1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Partai Kadima Israel Cari Mitra Koalisi

18 September 2008

Setelah berhasil meraih kursi kepemimpinan Partai Kadima, Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni menghadapi pembentukan pemerintah yang cukup sulit. Kemampuan diplomatisnya kini sangat diperlukan.

Ketua Kadima, Menlu Israel Tzipi Livni (kanan) dan Menteri Perhubungan Shaul MofasFoto: AP

Melalui kemenangannya, Tzipi Livni telah berhasil melewati barisan tiga jenderal. Dia mengungguli Shaul Mofas, meskipun dengan selisih minimal. Bekas panglima AB Israel disingkirkannya dan Jenderal Purnawirawan Avi Dichter, dikepinggirkan Livni dengan mudah. Juga Menteri Kepolisian saat ini yang ikut bersaing mendapatkan jabatan Ketua Partai Kadima, hanya mampu meraih 6, 5 persen suara. Livni selain itu juga menyisihkan Menteri Pertahanan saat ini dan mantan panglima serta mantan perdana menteri Israel, Ehud Barak. Dan tidak lama lagi kemungkinan Livni akan menjadi atasannya.

Dengan kecerdikan dan kemahirannya dalam perundingan, Tzipi Livni berhasil mencapai yang diupayakan oleh tandingan prianya melalui pukulan-pukulan keras retorik. Sekarang Livni harus membuktikan kemampuan diplomatisnya dalam pembentukan pemerintahan. Dia ingin melanjutkan koalisi saat ini, yaitu dengan Partai Buruh, Partai Pensiunan dan Shas yang ultraortodox. Untuk setiap UU baru, Livni akan memerlukan persetujuan partai ultraortodox. Pemimpin fraksi Shas di parlemen Israel, Knesset, Ja'akov Margi tahu hal itu:

„Shas akan mendukung setiap pemerintah yang dasar kebijakannya sesuai dengan program partai, pandangan dan terutama dengan kepercayaan kami. Jika tidak, kami bersedia untuk melaksanakan pemilu baru."

Shas tidak takut menghadapi pemilu baru. Partai Kadima sebaliknya kemungkinan dapat dikalahkan Likud yang berhaluan kanan. Demikian menurut jajak pendapat terbaru. Jika menang, ketuanya, Benjamin Netanjahu akan menjadi perdana menteri. Justru inilah yang tidak diinginkan oleh Tzipi Livni. Dia lebih cenderung untuk berkoalisi dengan Shas ketimbang pemilu baru. Partai Shas ingin mengupayakan kenaikan besar tunjangan anak bagi pengikutnya yang punya banyak anak. Selain itu, bagi Shas, dalam perundingan perdamaian dengan Palestina, tema Yerusalem adalah tabu. Bagi Livni yang adalah seorang diplomat perdamaian, Shas merupakan suatu beban berat.

Sedangkan partai-partai mitra lainnya akan dirangkul Livni dengan relatif mudah. Karena jika pemilu dilaksanakan, mereka diduga juga akan kehilangan suara. Pemimpin fraksi Partai Buruh, Eitan Cabel mengatakan kepada pemancar Israel:

„Satu atau dua hari ke depan, Partai Buruh harus mengembangkan posisinya, langkah apa yang akan diambil. Masih belum ada kesamaan titik tolak. Titik tolak saya adalah: Dalam perundingan sebaiknya dibicarakan tentang pemerintah alternatif. Tapi yang jelas: tidak asal-asalan."

Partai Pensiunan juga ingin melanjutkan koalisi dengan Kadima. Terutama mengingat partai itu melemah, sejak multimiliader Arkadi Gaydamak membeli tiga suara dari partai para pensiunan itu. dengan suara tersebut partai Arkadi "Keadilan Sosial" punya fraksi sendiri di Knesset. Sementara anggota legislatif Partai Pensiunan lainnya ingin bekerja sama dengan Livni. Ketua fraksinya Jitzhak Galanti mengutarakan:

„Pemilu baru tidak akan menyelesaikan satu pun dari masalah kita. Tapi kami sama sekali tidak takut menghadapi pemilu dan bersedia ambil bagian. Langkah yang benar adalah mengupayakan pembentukan koalisi dan pemerintah yang baru."

Hari Jumat (19.9.) Tzipi Livni sudah akan mulai mengadakan perundingan pertama dengan calon-calon mitra politiknya. Perdana Menteri Ehud Olmert menyatakan akan mengundurkan diri hari Minggu (21.9). Setelahnya, Presiden Israel Peres akan menugaskan Ketua Kadima untuk membentuk pemerintahan. Tzipi Livni punya 42 hari untuk melakukan perundingan koalisi. (cs)