Pariwisata berperan penting menggerakkan perekonomian Timur Tengah. Tapi konflik di Jalur Gaza kian menjauhkan wisatawan mancanegara. Dampaknya mulai terasa membebani kas sejumlah negara.
Iklan
Julukan sebagai Madinah al-Salam atau "kota perdamaian” tidak menyelamatkan Sharm el-Sheikh di Mesir dari dampak perang di Jalur Gaza. Tahun ini, kawasan wisata di tepi Laut Merah itu dhindari wisatawan mancanegara, terutama dari Israel dan Eropa yang saban musim dingin berbondong-bondong mencari kehangatan di selatan.
Pariwisata sejatinya menyumbang antara 10 hingga 15 persen kepada pendapatan negara tahunan di Mesir. Perannya sebagai penggerak ekonomi terutama diperlukan saat ini, ketika Mesir kesulitan merangsang pertumbuhan di tengah beban utang yang tinggi.
"Pariwisata bukan cuma menjadi sumber pendapatan utama bagi para pekerja di sektor pariwisata, tetapi juga ikut menafkahi bagi sektor lain, seperti di layanan taksi, supermarket dan taman hiburan," kata Moustafa Hassan, seorang manajer restoran di Sharm el-Sheikh.
Saat ini, penurunan angka wisatawan belum terlihat mencolok, terutama karena didorong larangan pembatalan bagi paket wisata murah yang sudah dipesan. Namun jumlah reservasi sudah berkurang drastis sejak dua bulan terakhir. Tren ini diyakini akan menetap untuk sementara waktu.
Iklan
Prospek muram di kawasan
Menurut konsultan keuangan di Dubai dan Beirut, Nasser Saidi & Associates, sejak awal Oktober pembelian tiket pessawat menuju Mesir telah turun sebanyak 26 persen. Adapun pemesanan tiket ke Yordania anjlok sebesar 49 persen dan ke Lebanon 74 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Lebanon sudah kehilangan daya tarik sejak ledakan di pelabuhan Beirut tahun 2020 yang dibarengi krisis ekonomi berkepanjangan. Belum lama ini, pemerintah AS menerbitkan peringatan perjalanan ke Lebanon dengan alasan konflik antara Israel dan Hizbullah.
Akibatnya, pada musim panas 2023 lalu jumlah wisatawan asing di Lebanon anjlok. Media lokal melaporkan, tingkat hunian hotel berkisar antara nol hingga tujuh persen, dibandingkan dengan masa normal di mana setidaknya seperempat kamar hotel terisi.
Situs Warisan Dunia UNESCO Ini Terancam
Komite Warisan Dunia terus memantau apakah situs tertentu layak untuk mempertahankan gelarnya. Beberapa gagal dalam tes, berakhir dengan yang disebut daftar merah. Kini, masa depan di beberapa situs dipertaruhkan.
Foto: Eberhard Thonfeld/imago images
Venesia: tidak ada lagi turis di kapal besar
Dua tahun lalu, walikota Venesia meminta UNESCO untuk masukkan kotanya ke dalam Daftar Warisan Dunia dalam Bahaya. Penyebabnya lonjakan turis ke kota Italia utara, terutama dari kapal pesiar. Hal ini sekarang telah dilarang. Tetapi, apakah Venesia akan mempertahankan gelar UNESCO? Komite Warisan Dunia akan memutuskan bulan Juli apakah Venesia tetap dimasukkan ke dalam daftar yang terancam punah.
Foto: Eberhard Thonfeld/imago images
Stonehenge: jalan tol di sepanjang bebatuan prasejarah
Formasi batuan yang dikenal sebagai Stonehenge di Inggris selatan telah menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 1986. Dibangun 4.000 tahun yang lalu, situs ini menarik hampir satu juta wisatawan setiap tahun. Tetapi, pembangunan jalan bebas hambatan A303, yang melewati langsung di depan struktur megalitik dan menghubungkan kota Berwick dan Amesbury, dapat menurunkan Stonehenge ke daftar merah.
Foto: Dae Sasitorn/imago images
Danau Ohrid: terlalu banyak pengunjung
Danau Ohrid, danau tertua di Eropa dan salah satu yang paling tua di dunia. Para peneliti memperkirakan, usianya sekitar 1,36 juta tahun. Sebagian besar Danau Ohrid adalah bagian dari Makedonia Utara, sementara sebagian kecil milik Albania. Pada tahun 1979, UNESCO menaikan status danau sebagai Warisan Dunia. Namun karena pariwisata dalam skala besar, kini terancam dimasukkan dalam daftar merah.
Foto: picture alliance / Zoonar
Auschwitz-Birkenau: karakter serius yang terancam
Auschwitz-Birkenau telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1979. Lebih dari 1,1 juta orang dibunuh di kamp kematian Nazi ini. Namun, Komite Warisan Dunia mengkritik, proyek infrastruktur transportasi besar di dekatnya, dapat menodai karakter khidmat di monumen peringatan. Juga pemerintah setempat belum menanggapi kekhawatiran ini.
Foto: imago images/robertharding
Semenanjung Kamchatka: Eksploitasi alam
Setelah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO 25 tahun lalu, wilayah vulkanik di Semenanjung Kamchatka di timur Rusia dapat merosot ke daftar merah. Alasannya banyak: Dari penangkapan ikan ilegal hingga eksploitasi sumber daya mineral, misalnya emas secara tidak resmi hingga perusakan habitat satwa liar. Ini adalah beberapa konsekuensi luas dari salah urus politik.
