Uni Eropa ingin membagi konten buatan AI ke dalam berbagai kategori sesuai tingkat risiko. Tapi ketika sejumah sistem terancam dilarang, layanan populer seperi ChatGPT belum akan terkena dampak.
Iklan
Uni Eropa berencana menggodok Undang-undang untuk meregulasi aplikasi kecerdasan buatan (AI). Legislasinya dimulai sejak Rabu (14/6) di Parlemen Eropa, Strassbourg. Namun perdebatan di parlemen diiringi peringatan oleh pengelola ChatGPT, Open AI, terhadap regulasi yang berlebihan.
OpenAI berdalih, aturan yang terlalu ketat akan mendorong perusahaan AI untuk pindah dari Eropa. Namun pernyataan itu kemudian ditarik oleh Direktur OpenAI, Sam Altman. Menurutnya, kecerdasan buatan memang perlu diregulasi, tapi "kami membutuhkan kejelasan," kata dia.
Sam Altman dikabarkan giat melakukan lobi politik di Eropa untuk mencegah regulasi yang terlalu ketat, termasuk bertemu Kanselir Jerman, Olaf Scholz, di Berlin.
Kecerdasan Buatan: Akankah Robot Humanoid Menggantikan Manusia?
Robot yang dilengkapi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan mengambil alih lebih banyak tugas dari manusia. Apa yang mampu dilakukan oleh mesin itu? Apakah mereka akan segera menggantikan manusia?
Foto: Stringer/AA/picture alliance
Einstein sebagai panutan
Perusahaan Hanson Robotics yang berbasis di Hong Kong mengembangkan robot mirip manusia dan dikenal dengan robotika yang dilengkapi teknologi artificial intelligence (AI). Salah satu robot itu dinamakan "Profesor Einstein", terinspirasi dari fisikawan terkenal itu. Inovasi ini bertujuan agar pengetahuan dan humor Einstein dapat diakses oleh generasi mendatang.
Foto: Stringer/AA/picture alliance
Semirip mungkin dengan manusia
Untuk membuat robot yang bisa semirip mungkin dengan manusia, kulit nanoteknologi yang disebut Frubber digunakan dalam proses pembuatannya. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan sistem operasi android yang menampilkan ekspresi wajah yang realistis. Nantinya perusahaan juga ingin memberikan robot kemampuan yang dimiliki manusia seperti cinta dan kasih sayang.
Foto: Stringer/AA/picture alliance
Robot Sophia: Seorang warga dan duta besar
Perusahaan Hanson Robotics menciptakan robot humanoid sejak 2007 dan berkembang pesat dalam 10 tahun dengan modelnya "Sophia", yang menjadi robot pertama dan sejauh ini satu-satunya yang memiliki kewarganegaraan. Setelah dirilis ke publik, Arab Saudi menjadikan robot itu sebagai warganya. "Sophia" juga bekerja untuk PBB sebagai "duta inovasi".
Foto: ISAAC LAWRENCE/AFP/Getty Images
Dari pencuci piring hingga penjelajah luar angkasa
Robot "Beomni" adalah robot serbaguna, yang menurut pabrikan AS Beyond Imagination, dapat digunakan dalam berbagai cara. "Beomni" mampu membuka botol, memberikan suntikan, sehingga dapat digunakan dalam bidang gastronomi dan bidang medis. Bahkan direncanakan akan mampu melakukan perjalanan ke luar angkasa untuk membantu membangun konstruksi luar angkasa.
Foto: YouTube/CNET
Seni yang dibuat oleh kecerdasan buatan
Robot humanoid tidak hanya bisa melakukan tugas-tugas praktis, mereka bahkan punya kemampuan artistik seperti halnya dengan "Ai-Da Robot." Robot humanoid dari Engineered Arts adalah seniman dengan wajah manusia dan lengan robot. Dikembangkan pada tahun 2019, "Ai-Da" adalah sistem seni robotik pertama di dunia. Dengan bantuan algoritme, robot ini bisa menghasilkan gambar, lukisan, dan pahatan.
