Parlemen Prancis Kunjungi Taiwan di Tengah Kecaman Beijing
7 September 2022
Kunjungan anggota parlemen Prancis berlangsung setelah Ketua DPR AS Nancy Pelosi datang ke Taipei. Hal ini memicu ketegangan antara Taiwan dan Cina.
Iklan
Delegasi lima anggota parlemen Prancis tiba di Taipei pada Rabu (07/09). Hal ini menandai kunjungan pertama delegasi tingkat tinggi Eropa sejak kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan bulan lalu.
Apa yang dilakukan delegasi Prancis di Taiwan?
Delegasi lintas partai Prancis dipimpin oleh Senator Cyril Pellevat, wakil presiden Komite Urusan Eropa majelis tinggi Prancis.
Anggota parlemen dijadwalkan bertemu dengan Wakil Presiden Taiwan Lai Ching-te, dan Ketua Legislatif You Si-kun, di antara pejabat tinggi lainnya untuk membahas berbagai masalah, termasuk keamanan regional, inovasi teknologi, dan penguatan rantai pasokan industri.
Ini adalah kunjungan keempat anggota parlemen Prancis ke Taiwan dalam 12 bulan terakhir.
"Kedatangan itu sepenuhnya menunjukkan persahabatan yang baik antara Taiwan dan Prancis," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Taiwan Joanne Ou. Para anggota parlemen akan menetap di Taiwan hingga Senin.
Menengok Kamp Pelatihan Unit Angkatan Laut Paling Elit Taiwan
Diterima di unit elit Pengintaian dan Patroli Amfibi Taiwan (ARP) sama sulitnya dengan menjadi pasukan SEAL Angkatan Laut Amerika Serikat. Para kandidat harus lolos ujian dan pelatihan berat selama beberapa pekan.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Tangguh seperti pasak baja
Program pelatihan bagi mereka yang ingin bergabung dengan unit angkatan laut elit Taiwan berlangsung selama 10 minggu. Tahun ini, 31 peserta lolos tes untuk mengikuti program ini, tetapi hanya 15 orang yang akan diterima. Di pangkalan angkatan laut Zuoying di Taiwan selatan, tubuh dan jiwa benar-benar diuji — satu latihan mengharuskan peserta tidur di atas beton yang dingin.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Disiram air dingin
Setelah menghabiskan sepanjang hari di laut, peserta pelatihan disiram dengan air dingin. Lelah dan gemetar, mereka berdiri di dermaga. Tujuan dari kamp pelatihan ini adalah untuk menempa para peserta mengembangkan kemauan yang kuat. Tidak peduli seberapa sulit misi mereka, kesetiaan terhadap rekan-rekan mereka, dan angkatan laut harus teguh.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Latihan berat di pantai
Yu Guang-Cang ikut dalam latihan di pantai. Sepintas terlihat seperti latihan senam bis. Namun, sebetulnya peserta melakukan latihan berat, mulai dari "long march" hingga berjam-jam dan latihan di dalam air. Instruktur mereka memiliki reputasi sebagai orang yang tegas tanpa kompromi. Waktu istirahat pendek dan jarang. Sering kali hanya ada waktu untuk minum seteguk dan ke toilet.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Cat perang
Seorang peserta pelatihan berjuang melawan kelelahan saat dia diolesi cat kamuflase. Semua peserta ikut secara sukarela. Kebanyakan ingin menguji coba batas ketangguhannya. Pelatihan ini dimaksudkan untuk mensimulasikan tantangan berat perang. Komandan angkatan laut mengharapkan, para peserta dapat difungsikan ketika keadaan menjadi sangat gawat.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Hanya semangat baja yang lulus
Para kandidat menghabiskan sebagian besar waktu mereka di laut atau kolam renang. Mereka harus belajar menahan napas untuk waktu yang cukup lama, berenang dengan peralatan tempur lengkap, dan menyerbu pantai dari laut. Sering kali untuk aksinya kaki dan tangan mereka diikat. Latihan ini bukan untuk mereka yang cengeng.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Mendekati batas peregangan
