Parlemen Jerman Loloskan RUU Untuk Deportasi Pencari Suaka
19 Januari 2024
Parlemen Bundestag telah meloloskan sebuah RUU yang bertujuan untuk memulangkan lebih mudah dan cepat bagi para pencari suaka yang ditolak. Pihak oposisi berpendapat bahwa ketentuan tersebut tidak akan efektif.
Iklan
Majelis rendah Parlemen Federal Jerman, Bundestag, pada Kamis (18/01) meloloskan rancangan undang-undang yang memungkinkan deportasi lebih cepat bagi para pencari suaka yang ditolak. Langkah ini diambil ketika pemerintahan koalisi Kanselir Olaf Scholz berusaha menangani migrasi yang tidak teratur dan isu-isu terkait.
RUU tersebut telah dihapus dari agenda dalam waktu singkat pada sesi terakhir seminggu sebelum Natal karena salah satu mitra koalisi, Partai Hijau, menuntut perubahan.
RUU tersebut lolos dengan suara dari tiga partai yang berkuasa, termasuk dengan beberapa anggota Partai Hijau yang memberikan suara menentang, sementara partai oposisi Kristen Demokrat menentang langkah tersebut dan mengkritiknya sebagai tidak efektif.
Para Imigran Yang Mengubah Wajah Dunia
Mereka terpaksa meninggalkan kampung halaman. Namun di tanah air baru mereka, para imigran ini mengubah wajah dunia - sebagai saintis, politisi, seniman, pengusaha atau olahragawan.
Foto: Imago/United Archives International
Albert Einstein
Tanpa dia dan teori relativitas, pandangan manusia kini tentang alam semesta akan berbeda. Saat Nazi berkuasa di Jerman, Albert Einstein yang berdarah Yahudi dan tengah berada di Amerika Serikat tak bisa kembali ke Jerman, karena nyawanya bisa terancam. Ia mengembalikan paspornya dan beremigrasi ke Amerika Serikat.
Foto: Imago/United Archives International
Marlene Dietrich
Penyanyi dan aktris Jerman Marlene Dietrich sudah terkenal di Amerika Serikat ketika ia meninggalkan Jerman pada tahun 1938. Dia tinggal di Amerika Serikat dan di Perancis. Dari kedua negara itu, ia membantu para pengungsi dan tentara sekutu. Setelah akhir Perang Dunia II di Jerman, ia dituduh telah berkhianat pada negaranya sendiri.
Foto: picture-alliance/dpa
Henry Kissinger
Dia adalah seorang profesor di Harvard University, pernah menjadi menteril luar negeri Amerika Serikat, dan pakar hubungan internasional. Pada tahun 1938, Henry Kissinger meninggalkan Bayern, Jerman, dan melarikan diri dari ancaman maut Nazi. Meskipun saat Perang Dunia II dia menjadi tentara Amerika yang memerangi bangsanya sendiri, dia mengatakan sebagian dari dirinya selalu tetap Jerman.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Schiefelbein
Madeleine Albright
Dari Cekoslovakia, dua kali Madeleine Albright dan keluarganya melarikan diri: pertama, setelah invasi Nazi pada tahun 1939, mereka mengungsi dari Praha ke London. Sempat kembali ke Praha, pada tahun 1948 mereka hijrah ke AS setelah rezim komunis di tanah air mereka mengambil alih kekuasaan. Pada tahun 1997, perempuan berdarah Yahudi ini menjadi menteri luar negeri Amerika Serikat.
Foto: Getty Images/AFP/S. Loeb
M.I.A.
Namanya Mathangi "Maya" Arulpragasam, tapi para penggemar mengenalnya sebagai MIA. Di usia kanak-kanak, dari Sri Lanka, ia melarikan diri ke India menuju ke Inggris. Dalam sebuah wawancara, ia berkata: "Pada awalnya, saya memberitahu semua orang bahwa saya berasal dari Trinidad, jadi saya tidak perlu berbicara tentang Sri Lanka dan perang. Saya tidak mengatakan bahwa saya seorang pengungsi. "
Foto: Getty Images/C. Polk
Miriam Makeba
Miriam Makeba - yang dikenal sebagai Mama Afrika berasal dari Afrika Selatan. Ia berada di sebuah acara di AS ketika pejabat negara Afsel tak mengizinkannya pulang. Lagu mereka "Pata Pata" menjadi hit di seluruh dunia pada tahun 1967. Setelah tinggal di Guinea dan Belgia, atas permintaan Nelson Mandela, pada tahun 1990, pejuang hak-hak sipil ini kembali ke Afrika Selatan.
Foto: Getty Images
Freddie Mercury
Orang tua bintang rock dengan suara khas ini melarikan diri dari gejolak revolusioner di Zanzibar ke London - bersama dengan Freddie kecil. Sisanya adalah sejarah: Mercury naik dan band-nya menjadi ikon rock. Kematiannya akibat HIV/AIDS mendorong kampanye mengatasi isu HIV.
Foto: Getty Images/Hulton Archive
Thomas Mann
Dia dianggap sebagai salah satu penulis paling penting dari abad ke-20. Nazi menyebut peraih penghargaan Nobel ini sebagai "gelombang besar kebiadaban eksentrik". Ia manjadi eksil di Swiss pada tahun 1933 dan pada tahun 1939 ke Amerika Serikat. Pada tahun 1938 ia menciptakan slogan: "Di mana saya berada, itulah Jerman. Saya membawa budaya Jerman dalam diri saya."