Foto: Avalon/Photoshot/picture alliance
Asli dan palsu
Ini adalah foto ahli robot Jepang, Hiroshi Ishiguro, yang berdiri di samping robotnya "Geminoid", yang terlihat seperti saudara kembarnya. Ishiguro dianggap sebagai bintang pop dalam penelitian robotika Jepang dan telah membuat tiruan android untuk Menteri Transformasi Digital Jepang, Taro Kono. Robot Ishiguro sedang dalam serangkaian workshop di Amerika Serikat, tanpa sang pembuatnya.
Foto: Naoki Maeda/AP Photo/picture alliance
Rekan seperjuangan
Robot humanoid juga sedang dikembangkan di Jerman. Pada musim gugur 2022, "Lena" menyelesaikan uji coba di kantor. Robot perempuan buatan laboratorium penelitian Leap in Time Lab yang dilengkapi kecerdasan buatan ini bekerja bersama rekan manusia selama delapan minggu. Di akhir fase uji coba, Lena telah memperluas kosa katanya sedemikian rupa sehingga dia mampu memberikan presentasi.
Foto: Boris Roessler/dpa/picture-alliance
Ilmuwan dan pelopor AI memperingatkan akan bahaya
Semakin banyak tugas yang diambil alih kecerdasan buatan, semakin besar pembahasan tentang dimensi etis dari perkembangan ini. Geoffrey Hinton, yang dikenal sebagai "ayah baptis AI", takut kehilangan kendali atas AI dan memperingatkan "risiko serius bagi umat manusia". Banyak yang mungkin segera "tidak lagi mengenali apa yang benar," katanya. Hinton baru saja mengundurkan diri dari Google. (ha/)
Derasnya lobi oleh OpenAI dan induk perusahaannya, Microsoft, dan ancaman untuk hengkang dari Eropa ditanggapi dingin oleh anggota legislatif Eropa, Rene Repasi. Dia mengatakan, pasar Eropa terlalu menguntungkan bagi pengelola kecerdasan buatan, sehingga mustahil untuk diabaikan.
Iklan
"Siapapun yang ingin menawarkan jasa AI di sini, ia harus mengelolanya sesuai standar yang kami tetapkan," kata Repasi. Inisiatif serupa sedang berlangsung di Kongres Amerika Serikat.
Repasi mengklaim pihaknya berhubungan erat dengan anggota legislatif AS, karena "pada akhirnya kami ingin menciptakan standar yang masuk akal dan tidak berusaha menyaingi satu sama lain."
Parlemen Eropa memastikan, regulasi yang sedang digodok tidak akan menghalangi perusahaan untuk mengembangkan teknologi kecerdasan buatan. "Bahwa ada banyak raksasa teknologi yang berasal dari AS, lebih berkaitan dengan monopoli pasar ketimbang di mana inovasinya diciptakan."
Kecerdasan Buatan bagi Kereta Masa Depan
03:27
UU Kecerdasan artifisial dalam dua tahun
Diperkirakan, regulasi yang disusun Parlemen Eropa baru akan disahkan menjadi undang-undang pada tahun 2025. Selain parlemen, RUU juga harus disetujui oleh Dewan Eropa yang beranggotakan perwakilan pemerintah ke27 negara anggota.
Menurut anggota legislatif Eropa, Axel Voss, tenggat tersebut berpotensi terlambat mengingat laju perkembangan teknologi AI yang pesat. "Pengembangannya sedemikian cepat, ada banyak butir regulasi yang akan kedaluwarsa ketika UU ini mulai berlaku nanti," kata dia kepada DW, April silam.
Voss adalah politisi konservatif dan ikut mengepalai tim ad hoc yang menyusun naskah RUU. Dia termasuk yang menolak larangan bagi teknologi AI di Eropa.
Sebaliknya, Rene Repasi yang berasal dari Partai Sosialdemokrat, mendesak agar naskah RUU bersifat lentur agar bisa mencakup perkembangan di masa depan. Peringatan seputar konten AI yang berisiko selayaknya tidak dicantumkan di dalam RUU, kata Repasi, melainkan dalam bentuk panduan, sehingga mudah diperbaharui di kemudian hari.