Puntung rokok yang bisanya dipandang sebagai sampah, ‘disulap’ Parongpong, sebuah perusahaan daur ulang limbah di Bandung Jawa Barat jadi produk bernilai jual. Visi mereka mewujudkan desa mandiri lestari di tahun 2022.
Iklan
"Tidak ada yang namanya sampah, yang ada hanyalah material yang belum terpakai dan belum terevitalisasi”. Kalimat inilah yang menjadi pegangan bagi Parongpong, sebuah perusahaan pengolahan limbah di Bandung, Jawa Barat dalam menciptakan produk-produk bernilai jual dari daur ulang sampah.
Baru-baru ini, perusahaan yang berdiri sejak tahun 2017 itu muncul dengan sebuah inovasi pembuatan produk material yang diolah dari sampah puntung rokok. Produk kolaborasi hasil kerja sama dengan Conture Concrete Lab itu diluncurkan setelah melalui riset pengolahan sampah puntung rokok selama satu tahun.
Sampah puntung rokok yang biasanya hanya dilihat sebagai sampah yang tidak bernilai, mereka olah menjadi berbagai macam produk bernilai jual, seperti asbak, pot bunga, tiling, dan furniture outdoor.
"Ketika kemarin kami launching, pemikirannya sederhana sekali sih, kami ingin kampanye from cigarette butt to human butt, lucu-lucuannya kayak gitu,” ujar Rendy Aditya Wachid sambil tertawa saat diwawancara DW, Rabu (22/07). Rendy adalah seorang lulusan jurusan arsitektur yang mendirikan Parongpong.
Menurut Rendy, ada kritik yang sejatinya disisipkan lewat inovasi produk material berbahan puntung rokok yang mereka kerjakan.
"Kami bikin asbak dari puntung rokok dan itu sebetulnya jadi kritik, kenapa sih orang membuang puntung rokok sembarangan? Jadi kita bikin puntung rokok itu malah dimanfaatkan sebagai container untuk menyimpan puntung rokok yang adalah asbak,” jelasnya.
Puntung rokok, sampah paling banyak terbuang ke laut
Rendy mengakui bahwa kegelisahan melihat tingginya jumlah sampah puntung rokok yang mengotori laut jadi salah satu alasan perusahaannya memunculkan inovasi pengolahan sampah puntung rokok ini.
Setidaknya dua pertiga dari total 5,6 triliun batang rokok atau 4,5 triliun puntung rokok yang dihisap setiap tahun dibuang sembarangan. Hal ini kemudian diperparah oleh fakta bahwa Indonesia merupakan salah satu negara, bukan hanya sebagai produsen rokok tertinggi tapi juga negara dengan jumlah konsumen rokok tertinggi di dunia.
Puntung Rokok dan Styrofoam - Berapa Lama Sampah Mencemari Bumi?
Kecuali limbah organik, semua sampah yang kita buang akan mencemari Bumi selama puluhan hingga ratusan tahun sebelum bisa terurai secara alami. Inilah beban lingkungan yang dihasilkan gaya hidup modern.
Foto: Getty Images/E. Wray
Sampah Organik - 30 Hari
Sampah dapur dan makanan menyimpan potensi energi tak terkira, jika diolah dengan benar. Rata-rata sampah organik membutuhkan waktu antara 7 hingga 30 hari untuk terurai. Jika ditampung dan diolah, sampah organik bisa dibuat untuk menghasilkan gas bio yang ramah lingkungan.
Foto: picture-alliance/dpa
Kardus - 5 Bulan
Kardus yang kita pakai sehari-hari untuk mengirimkan barang membutuhkan waktu lima bulan untuk terurai secara alami. Beda halnya dengan karton yang digunakan sebagai kemasan susu atau jus. Lantaran dilapisi material tahan air, karton jenis ini baru bisa terurai secepatnya selama 5 tahun.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Stratenschulte
Puntung Rokok - 10 Tahun
Puntung rokok atau kapas filter pada rokok tergolong limbah non-organik yang paling banyak mencemari laut dan samudera Bumi. Menurut laporan NBC News, sebanyak 60 juta puntung rokok dikumpulkan dari seluruh pantai dunia selama 32 tahun terakhir. Padahal puntung rokok tidak mudah untuk terurai secara alami. Penguraian kapas filter yang mengandung berbagai racun itu membutuhkan waktu 10 tahun.
