Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang berkuasa di Myanmar mengumumkan pada Senin (09/11) bahwa pihaknya telah memenangkan cukup kursi di parlemen untuk membentuk pemerintahan berikutnya.
Iklan
Juru bicara partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), Myo Nyunt mengatakan kepada Reuters, laporan internal partai yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi itu telah memenangkan ratusan kursi di parlemen, meskipun belum ada hasil resmi yang diumumkan oleh komisi pemilihan.
"Kami berterima kasih kepada orang-orang," katanya. "Bagi rakyat, bagi partai, ini adalah hasil pemilu yang menggembirakan."
Komisi Pemilihan Umum Myanmar diharapkan dapat mengumumkan hasil resmi pemilu pada Senin malam (09/11).
Pemilu yang berlangsung pada hari Minggu (08/11) merupakan kali kedua sejak pemerintahan junta militer berakhir pada 2011. Partai NLD pimpinan Suu Kyi yang saat ini berkuasa, masih tetap populer di dalam negeri meski reputasinya runtuh di luar negeri lantaran membiarkan genosida terhadap minoritas Muslim Rohingya.
Perolehan sementara partai NLD telah mengamankan 315 kursi majelis rendah dari total 425 kursi dan 161 kursi di majelis tinggi parlemen dari total 217 kursi.
Seorang juru bicara partai terbesar kedua, yakni Partai Persatuan Solidaritas dan Pembangunan (USDP) yang notabene mendapat dukungan militer, belum dapat dihubungi untuk dimintai responsya terhadap perolehan kursi pemilu.
Aung San Suu Kyi: Ironi Pejuang Kemerdekaan
Aung San Suu Kyi dari Myanmar memiliki komunitas global yang mendukungnya ketika dia menjadi tahanan politik belasan tahun. Namun, dalam beberapa tahun terakhir dia dihujani protes soal militer membantai Muslim Rohingya.
Foto: picture-alliance/dpa
Lahir untuk demokrasi
Aung San Suu Kyi lahir tanggal 19 Juni 1945 di Yangon, yang dulu merupakan ibu kota Myanmar di yaman koloni Inggris. Ia anak perempuan pahlawan nasional Jenderal Aung San yang menjadi korban serangan tahun 1947. Suu Kyi mengenyam pendidikan di Inggris dan pulang ke Myanmar pada akhir 1980an. Dia menjadi tokoh kunci dalam pemberontakan 1988 melawan kediktatoran militer di negara tersebut.
Foto: dapd
Tahanan Rumah
Tahun 1989, sesaat sebelum pemilu, Aung San Suu Kyi untuk pertama kalinya menjadi tahanan rumah. Hampir selama 15 tahun ini hanya mendekam di rumahnya. Setelah tahun 1995, Suu Kyi dilarang bertemu kedua putra dan suaminya, Michael Aris, bahkan setelah suaminya didiagnosis menderita kanker. Aris, terlihat di foto menampilkan gelar doktor kehormatan yang diberikan kepada istrinya.
Foto: TORSTEN BLACKWOOD/AFP
Nobel Perdamaian
Tahun 1991 Aung San Suu Kyi diberi penghargaan Nobel Perdamaian bagi "usahanya memperjuangkan demokrasi dan hak asasi manusia." Karena ia khawatir, junta militer tidak akan mengizinkannya kembali ke Myanmar, putranya Kim yang menerima penghargaannya di Oslo. Setelah 20 tahun berselang, Aung San Suu Kyi baru bisa menyampaikan pidato penerimaannya.
Foto: AP
Bebas dari tahanan rumah
Masa tahanan rumahnya benar-benar berakhir tanggal 13 November 2010. Ini momen yang menandakan proses pendekatan antara Aung San Suu Kyi dan junta militer. Militer tidak ingin terus diisolasi oleh dunia internasional dan Aung San Suu Kyi sadar, bahwa ia hanya akan sukses juga melakukan dialog dengan pihak militer.
Foto: picture alliance/epa/N. C. Naing
Kunjungan Pertama Seorang Presiden AS
Akhir 2012, Presiden AS Barack Obama berkunjung ke Myanmar. Ia bertemu dengan Aung San Suu Kyi di rumah tempat ia menjadi tahanan selama bertahun-tahun. Lewat kunjungannya, Obama seakan menghormati perjuangan sang tuan rumah dan membantu Myanmar keluar dari isolasi.