Foto: picture-alliance/dpa
Isabel Allende
Setelah kudeta militer berdarah di Chili pada tahun 1973, keluarga Isabel Allende melarikan diri ke Venezuela. 13 tahun kemudian dia pindah ke Amerika Serikat. Pengalaman pribadinya mengalir dalam novel "The House of Spirits". Karena pernah punya pengalaman serupa, tahun 2015 dia menyerukan agar Eropa menyambut para pengungsi.
Foto: Koen van Weel/AFP/Getty Images
Sitting Bull
Kepala suku Sioux , Tatanka Iyotake - lebih dikenal sebagai Sitting Bull - habiskan waktu selama beberapa tahun di pengasingan. 1877 - setahun setelah pertempuran Little Bighorn - ia melarikan diri bersama dengan 2.000 pengikutmya ke Kanada. Tahun 1881 ia kembali ke Amerika dan menyerahkan diri kepada pihak berwenang. Dia ditangkap dan tinggal di reservat Indian. Ia kemudian tewas terbunuh.
Foto: Imago/StockTrek Images
Neven Subotic
Seperti rekannya Vedad Ibisevic (Hertha Berlin), saat masih kecil, Subotic melarikan diri dari kampung halamannya, di Bosnia-Herzegovina. Pada tahun 2012 ia mendirikan sebuah yayasan yang menyediakan akses air minum bagi ana-anak di negara berkembang. Subotic pernah bermain untuk Borussia Dortmund dan pindah ke FC Köln. Ed: Dagmar Breitenbach, Martin Muno (ap/as)
Foto: imago/Thomas Bielefeld
11 foto1 | 11
Beberapa ketentuan undang-undang
Di antara beberapa langkah dalam undang-undang tersebut salah satunya dijuluki Repatriation Improvement Act, adalah ketentuan untuk periode penahanan pra deportasi yang lebih lama, sebagai upaya untuk memberikan lebih banyak waktu kepada pihak berwenang agar dapat menyelesaikan proses sebelum harus membebaskan seseorang.
Durasi maksimum penahanan yang sah sebelum deportasi akan diperpanjang dari 10 hari menjadi 28 hari.
Pihak berwenang akan memiliki lebih banyak wewenang dalam melakukan penggeledahan, misalnya sekarang diizinkan untuk memasuki kamar-kamar di tempat tinggal bersama dan bukan hanya kamar individu yang dideportasi.
Hal ini telah menjadi batu sandungan yang umum bagi pihak berwenang yang gagal melakukan deportasi karena gagal menemukan mereka yang terlibat. Kadang-kadang kurangnya kerja sama dari para migran, yang mungkin tidak mau memberikan dokumen identitas karena mengetahui bahwa hal itu dapat mempersulit proses pemulangan, juga dapat menunda atau menggagalkan proses tersebut.
Iklan
Menteri Dalam Negeri : Mereka yang tidak memiliki hak untuk tinggal 'harus meninggalkan negara kita lebih cepat'
Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser mendukung undang-undang tersebut dalam debat Bundestag pada Kamis malam (18/01).
"Kami akan memastikan bahwa orang yang tidak memiliki hak untuk tinggal harus meninggalkan negara kita lebih cepat," kata Faeser.
Berdasarkan ketentuan tersebut, orang dapat dikeluarkan dari Jerman "lebih cepat dan lebih efisien" oleh negara bagian, papar Faeser.
Faeser mengatakan bahwa para penjahat asing dan mereka yang dianggap menimbulkan ancaman harus dideportasi.
Undang-undang ini juga akan membantu pihak berwenang dalam memerangi kejahatan terorganisir dan khususnya mereka yang terlibat perdagangan orang dan akan meningkatkan hukuman minimum serta maksimum di bidang ini.
Menjelang debat Bundestag, Faeser telah menunjukkan jumlah pemulangan telah meningkat 27% menjadi 16.430 pada 2023 sebagai hasil dari langkah-langkah sebelumnya.
Faeser berharap undang-undang tersebut akan membuat pemulangan "jauh lebih mudah" sekali lagi dan memperkirakan bahwa hal itu akan menghasilkan "sejumlah besar" deportasi tahun ini.
LSM penyelamat imigran di laut 'merasa ngeri'
Undang-undang tersebut telah membuat kelompok-kelompok hak asasi manusia gusar, bahkan Asosiasi Pengacara Jerman menyebutnya "hampir tidak masuk akal".
"Kami merasa ngeri bahwa orang-orang yang melarikan diri dan mereka yang menawarkan bantuan kemanusiaan dapat diancam dengan hukuman penjara," kata kelompok penyelamat laut SOS Humanity.
LSM tersebut mengatakan bahwa pemerintah Jerman "melanggar janji-janji mereka dalam perjanjian koalisi untuk tidak menghalangi pencarian dan penyelamatan sipil." Mereka juga menyatakan bahwa dalam beberapa situasi, undang-undang baru ini dapat berarti para relawannya dapat terancam hukuman penjara.