Foto: Alexei Maishev/Tass/imago images
Kota Lamu: Situs di Kenya terancam
Kota tertua di Kenya yangkintinyu dihuni, berusia sekitar 750 tahun, dan kota tuanya yang indah ditambahkan ke Daftar Warisan Dunia UNESCO 20 tahun yang lalu. Namun Kota Lamu yang menawan di pulau Lamu terancam masuk dalam daftar merah karena kota ini memiliki masalah besar sampah. Rencana proyek konstruksi seperti jaringan pipa minyak dan bandara juga akan memperburuk keadaan.
Foto: Sergi Reboredo/picture alliance
Great Barrier Reef: perubahan iklim memicu kerusakan
The Great Barrier Reef dianugerahi status Warisan Dunia UNESCO tahun 1981. Terdiri dari hampir 3.000 terumbu karang individual dan memanjang sekitar 2.300 kilometer . Tapi karena perubahan iklim dan kenaikan suhu air, kini telah kehilangan lebih dari setengah karangnya. Badai, pengeboran gas, dan bangkai kapal juga menjadi ancaman untuk statusnya sebagai Warisan Dunia keajaiban dunia bawah air.
Foto: Kyodo/MAXPPP/picture alliance
Hutan bakau Sundarban: Bangladesh dan India berbagi kesalahan
Hutan bakau terbesar di dunia luasnya lebih dari 10.000 kilometer persegi, dua pertiganya terletak di Bangladesh dan sepertiga di India. Daerah ini habitat banyak spesies yang terancam punah seperti harimau Bengal dan menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 1997. Namun perburuan liar, polusi air, penggundulan hutan, dan naiknya permukaan air laut, kawasan ini mungkin masuk dalam daftar merah.
Foto: NASA/ZUMA Wire/picture alliance
Suaka Margasatwa Selous: Tanzania di ujung tanduk
Tidak lama setelah dianugerahi status Warisan Dunia tahun 1982, UNESCO mulai mengkritik "kegiatan ilegal" yang terjadi di suaka margasatwa terbesar di Afrika. Terlalu banyak pariwisata, peningkatan eksploitasi sumber daya mineral, proyek bendungan yang kontroversial, dan perburuan hewan yang merajalela, Selous ditempatkan pada daftar merah pada tahun 2014. Apakah gelar Warisan Dunia akan dicabut?
Foto: Greg Armfield/AP/picture alliance
Liverpool: Kota Maritime Mercantile dalam Ancaman
Kota Maritime Mercantile di Liverpool juga hadapi ancaman dikeluarkan dari Daftar Warisan Dunia. Hanya delapan tahun setelah dianugerahi gelar pada tahun 2004, itu sudah ditempatkan dalam daftar merah karena bangunannya tidak terawat dengan baik. Proyek konstruksi di daerah sekitarnya juga memiliki dampak negatif pada karakter di situs tersebut. Gelar Warisan Dunia sekarang bisa dicabut. (bn/as)
Foto: Debu55y/Panthermedia/imago images
10 foto1 | 10
Pariwisata Yordania ‘lesu'
Yordania juga menerima pembatalan untuk hampir separuh reservasi hotel pada bulan Oktober, menurut Hussein Helalat, juru bicara Asosiasi Hotel Yordania.
Setelah akhirnya pulih dari dampak pandemi COVID-19, pelaku bisnis perhotelan berharap tingkat hunian akan mencapai 95 persen pada kuartal terakhir tahun ini. Namun harapan itu meleset jauh dengan tingkat hunian yang mentok di angka 80 persen, kata Helalat.
Anjloknya jumlah wisatawan mancanegara di Yordania diyakini diakibatkan absennya pelancong dari Eropa dan Amerika Serikat.
Di Yordania, sektor pariwisata secara rutin menyumbang antara 11 hingga 15 persen pada pendapatan negara.
Pengusaha pariwisata Yordania, Najwan al-Masri, juga mengakui adanya penurunan jumlah wisatawan. Menurutnya, jumlah wisman telah berkurang dari 760.000 pada bulan September menjadi 730.000 pada bulan Oktober.
Bedouins in Egypt's Sinai return to small-scale farming
03:38
Ancaman eksistensial
Sejumlah negara jiran lain di kawasan juga merasakan dampak perang di Gaza. Dua negara Arab di Afrika Utara, Maroko dan Tunisia, misalnya sama-sama mencatatkan penurunan jumlah pemesanan antara 15 hingga 20 persen, lapor surat kabar Prancis, Le Monde, awal bulan ini.
Fenomena serupa diwaspadai oleh pemerintah Siprus, di mana wisatawan Israel sebelumnya berjumlah rata-rata 15 persen dari total jumlah wisatawan.
Tren ini diyakini akan memicu gelombang kebangkrutan jika berlangsung lama. "Jika terjadi perang yang berkepanjangan, seluruh industri pariwisata dan terutama usaha kecil yang didominasi generasi muda Yordania, akan menderita," kata pengusaha pariwisata Yordania al-Masri.
Periode Natal selalu menjadi waktu yang penting bagi pariwisata dan jika konflik terus berlanjut, "bahaya akan meluas ke musim berikutnya," katanya.
rzn/hp
Jangan lewatkan konten-konten eksklusif yang kami pilih setiap Rabu untuk kamu. Daftarkan e-mail kamu untuk berlangganan Newsletter mingguan Wednesday Bite.