Pencoblosan yang ke12 kalinya berakhir tanpa adanya kandidat yang memperoleh dukungan dua pertiga suara di parlemen. Kebuntuan dipicu perpecahan antara Hizbollah yang didukung Iran dan sejumlah partai Kristen.
Iklan
Lebanon, yang dilanda krisis ekonomi, tidak punya kepala negara sudah sejak tujuh bulan lalu. Pencoblosan terakhir pada 19 Januari silam gagal membuahkan kandidat yang meraih suara mayoritas. Kini pun, upaya ke12 kalinya untuk memilih presiden, antara tokoh Kristen Maronite, Sleiman Frangieh, melawan ekonom senior, Jihad Azour, tetap mengalami kebuntuan.
Kevakuman kekuasaan di Beirut antara lain disebabkan percekcokan antara partai Syiah, Hizbollah, yang mendukung Frangieh, dan partai-partai Kristen bersama fraksi independen di parlemen yang mengusung Azour.
Namun tidak seorangpun dari kandidat yang dijagokan kedua kubu bisa meraih dua pertiga suara, seperti yang disyaratkan konstitusi. Dalam pencoblosan teranyar, Azour mendapat 59 suara dan Frangieh 51 suara.
"Hanya konsensus dan dialog yang bisa mempercepat pemilihan presiden," kata Nabih Berri, Ketua Parlemen Lebanon. Analis mengkhawatirkan, pencoblosan baru hanya akan memperdalam perpecahan dan memperlemah upaya menyelamatkan ekonomi.
Ledakan Mematikan di Beirut, Libanon
Sebuah ledakan dahsyat mengguncang ibukota Lebanon di Beirut, menewaskan ratusan orang dan melukai ribuan lainnya. Rumah sakit kewalahan merawat pasien dan kekurangan pasokan darah.
Foto: Reuters/M. Azakir
Ledakan memicu kepanikan
Dua ledakan besar mengguncang Beirut dan daerah sekitarnya di ibukota Libanon, memicu kepanikan penduduk yang bergegas menuju ke tempat aman. "Saya belum pernah melihat bencana sebesar ini dalam hidup saya," kata Gubernur Beirut Marwan Abboud.
Foto: Reuters/M. Azakir
Terasa hingga ke pinggiran kota
Ledakan dahsyat yang berasal dari wilayah pelabuhan Beirut itu terasa hingga ke seluruh kota. Bahkan penduduk di pinggiran kota mendengar ledakan itu, beberapa mengatakan jendela mereka hancur akibat gelombang kejut dengan jangkauan yang sangat luas.
Foto: Reuters/K. Sokhn
Korban berjatuhan
Kementerian Kesehatan Libanon mengatakan setidaknya ratusan orang tewas dan lebih dari 4.000 lainnya terluka.
Foto: Reuters/M. Azakir
Stok amonium nitrat
Perdana Menteri Hassan Diab mengatakan sebanyak 2.750 ton amonium nitrat yang merupakan pupuk pertanian disinyalir menjadi penyebab insiden tersebut. "Tidak dapat diterima bahwa ada pengiriman 2.750 ton amonium nitrat yang tersimpan selama enam tahun di sebuah gudang, tanpa adanya tindakan pencegahan (bagi situasi) yang membahayakan keselamatan warga," kata Diab.
Foto: Getty Images/AFP/STR
Berlomba menyelamatkan korban
Lebih dari 30 tim Palang Merah dan banyak penduduk setempat membantu menyelamatkan para korban. Rumah sakit mengatakan kelebihan kapasitas dan kekurangan stok darah, dan membutuhkan generator agar listrik bisa tetap menyala.
Foto: picture-alliance/AA/H. Shbaro
Terdengar dan dirasakan hingga Siprus
Dahsyatnya ledakan yang mengguncang Beirut telah memicu guncangan berkekuatan 3,5 magnitudo, berdasarkan laporan dari pusat geosains Jerman, GFZ. Ledakan itu dilaporkan juga terdengar dan dirasakan oleh warga Siprus, yang berjarak sekitar 180 kilometer di seberang laut dari Beirut.
Foto: Getty Images/AFP/STR
Melacak orang yang dicintai melalui media sosial
Jurnalis DW Bassel Aridi mengatakan orang-orang menggunakan media sosial untuk mencoba melacak orang yang mereka cintai setelah ledakan terjadi. Aridi juga mengunjungi rumah sakit di Beirut dan mengungkapkan "apa yang saya lihat di rumah sakit sangat dramatis. Semua rumah sakit mengumumkan bahwa mereka benar-benar kelebihan beban."
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Ammar
Keadaan darurat selama dua minggu
Presiden Libanon Michel Aoun menetapkan keadaan darurat selama dua minggu di Beirut dan menyerukan pertemuan kabinet darurat hari Rabu (05/08).
