanji untuk "memacu pertumbuhan dan membuat ekonomi kita kompetitif pasca Brexit." Dia menyatakan siap menjadi seorang "pemimpin yang dapat dipercaya, yang siap untuk menyatakan kebenaran, dan yang terpenting, dihormati di panggung dunia."
Andrea Leadsom, 56 tahun, bertekad menjalankan "kepemimpinan yang tegas dan penuh kasih yang dibutuhkan negara kita." Sedangkan Michael Gove, 51 tahun, mengatakan dia "siap untuk menyatukan partai, siap untuk memberikan Brexit dan siap untuk memimpin negara besar kita."
Theresa May gagal penuhi Brexit
Theresa May dianggap gagal memenuhi Brexit, setelah RUU Brexit yang disepakatinya dengan Uni Eropa tiga kali ditolak oleh mayoritas anggota parlemen.
Selama pertarungan perebutan jabatan Ketua Umum di Partai Konservatif berlangsung, Theresa May akan tetap menjalankan jabatan Perdana Menteri.
Keputusan tentang siapa yang akan memimpin Partai Konservatif diharapkan sampai akhir Juli, sebelum parlemen ditutup untuk liburan musim panas pada bulan Agustus. Parlemen Inggris baru akan kembali bersidang awal September.
Brexit: Tarik Ulur Politik Inggris Keluar Dari Uni Eropa
Inggris kejutkan dunia dengan hasil referendum 23 Juni 2016 yang sepakat keluar dari Uni Eropa. Mulailah rentang waktu penuh kisruh, tarik uluk dan adu kekuatan politik di Eropa terkait Brexit.
Foto: picture-alliance/empics/Y. Mok
Juni 2016: Kehendak Rakyat Inggris
Hasil referendum yang diumumkan 24 Juni 2016, hampir 52 persen dari pemilih setuju, Inggris keluar dari Uni Eropa. Perdana Menteri Inggris saat itu, David Cameron dari partai konservatif menerima "kehendak rakyat Inggris, dan mengundurkan diri sehari setelah referendum..
Foto: picture-alliance/dpa/A. Rain
Juli 2016: Brexit berarti Brexit
Mantan Menteri Dalam Negeri, Theresa May gantikan posisi Cameron sebagai Perdana Menteri pada 11 Juli. Ia menjanjikan´Brexit berarti Brexit´. Sebelumnya, May diam-diam dukung kampanye Inggris tetap di Uni Eropa. Dia tidak secara jelas mengatakan kapan akan memulai pembicaraan diberlakukannya Pasal 50 Perjanjian Uni Eropa terkait masa dua tahun sebelum Inggris resmi keluar Uni Eropa.
Foto: Reuters/D. Lipinski
Maret 2017: Kami siap Berpisah
May tandatangani nota diplomatik untuk memulai Pasal 50, 29 Maret. Beberapa jam kemudian, Duta Besar Inggris untuk UE, Tim Barrow serahkan nota itu kepada Presiden Dewan Eropal, Donald Tusk. Inggris dijadwalkan keluar dari Uni Eropa 29 Maret 2019. Tusk merespon nota itu dengan komentar: “Kami sudah siap berpisah. Terima kasih dan selamat tinggal”.
Foto: picture alliance / Photoshot
Juni 2017: Perundingan Dimulai
Menteri Brexit, David Davis dan ketua jururunding UE, Michel Barnier memulai perundingan di Brussel pada 19 Juni. Perundingan pertama diakhiri dengan kesepakatan Inggris akan mematuhi aturan UE terkait sisa negosiasi. Tahap pertama membahas persyaratan keluarnya Inggris dan tahap kedua membahas hubungan UE dan Inggris pasca-Brexit.
Foto: picture alliance/ZUMAPRESS.com/W. Daboski
Juli – Oktober 2017: Uang, Hak-hak dan Irlandia
Tahap kedua perundingan dimulai dengan berfoto bersama tim Inggris yang terlihat tak siap. Perundingan gagal raih kemajuan terkait tiga masalah pasca-Brexit: Berapa banyak yang masih harus dibayar Inggris ke anggaran UE, bagaimana dengan hak warga negara UE dan Inggris dan apakah Inggris tetap dapat membuka perbatasan antara Irlandia dan Irlandia Utara.
Foto: Getty Images/T.Charlier
November 2017: May Tunjukkan Kemajuan?
Kemajuan baru terlihat setelah putaran perundingan ke-6 di awal November. Inggris setuju untuk membayar 57 miliar Euro atau sekitar Rp 900 triliun sebagai “biaya perceraian”. Awalnya May hanya mau membayar 20 juta, padahal UE telah menghitung biayanya sebesar 60 juta Euro. Laporan konsensi Inggris ini memicu kemarahan di kalangan politikus dan media pro-Brexit.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Hoppe
Desember 2017: Maju ke fase ke-2
Para pimpinan dari 27 anggota UE secara resmi menyetujui “kemajuan yang cukup” itu untuk diteruskan ke fase kedua: transisi periode pasca-Brexit dan masa depan hubungan perdagangan UE-Inggris. Perdana Menteri Theresa May mengungkapkan kegembiraannya atas keputusan ini, sebaliknya Presiden Dewan Eropa, Tusk memperingatkan bahwa perindingan putaran kedua akan “sangat sulit.
Foto: picture-alliance/AP Photo/dpa/O. Matthys
September 2018: Tidak ada ceri untuk Inggris
Proposal May tidak berjalan mulus. Pada pertemuan puncak di Salzburg akhir September, para pimpinan UE sampaikan kepada May bahwa proposalnya tidak dapat diterima. Presiden Dewan Eropa,Tusk menyindir May lewat Instagram dengan postingan foto mereka yang sedang melihat sepotong kue: “Sepotong kue barangkali? Maaf, tidak ada ceri”. Ini sindiran bahwa Inggris cuma mau keuntungan sepihak dari Eropa.
Foto: Reuters/P. Nicholls
November 2018: Kemajuan di Brussel
Para pimpinan UE dukung draft kesepakatan perceraian serta deklarasi politis soal hubungan pasca-Brexit setebal 585 halaman. Draft ini dikecam habis anggota parlemen yang pro maupun kontra Brexit dalam perdebatan di Parlemen Inggris beberapa minggu sebelumnya. Menteri Brexit, Dominic Raab bersama dengan beberapa menteri mencoba memicu mosi tidak percaya di bulai Mei.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Desember 2019: May Lolos Dari Mosi Tidak Percaya
Menghadapi oposisi yang sulit, May menunda pemungutan suara di parlemen pada 10 Desember. Besoknya ia bertemu Kanselir Jerman, Angela Merkel untuk mencari kepercayaan diri dalam meyakinkan para anggota parlemen yang skeptis kembali ke kesepakatan. Sementara ia pergi, anggota parlemen dari Partai Konservatif ajukan mosi tidak percaya. May menang mosi kepercayaan di hari berikutnya.
Foto: Getty Images/S. Gallup
Januari 2019: Kesepakatan ditolak
Kesepakatan Brexit May, ditolak Parlemen Inggris dengan 432 suara dan hanya 202 suara mendukungnya. Sebagai respon hasil tersebut, Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk sarankan agar Inggris tetap bertahan di Uni Eropa. Partai Buruh Inggris menyerukanmosi tidak percaya terhadap Perdana Menteri. Ini adalah tantangan berat dalam kepemimpinan kedua May dalam bulan-bulan terakhir.