Foto: picture-alliance/W. Steinberg
Baterai - 100 Tahun
Satu buah baterai AA bisa menghidupkan jam dinding selama enam bulan atau sebuah senter selama beberapa jam. Tapi tahukah anda berapa lama waktu yang dibutuhkan sebuah baterai untuk bisa terurai secara alami? 100 tahun.
Foto: picture-alliance/C. Hardt
Popok Bayi - 100 Tahun
Rata-rata bayi membutuhkan popok segar setiap empat jam sekali. Menurut sebuah studi di Amerika Serikat, setiap bayi menghabiskan 6.500 hingga 10.000 popok sebelum berusia 30 bulan. Usia pakai popok yang singkat bertolak belakang dengan lama masa penguraiannya yang mencapai 100 tahun.
Foto: picture-alliance/reality/F. May
Gelas Plastik - 100 Tahun
Gelas plastik adalah produk non-organik lain yang digemari di Indonesia. Meski hanya digunakan untuk beberapa saat, gelas plastik membutuhkan waktu antara 50-100 tahun untuk terurai. Setiap plastik hanya akan mengalami kehancuran menjadi serpihan kecil hingga berukuran mikro dalam proses fotodegradasi oleh matahari. Sebab itu materi ini berbahaya untuk satwa Bumi.
Foto: picture-alliance/empics/B. Birchall
Botol Plastik - 450 Tahun
Menurut studi World Atlas, Indonesia menjadi negara keempat pengguna botol plastik terbanyak di dunia. Tercatat penggunaan botol plastik di tanah air mencapai 4,82 miliar botol. Padahal setiap botol plastik mencemari Bumi selama 450 tahun sebelum bisa terurai.
Foto: picture-alliance/M. Schröder
Styrofoam - 1 Juta Tahun
Ragam manfaat dipetik manusia dari styrofoam, lantaran sifatnya yang menolak senyawa korosif atau menghadang jamur dan bakteri. Tapi material yang biasa digunakan sebagai kemasan makanan atau minuman seperti kopi ini memiliki usia yang nyaris abadi. Bergantung pada kondisi lingkungan, styrofoam bisa bertahan hingga satu juta tahun sebelum bisa terurai secara alami. (rzn/hp: dari berbagai sumber)
Foto: picture-alliance/dpa/G. Fischer
8 foto1 | 8
Itulah sebabnya, "Parongpong ingin memberi satu kesadaran bahwa mengolah dan memproses sampah apapun itu sebenarnya jauh lebih mahal daripada mencegah dan ini kami buktikan ketika kita mengolah puntung rokok ini,” jelas Rendy.
Proses pembuatan menggunakan mesin hydrothermal
Rendy menjelaskan bahwa proses pembuatan produk material berbahan puntung rokok ini diawali dengan mengumpulkan sampah puntung rokok dari café-café yang ada di Bandung, Jawa Barat. Café-café ini menurut Rendy kerap mengeluhkan sulitnya memberikan kesadaran bagi pelanggan untuk berhenti membuang puntung rokok sembarangan.
Puntung rokok secara langsung dari konsumen ia tegaskan tidak akan diterima guna menghindari salah persepsi di antara perokok.
"Kita tidak ingin mendorong orang jadi punya solusi mudah terhadap masalah yang sebetulnya mudah-mudah susah ya. Artinya banyak sekali orang yang merokok bilang "aduh susah sekali berhenti”, tapi banyak juga bukti bahwa dengan alasan dan niat yang kuat ya akhirnya beneran bisa berhenti merokok,” pungkasnya.
Puntung rokok yang dikumpulkan lalu dibawa ke mesin berbasis teknologi hydrothermal untuk diolah menjadi pulp atau bubur, yang ketika dikeringkan akan menjadi fiber dengan karakter homogen. Fiber inilah yang kemudian dicarikan formula yang paling tepat oleh mitra mereka, Conture Concrete Lab, untuk dijadikan produk-produk material bernilai jual.
Selain fiber, pengolahan menggunakan mesin hydrothermal ini juga ternyata menghasilkan cairan dari sisa-sisa tembakau yang dapat dimanfaatkan untuk pestisida alami. "Ini yang belum kami blow up tapi sebetulnya sedang kami coba di kebun kami,” kata Rendy.