Foto: Getty Images/AFP/STR
Libanon menghadapi dua pukulan
Ledakan dahsyat itu terjadi ketika Libanon tengah mengalami gejolak ekonomi yang parah, dengan banyak orang turun ke jalan dalam beberapa bulan terakhir untuk memrotes situasi ekonomi. Perdana Menteri Hassan Diab menyatakan bahwa hari Rabu (05/08) akan menjadi hari berkabung nasional bagi para korban ledakan. (ha/hp)
Foto: Getty Images/D. Carde
9 foto1 | 9
"Pada tahap ini, skenario paling memungkinkan adalah kevakuman yang semakin panjang," tutur pengamat politik Lebanon, Karim Bitar.
Kebuntuan hambat pemulihan ekonomi
Tekanan antara lain datang dari Amerika Serikat. Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Matthew Miller, mendesak agar parlemen segera bertindak untuk kemaslahatan masyarakat "yang sangat membutuhkan presiden baru untuk menjalankan langkah reformasi," demi kucuran dana pinjaman IMF.
Iklan
"Agar bisa tercapai, parlemen harus melanjutkan sesi pembahasan elektoral dalam beberapa hari dan pekan ke depan untuk menuntaskan pekerjaannya," kata Miller.
Lembaga internasional juga mendesak partai-partai politik Lebanon untuk secepatnya mencapai konsensus. Karena selain absennya presiden, Lebanon selama ini diperintah oleh kabinet transisional dengan kekuasaan terbatas.
Menurut konstitusi, presiden Lebanon harus berasal dari komunitas Kristen Maronite. Sementara perdana menteri dipegang oleh perwakilan Islam Sunni dan ketua parlemen diberikan untuk komunitas Syiah.
Lini Masa Pertikaian Arab Saudi dan Iran
Bukan kali pertama Iran dan Arab Saudi bersitegang. Sepanjang sejarahnya, hubungan kedua negara acap mengalami pasang surut menyusul konflik politik atau agama. Inilah sejarah modern permusuhan dua ideologi dalam Islam
Foto: DW Montage
Damai berbayang kecurigaan
Hubungan Iran dan Arab Saudi baru tumbuh sejak kekuasaan Syah Reza Pahlevi dan Raja Khalid. Kedua negara sebelumnya sering direcoki rasa saling curiga, antara lain karena tindakan Riyadh menutup tempat-tempat ziarah kaum Syiah di Mekkah dan Madinah. Perseteruan yang awalnya berbasis agama itu berubah menjadi politis seiring dengan eskalasi konflik di Timur Tengah dan Revolusi Islam 1979.
Foto: picture alliance/AP Images
Pendekatan usai Revolusi Islam
Raja Khalid sempat melayangkan ucapan selamat kepada Ayatollah Khomeini atas keberhasilan Revolusi Islam 1979. Tapi hubungan kedua negara memburuk menyusul perang Iran-Irak dan kisruh Haji 1987. Puncaknya, Riyadh memutuskan hubungan pada 1987, ketika Khomeini mengecam penguasa Saudi sebagai "Wahabi yang tidak berperikemanusiaan, ibarat belati yang menusuk jantung kaum Muslim dari belakang."
Foto: Getty Images/Afp
Keberpihakan dalam Perang Iran-Irak 1980
Saat berkobar perang Iran-Irak, Arab Saudi sejak dini menyatakan dukungan terhadap rejim Saddam Hussein di Baghdad. Riyadh memberikan dana sumbangan sebesar 25 milyar US Dollar dan mendesak negara-negara Teluk lain untuk ikut mengisi pundi perang buat Irak. Demi menanggung biaya perang, Arab Saudi menggenjot produksi minyak yang kemudian mengakibatkan runtuhnya harga minyak di pasar dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
Kisruh Haji 1987
Mengikuti ajakan Ayatollah Khomeini, jemaah Iran setiap tahun berdemonstrasi di Mekkah dan Madinah menentang Israel. Tradisi sejak 1981 itu tidak pernah diperkarakan, kecuali pada 1987, ketika polisi memblokade jalan menuju Masjid al-Haram. Akibat bentrokan, 402 jemaah Iran tewas dan 649 luka-luka. Setelah kedutaannya di Teheran diserbu massa, Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran.
Foto: farhangnews
Kontroversi program nuklir Iran
Arab Saudi sejak awal menolak program nuklir Teheran. Sikap itu tidak berubah bahkan setelah tercapainya Perjanjian Nuklir di Vienna tahun 2015. Riyadh menilai kesepakatan tersebut "sangat berbahaya." Desakan kepada Iran untuk bekerja sama dengan pengawas nuklir PBB juga disampaikan Saudi pada awal 2023.
Foto: Irna
Pemberontakan Houthi di Yaman, 2004
Hubungan Iran dan Arab Saudi kembali menegang setelah kelompok Syiah Zaidiyah di Yaman mengobarkan pemberontakan. Riyadh menuding Teheran mengompori perang bersaudara dan mencampuri urusan dalam negeri Yaman dengan memasok senjata. Iran sebaliknya menuding Arab Saudi menghkhianati perannya sebagai mediator konflik dengan membombardir minoritas Houthi di utara Yaman.
