1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Paris ingin Membawa Pulang Para Terhukum L'Arche de Zoé

27 Desember 2007

Pengadilan Republik Chad memutuskan ke-6 pekerja organisasi bantuan Perancis bersalah.

Sebagian dari ratusan anak Chad yang siap diterbangkan L'Arche de Zoé ke PerancisFoto: picture-alliance/dpa

Sidang pengadilan berlangsung 4 hari lamanya. Vonis yang dijatuhkan pengadilan di Chad tidak tanggung-tanggung.

Delapan tahun kerja paksa bagi enam anggota organisasi bantuan Perancis L'Arche de Zoé. Selain itu mereka harus membayar ganti rugi lebih dari 6 juta Euro.

Antonia van Winckelberg mengikuti keputusan hakim lewat siaran televisi di Perancis. Suaminya, Phillippe, dokter di L'Arche de Zoé. Dengan suara keras penuh emosi Antonia mengatakan:

"Delapan tahun untuk semua! Lihat betapa putus asanya mereka! Phillippe tidak bersalah! Delapan tahun! Delapan tahun karena ia menolong dan merawat! Semua dokter dan perawat yang bepergian jauh untuk organisasi bantuan bisa saja bernasib seperti dia. Hebat, pengadilan di Chad betul-betul hebat!"

Pengadilan di Chad menyatakan ke-enam warga Perancis itu bersalah. Pemimpin L'Arche de Zoé Eric Breteau dan kelima pegawainya mencoba untuk menerbangkan lebih dari 100 anak ke Eropa secara ilegal, demikian alasan hakim.

Selain itu, keempat pria dan dua wanita tersebut juga dihukum karena memalsukan surat-surat resmi. Sampai saat-saat terakhir, keenam warga Perancis menolak tuduhan tersebut.

Pengacara anggota L'Arche de Zoé Gilbert Collard menyebut proses pengadilan itu lelucon.

"Kami menjadi alibi bagi sebuah komedi pengadilan. Tapi sidang seharusnya dievaluasi di Perancis. Baru nanti ketahuan bahwa tidak ada bukti, disesatkan, prosedurnya kotor. Para tertuduh itu sembrono dan menjadi alibi bagi pengadilan di Chad, yang mereka butuhkan, untuk eksis."

Pada Oktober tahun ini, L'Arche de Zoé mencoba menerbangkan 103 anak yang diduga yatim piatu dari Darfur, wilayah di Sudan yang dilanda perang saudara. Keluarga dari Belgia dan Perancis yang siap menampung mereka sudah membayar sebagian tunjngan, senilai beberapa ribu Euro.

Namun kemudian terbukti, sebagian besar anak-anak itu masih memiliki orangtua atau keluarga dekat, dan tidak berasal dari Darfur, Sudan, melainkan dari negara tetangga, Chad. Ketua L'Arche de Zoé, Eric Breteau, mengindikasikan, kewarganegaraan anak-anak itu sudah ditukar sebelumnya.

Selama proses pengadilan berlangsung, para tertuduh asal Perancis melakukan aksi mogok makan. Mereka merasa diabaikan oleh negaranya.

Kini, Kementrian Luar Negeri Perancis ingin secepat mungkin menerbangkan para pekerja L'Arche de Zoé ke tanah air. Perjanjian bersama kedua negara memungkinkan hal itu terjadi. Lalu, kerja paksa akan dialihkan dalam bentuk hukuman lain.

Proses pengadilan terhadap para pekerja L'Arche de Zoé menimbulkan gelombang emosi di Perancis. Para simpatisan mendirikan komite bantuan bagi Breteau dan para pegawainya. Nathalie Blanc dari komite ini hanya menginginkan satu hal: para terhukum kembali ke tanah air.

"Mereka harus kembali ke Perancis, Tuan Sarkozy sudah berjanji pada kami berkali-kali. Sekarang dia harus membuktikannya. Dia harus membawa mereka pulang."