Foto: Reuters/K. Lamarque
Penghargaan dari Berlin
Tahun 2014 Aung San Suu Kyi berkunjung selama dua hari ke Berlin. Ia bertemu dengan Presiden Jerman Gauck dan meraih penghargaan Willy-Brandt atau upayanya memperjuangkan HAM dan demokrasi. Saat itu ia menegaskan, masa depan demokrasi negaranya masih belum jelas.
Foto: picture-alliance/dpa
Disumpah sebagai anggota parlemen
Usahanya selama puluhan tahun akhirnya membuahkan hasil, dan pada tahun 2012 Suu Kyi diizinkan mencalonkan diri dalam pemilu. Dia memenangkan kursi di parlemen saat Myanmar memulai peralihannya dari pemerintahan militer. Ia menjadi pemenang dalam pemilu tahun 2015, tapi pada akhirnya ia menjabat sebagai menteri luar negeri dan penasihat negara - peran yang mirip perdana menteri.
Foto: AP
Dikritik soal Rohingya
Krisis pengungsi Rohingya sedikti mencoreng namanya. Lembaga pembela hak asasi manusia melontarkan kritik terhadap pemenang hadiah Nobel perdamaian itu. Ia dtuding tidak berupaya untuk mengatasi krisis ini. Suu Kyi dianggap takut ditinggalkan pendukungnya yang mayoritas Buddha dalam Pemilu Parlemen.
Foto: Reuters/D. Whiteside
Tidak lagi disukai
Ketika menjadi penasihat negara di tahun 2016, Suu Kyi membentuk komisi untuk menyelidiki klaim tindak kekejaman negara terhadap kaum Rohingya di negara bagian Rakhine. Suu Kyi menuding Rohingya menyebarkan "segunung informasi yang salah", dan prihatin dengan "ancaman teroris" yang ditimbulkan oleh para ekstremis. Sikapnya memicu protes di negara-negara mayoritas Muslim di seluruh dunia.
Foto: picture-alliance/Zumapress/J. Laghari
Pemilu kontroversial
Pada tahun 2020, Partai Liga Nasional untuk Demokrasi(NLD) yang berkuasa di Myanmar memenangkan pemilu 8 November, dengan kursi yang cukup untuk membentuk pemerintahan berikutnya. Namun, pihak militer, Partai Persatuan Solidaritas dan Pembangunan, mengklaim penipuan dan menuntut pemilihan baru yang diawasi oleh militer. Dengan itu muncul komentar-komentar yang menyinggung kemungkinan kudeta.
Foto: Shwe Paw Mya Tin/REUTERS
Militer menahan Aung San Suu Kyi
Aung San Suu Kyi bersama dengan beberapa sekutu politiknya, ditahan dalam penggerebekakan dini hari pada 1 Februari 2021 yang dipimpin oleh militer. Langkah itu dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara pemerintah sipil dan militer. Junta militer mengklaim kecurangan pemilu dan mengumumkan keadaan darurat selama setahun dan menunjuk seorang mantan jenderal sebagai penjabat presiden.
Foto: Franck Robichon/REUTERS
11 foto1 | 11
Tidak semua orang dapat memberikan suara
Berbeda dengan gelombang optimisme yang menyambut kemenangan telak NLD pada tahun 2015, pemilu Myanmar tahun ini dibayangi awan wabah COVID-19, krisis ekonomi, dan konflik etnis.
Iklan
Meskipun rata-rata jumlah kasus COVID-19 Myanmar mencapai 1.000 setiap harinya, namun kekhawatiran akan munculnya klaster baru tidak mengurangi antusias 37 juta daftar pemilih tetap.
Tetapi lebih dari satu juta penduduk Myanmar tidak dapat memberikan suaranya karena alasan melakukan pemberontakan. Ratusan ribu warga Rohingya, minoritas Muslim yang terkurung di kamp dan desa di Negara Bagian Rakhine, sebagian besar tidak memiliki identitas sehingga tidak dapat memberikan suara dalam pemilu.
Partai Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, yang merupakan partai Rohingya, mengatakan bahwa mereka "sangat kecewa" karena hak rakyat telah dicabut.
Pihak penyelenggara pemilu mengatakan bahwa pemungutan suara di daerah yang terkena konflik harus dibatalkan demi alasan keamanan dan "hanya warga negara" yang berhak memilih.