Para peserta tidak hanya harus lulus tes kekuatan dan daya tahan, mereka juga menghadapi beberapa latihan peregangan ekstrem. Ou Zhi-Xuan yang berusia 25 tahun menangis kesakitan saat dia diregangkan mendekati batas kelenturan. Jika ada yang melawan instruktur saat berada di bawah tekanan berat, mereka segera dikeluarkan dari program ARP.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Dihina dan dilecehkan
Tentu saja, para kandidat harus berlatih sambil mengenakan perlengkapan tempur. Mereka harus menghadapi semburan pelecehan dan penghinaan dari instruktur unit elit angkatan laut. Pesrta mendapat istirahat satu jam setiap enam jam. Selama waktu ini, mereka harus makan, biasanya bawang putih untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh, mendapatkan bantuan medis, pergi ke toilet, dan tidur.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Jalan berbatu menuju surga
Latihan terakhir disebut "jalan menuju surga." Peserta pelatihan harus mengatasi rintangan yang unik. Mereka dipaksa untuk merangkak, praktis telanjang, di jalan berbatu, dan melakukan push-up, meskipun mereka sudah lelah dari minggu-minggu sebelumnya. "Saya tidak takut mati," kata salah satu peserta pelatihan, Fu Yu, 30 tahun.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Diberi selamat dengan bunyi lonceng
Xu De-Yu menandai akhir dari kamp pelatihan ARP dengan membunyikan lonceng. Dia adalah salah satu yang "beruntung" lulus ujian. "Tentu saja, kami sama sekali tidak akan memaksa siapa pun, semua orang ada di sini secara sukarela," tegas instruktur Chen Shou-lih, 26. Pesannya kepada para peserta: "Kami tidak akan menyambut Anda bergabung begitu saja, hanya karena Anda ingin datang." (rs/as)
Foto: ANN WANG/REUTERS
9 foto1 | 9
Kunjungan tingkat tinggi AS ke Taiwan
Delegasi AS lainnya yang dipimpin oleh Perwakilan Stephanie Murphy, seorang Demokrat Florida, diperkirakan akan tiba di Taiwan pada Rabu (07/09), dan melakukan lawatan sampai Jumat.
Delegasi bipartisan ini termasuk Demokrat Kaiali'i Kahele dan Partai Republik Scott Franklin, Joe Wilson, Andy Barr, Darrell Issa, Claudia Tenney dan Kat Cammack.
Hal ini akan menjadi yang terbaru dari serangkaian kunjungan pejabat tinggi AS, termasuk anggota parlemen dan gubernur negara bagian, yang mengikuti perjalanan Pelosi pada Agustus ke Taiwan.
Pelosi adalah pejabat tertinggi AS yang mengunjungi Taiwan, dan perjalanannya memicu meningkatnya ketegangan Taiwan dengan Cina. Segera setelah perjalanan itu, Beijing mengatakan akan "menjatuhkan sanksi kepada Pelosi dan keluarga dekatnya."
Iklan
Meningkatnya ketegangan di kawasan
Cina mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya dan meluncurkan latihan militer besar-besaran setelah kunjungan Pelosi. Beijing telah memperingatkan agresi militer jika diprovokasi oleh Amerika Serikat. Sementara Washington tidak memiliki hubungan formal dengan Taiwan, namun terikat oleh hukum untuk menyediakan sarana untuk membela diri.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pada Selasa mengatakan ketegangan terus terjadi karena serangan jet militer Cina terus berlanjut. Taipei juga memperingatkan terhadap kampanye disinformasi Cina, drone dan taktik zona abu-abu lainnya.
Taiwan, yang memiliki pemerintahan yang dipilih secara demokratis sejak 1949, mengatakan Cina tidak pernah memerintah pulau itu dan tidak memiliki hak untuk mengklaimnya. Menurut Taipei, masa depan Taiwan hanya dapat ditentukan oleh 23 juta penduduknya. rs/yf (Reuters, dpa)