Foto: picture alliance/Y. Arhab
Perang proksi di Suriah, 2011
Dukungan Iran atas rejim Bashar Assad di Suriah sejak lama dianggap duri dalam daging oleh Arab Saudi. Sejak 2011, Riyadh aktif memasok senjata buat oposisi Sunni di Suriah. Kerajaan di Riyadh juga menjadi yang pertama kali mengecam Assad seputar "tindakan represif pemerintahannya terhadap demonstrasi anti pemerintah," ujar Raja Abdullah saat itu.
Foto: picture-alliance/AP/Vadim Ghirda
Tragedi Mina 2015
Bencana memayungi ibadah Haji 2015 ketika lebih dari 400 jemaah Iran meninggal dunia di terowongan Mina akibat panik massa. Iran menuding pemerintah Arab Saudi ikut bertanggungjawab. Riyadh sebaliknya menyelipkan isu bahwa tragedi itu disebabkan jemaah haji Iran yang tak mau diatur. Kisruh memuncak saat pangeran Arab Saudi, Khalid bin Abdullah, mendesak agar Riyadh melarang masuk jemaah haji Iran.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Eksekusi Mati Al-Nimr 2016
Sehari setelah pergantian tahun Arab Saudi mengeksekusi mati 46 terpidana, antara lain Syeikh Nimr al-Nimr, seorang ulama yang aktif membela hak-hak minoritas Syiah yang kerap mengalami represi dan diskriminasi di Arab Saudi. Al-Nimr didakwa terlibat dalam terorisme. Sebagai reaksi Pemimpin Spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei melayangkan ancaman, bahwa Saudi akan mendapat "pembalasan tuhan."
Foto: picture alliance/dpa/Y. Arhab
Drama di Lebanon
Pada November 2017 Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri mengumumkan pengunduran diri dari Riyadh, Arab Saudi, dan menyalahkan Iran terkait kebuntuan politik di Beirut. Langkah itu diyakini bagian dari manuver Arab Saudi untuk memprovokasi perang antara Iran dan Hizbullah dengan Israel. Saudi dan Iran berebut pengaruh di Lebanon pasca penarikan mundur pasukan Suriah 2005 silam.
Foto: picture-alliance/dpa/AP/Lebanese Official Government/D. Nohra
Narasi damai di awal 2023
Menyusul mediasi Cina, pemerintah Arab Saudi sepakat memulihkan hubungan dengan Ira pada Maret 2023. Kesepakatan tersebut disusul pembukaan kembali relasi dengan Suriah dan perundingan damai dengan pemberontak Houthi di Yaman. Sebelumnya, negara-negara Teluk juga sepakat mengakhiri perpecahan dengan Katar, sekutu dekat Iran di Teluk Persia.
Foto: Iran's Foreign Ministry/WANA/REUTERS
11 foto1 | 11
Perpecahan internal demi kepentingan politik
Dalam sesi pemilihan sebelumnya, aliansi bentukan Hizbollah berusaha mengganggu jalannya pencoblosan dengan melakukan aksi meninggalkan ruang sidang.
Samy Gemayel, Ketua Umum Partai Kataeb Kristen, menyebut dukungan bagi Azour sebagai "pemberontakan" melawan "pemaksaan dan ancaman," merujuk pada lobi agresif Hizbollah. Oleh partai Syiah itu, Azour sebaliknya dituduh sebagai "kandidat pembangkangan dan konfrontasi."
Anggota legislatif Hizbollah, Hassan Fadlallah, menegaskan, betapa "dialog bernilai penting bagi pemilihan presiden."
Frangieh adalah bekas anggota legislatif yang berteman dengan Presiden Suriah, Bashar al-Assad. Dia berasal dari salah satu dinasti politik tertua di Lebanon dan dianggap sebagai tokoh utama komunitas Kristen Maronite.
Sementara Azour sempat menjabat menteri keuangan antara 2005 dan 2008. Demi mencalonkan diri, dia meletakkan jabatannya sebagai direktur Timur Tengah dan Asia Tengah di Dana Moneter Internasional (IMF). Pengalamannya bekerja di lembaga donor internasional tersebut diharapkan bisa memudahkan Lebanon mengakses dana pinjaman.
Senin (12/6) lalu, dia mengumumkan pencalonan diri, karena ingin "berkontribusi pada solusi," dan bahwa pencalonannya "bukan untuk menghalangi kandidat lain."
Analis politik Lebanon, Bitar, meyakini pencoblosan ke12 pada Rabu (14/6) lalu merupakan "cara bagi partai-partai politik untuk mendemonstrasikan kekuatan elektoralnya," untuk mengetahui jumlah suara. Adapun kebuntuan baru berpotensi memunculkan kandidat lain, "yang pada akhirnya menciptakan solusi orang ketiga," kata dia.