1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Parlemen UE Memanas Jelang Voting RUU Perlindungan Iklim

11 Juli 2023

Parlemen Uni Eropa (UE) akan melakukan voting RUU Perlindungan Iklim pada Rabu (12/07). Perdebatan sengit dinilai tidak akan bisa dihindari.

Ilustrasi polusi udara di Eropa
Aktivis lingkungan meminta politisi untuk lebih memilih alam dan manusia dibandingkan keuntungan materialFoto: S. Ziese/blickwinkel/IMAGO

Para pengunjuk rasa dan legislator berkumpul di Parlemen Uni Eropa (UE) pada hari Selasa (11/07) jelang pemungutan suara untuk RUU perlindungan alam dan perubahan lingkungan. Para pengamat menilai ini sebagai ujian bagi kredensial UE dalam melindungi iklim global.

Didorong oleh aktivis iklim Greta Thunberg, ratusan demonstran menuntut agar UE mendorong pengesahan RUU ini untuk meningkatkan pemulihan alam di blok dengan 27 negara yang telah rusak selama puluhan tahun ekspansi industri.

"Pesan kami kepada para politisi adalah untuk memilih alam dan memilih manusia daripada keuntungan dan keserakahan," katanya dalam sebuah demonstrasi. Beberapa legislator UE dari kelompok sosialis, hijau, dan sayap kiri di Parlemen Eropa juga bergabung dalam protes oleh Thunberg ini.

"Kami mendesak mereka untuk tidak menolaknya dan memberikan suara untuk memilih undang-undang yang sangat berpengaruh. Untuk mengurangi krisis iklim dan menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati, kita harus #RestoreNature," tulis Thunberg di akun Twitter-nya.

RUU ini bertujuan untuk menyelamatkan ekosistem dari kehancuran, misalnya dengan membasahi kembali wilayah lahan basah yang telah dikeringkan dan reboisasi hutan. Tujuan lainnya yakni membuat lebih banyak area hijau di perkotaan. 

Petugas polisi tengah mengajukan sejumlah pertanyaan kepada aktivis iklim asal Swedia, Greta ThunbergFoto: Johan Nilsson/AP/TT News Agency/dpa/picture alliance

Target iklim paling ambisius dari UE

Di dalam gedung legislatif di Strasbourg, Prancis, anggota parlemen tengah bersiap menjelang pemungutan suara hari Rabu (12/07). Perdebatan sengit tentang apakah parlemen akan mendukung RUU itu atau tidak, dinilai tidak akan dapat dihindarkan. Komite lingkungan legislatif pada pemungutan suara bulan lalu menemui jalan buntu di posisi 44-44.

Uni Eropa berupaya menetapkan target iklim dan keanekaragaman hayati paling ambisius di dunia dan menjadikannya sebagai titik referensi global untuk semua masalah iklim. Rencana yang diusulkan oleh komisi eksekutif UE menetapkan target restorasi yang mengikat untuk habitat dan spesies tertentu, dengan target pada 2030 untuk mencakup setidaknya 20% wilayah darat dan laut di UE.

Komisi eksekutif UE menginginkan undang-undang restorasi alam menjadi bagian penting dari sistem karena kesepakatan keseluruhan perlu mendapatkan masukan maksimum. Sementara yang meragukannya mengatakan bahwa jika UE gagal dalam undang-undang restorasi alam, itu akan menunjukkan meluasnya sikap jenuh terhadap masalah iklim.

Reputasi UE di bidang iklim dipertaruhkan

Pengesahan RUU ini tampaknya sangat memakan waktu karena perlu mengumpulkan dukungan luas di negara-negara anggota, tapi sangat didukung oleh Komisi Eksekutif UE dan Presiden UE, Ursula von der Leyen.

Namun kemudian kelompok politik von der Leyen yakni Partai Rakyat Kristen Demokrat Eropa, menolaknya dan kini menentangnya dengan keras. Partai ini mengklaim RUU akan memengaruhi ketahanan pangan dan menurunkan pendapatan petani

Sebagian besar negara anggota telah setuju untuk mendukung versi RUU yang lebih fleksibel. Jika parlemen mendukung rencana tersebut pada hari Rabu, kedua institusi akan duduk bersama untuk mengatur rencana final pada paruh kedua tahun ini.

Jika pada hari itu parlemen menolak rencana tersebut, RUU tidak akan disahkan dan kecil kemungkinan akan ada yang disahkan menjelang pemilihan parlemen Uni Eropa bulan Juni 2024. Tentunya ini akan merusak kredibilitas UE di luar negeri.

Kesepakatan Hijau atau The Green Deal mencakup berbagai tindakan, mulai dari target pengurangan konsumsi energi hingga pengurangan emisi transportasi dalam jumlah besar dan reformasi sistem perdagangan UE untuk gas rumah kaca.

Selain para aktivis lingkungan, yang berunjuk rasa juga termasuk ratusan ilmuwan dari berbagai negara dan bahkan sekelompok besar perusahaan multinasional menyerukan adopsi undang-undang pemulihan alam Uni Eropa.

ae/hp (AP, dpa)