Desa mandiri lestari
Sejak berdiri tahun 2017, Parongpong menurut Rendy memiliki mimpi besar, yaitu "menginisiasi zero waste community atau desa mandiri lestari di tahun 2022”.
Sesuai dengan namanya yang memiliki arti "kosong” dalam Bahasa Sunda, Parongpong ingin membuktikan bahwa ada tempat tinggal di Indonesia yang dapat mengolah sampahnya secara berkelanjutan. Artinya mampu mengolah sampah organiknya sendiri dan memiliki pemahaman tinggi tentang sampah daur ulang.
Selain telah meluncurkan berbagai inovasi pengolahan limbah seperti plastik dan sampah restoran, kini Parongpong lewat perusahaan seinduknya bernama Rawhaus, juga tengah berinovasi memproduksi rumah mikro dari material daur ulang, baik dari styrofoam, puntung rokok, atau bahkan sampah popok dan pembalut.
"Jadi kalau nanti dibayangkan endless possibilities kita bahkan bisa melihat nanti akan ada rumah yang green dan affordable menggunakan material daur ulang,” tutup Rendy. (gtp/as)
Ternyata Barang-Barang Ini Sulit Didaur Ulang
Produk berbahan dasar kertas kerap menjadi alternatif konsumsi untuk menghindari plastik. Tapi kenyataannya, beberapa barang tersebut sulit untuk didaur ulang.
Foto: picture-alliance/U. Baumgarten
Sedotan kertas
Sedotan kertas jadi alternatif untuk sedotan plastik. Tapi, ternyata bisa sulit untuk didaur ulang jika sudah terkontaminasi dengan makanan atau minuman. Lebih lagi jika dibiarkan dibuang begitu saja dengan tumpukan sampah lain, maka akan sulit terurai. Jangan lupa, sedotan kertas ini juga barang sekali pakai, jadi belum tentu baik untuk lingkungan kita!
Foto: picture-alliance/U. Baumgarten
Struk belanja
Tidak semua struk belanja Anda ternyata bisa didaur ulang. Struk yang dicetak di kertas termal biasanya terbuat dari kertas berbahan campuran, sehingga sulit untuk didaur ulang. Selain sulit didaur ulang, struk belanja ini juga dilapisi dengan BPA (Bisfenol A) dan BPS (Bisfenol S) yang bisa membawa dampak negatif untuk kesehatan kita karena mengandung racun.
Foto: Fotolia
Kemasan pasta gigi
Kemasan pasta gigi dan kemasan lain seperti tabir surya juga sulit untuk didaur ulang. Alasannya adalah lapisan aluminium yang ada di dalam kemasan tersebut. Untuk mengatasi masalah ini, sebuah merk pasta gigi 'Colgate' sedang mengembangkan kemasan pasta gigi yang bisa didaur ulang dengan menggabungkan beberapa kelas polietilen densitas tinggi.
Foto: Imago Images/Panthermedia
Post-It
Kertas ini mengandung 'pressure sensitive adhesive' sehingga bisa menempel tanpa memerlukan air atau bahan lain. Meski pelekat inilah yang membuatnya praktis, itu juga yang menjadi alasan kertas ini sulit untuk didaur ulang. Di beberapa kota di luar negeri, penerimaan kertas untuk didaur ulang tergantung dengan fasilitas daur ulang yang ada.
Foto: Shirley /Fotolia
Kantong belanja kertas
Sama halnya dengan sedotan kertas, mungkin kita berpikir kantong kertas adalah pilihan yang lebih baik. Namun ternyata...tidak. Jika kantong kertas ini juga dibuang di tempat pembuangan sampah begitu saja, mereka tidak bisa terurai lebih cepat daripada plastik. Selain itu, produksi kantong ini juga membutuhkan energi besar dan hutan juga harus ditebang untuk memenuhi produksi tersebut.
Foto: Imago/Westend61
Kapas
Seringkali kapas menjadi bagian dari rutinitas membersihkan make-up Anda. Sayangnya, kapas, terlebih lagi saat sudah terkontaminasi dengan bahan kimia lain, tidak bisa didaur ulang. Tapi ada beberapa merek kosmetik yang menawarkan kapas organik dan ramah lingkungan yang bisa menjadi alternatif untuk Anda. (vv/vlz, dari berbagai sumber)